Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Peg BUMN - Write and read every day

Senang menulis, membaca, dan nonton film, juga ngopi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup adalah Perlawanan

7 Januari 2022   20:23 Diperbarui: 7 Januari 2022   21:12 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disadari atau tidak, hidup di dunia ini selalu dan terus berkompetisi. Baik berkompetisi resmi maupun tidak resmi.

Kompetisi resmi yang saya maksud adalah kompetisi yang memang diadakan dengan sengaja, dan kita ikut terlibat, dengan penuh kesadaran. Misalnya kompetisi badminton antar instansi, sepakbola antar klub, atau kompetisi lain non olahraga, seperti lomba menulis, lomba karya ilmiah, dan lain sebagainya.

Sementara kompetisi tidak resmi maksudnya kompetisi yang terjadi dalam aktivitas hidup kita. Dan, sepertinya kompetisi tidak resmi ini lebih banyak. Seorang siswa misalnya, di sekolah dia sebenarnya sedang berkompetisi menjadi juara kelas. Seorang karyawan berkompetisi menjadi karyawan terbaik. Setidaknya di mata atasannya. Begitupun seorang pedagang di pasar, berkompetisi dengan sesama pedagang dalam merebut pembeli. Para sopir angkot di terminal, berkompetisi dengan sesama sopir angkot.

Hidup kita di dunia ini pun, hakikatnya sedang berkompetisi. Berkompetisi dalam beribadah (fastabiqul khairat) menjadi hamba Allah Swt terbaik, mendapatkan pahala sebanyak mungkin. Sekaligus berkompetisi dengan syetan untuk menolak godaannya yang tidak pernah berhenti sedetik pun.

Itulah hukum yang pertama dalam kehidupan, yaitu Sunnah Tanafus atau Hukum Berkompetisi.

Hukum kehidupan yang kedua adalah saya namai saja Hukum Perlawanan (Sunnah Tadafu'). Hukum ini menunjukkan peristiwa yang sering terjadi antar makhluk hidup, yaitu saling ber-tadafu', berkonfrontasi, berebut dan saling melawan.

Ketika ada seorang penguasa zalim yang menindas rakyatnya dan membuat berbagai kerusakan di sebuah negeri, maka akan ada seseorang atau sekelompok yang melawan kezalimannya. Walaupun boleh jadi yang melawannya dan lalu menggantikannya itu kemudian berlaku sama zalimnya, atau bahkan lebih zalim dari yang digantikannya. Dan seiring waktu, penguasa pengganti yang zalim ini pun akan ada lagi yang melawannya. Sampai kemudian muncul penguasa atau pemimpin yang adil.

Lalu, kapan Allah Swt mengirim penguasa yang adil?

Kelak, ketika umat Islam mau kembali dan taat kepada hukum dan ketentuan Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya,

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, ...." (QS Al-A'raf: 96).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun