Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gejolak Fitnah (4)

22 Februari 2021   06:26 Diperbarui: 22 Februari 2021   06:40 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah fragmen kelam dalam kehidupan Rasulullah SAW. Sebuah pembuktian, bahwa cinta dan ketaatan mampu meredam gejolak fitnah.

Di hari berikutnya, ketika Rasulullah SAW menemui Aisyah, Aisyah pun berkata, "Ya Rasulullah, suamiku, telah sampai kepadaku kabar apa yang orang-orang perbincangkan. Aku pun merasakan adanya perubahan sikapmu kepadaku. Oleh karenanya, ijinkan aku pulang menemui kedua orang tuaku. Aku ingin beristirahat di sana sekaligus ingin mendengar berita yang sebenarnya dari kedua orang tuaku."

Rasulullah terdiam. Beliau merasakan beban yang dirasakan istrinya, Aisyah. Oleh karenanya, tidak ingin menambah sedih Aisyah dan berharap sakit Aisyah terobati, Rasulullah SAW pun mengijinkan Aisyah pulang ke rumah orang tuanya.

Setelah Rasulullah SAW mengijinkan, Aisyah pun kemudian pergi ke rumah orang tuanya, Aisyah langsung menemui ibunya ketika sampai, memeluknya dan menumpahkan semua isi hatinya.

"Ya ... ibunda, telah hancur hatiku, terbakar telingaku, mendengar orang-orang membicarakan sesuatu yang memalukan." Bersimpuh Aisyah sambil mencurahkan isi hatinya. Airmata Aisyah tumpah di pangkuan ibunya.

"Wahai putriku, sabarlah. Demi Allah jarang sekali wanita cantik yang dicintai suaminya dan dimadu melainkan madu-madunya itu pasti banyak menggunjing dirinya," hibur ibunya Aisyah sambil memeluk kepala Aisyah yang bersimpuh di pangkuannya.

semalaman tangis Aisyah tidak berhenti. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Aisyah tidak bisa tidur dan terus menagis hingga pagi, seolah ingin menghabiskan stok air matanya.

Abu Bakar, ayah Aisyah tak kalah sedih melihat keadaan anaknya yang sangat menderita. Abu Bakar adalah sahabat karib Rasulullah SAW, sebelum menjadi mertua Rasulullah SAW. Abu Bakar lah yang menemani Rasulullah SAW ketika dikejar-kejar kafir Quraisy saat hijrah ke Madinah. Tetapi dalam kondisi seperti ini, Abu Bakar pun tak berdaya menghadapi fitnah keji yang melanda anaknya. Abu Bakar tidak berdaya menolak fitnah dan tidak punya dalih menyalahkan berita yang sudah tersebar. Karena realitanya sulit dibantah.

Kemarahan Abu Bakar timbul kepada orang-orang yang telah menghembuskan api fitnah itu. Apalagi saat mengetahui salah satu penyebar berita bohong itu adalah Misthnah bin Utsatsah, kemarahannya meninggi.

Abu Bakar terkenal orang yang berhati lembut, dia tidak bisa melihat orang lain menderita, oleh karenanya di masa awal-awal dakwah Rasulullah SAW Abu Bakar banyak membebaskan budak yang disiksa majikannya karena masuk Islam. Sebutlah Bilal bin Rabbah, Yasir sekaligus istrinya Sumayyah dan anaknya Ammar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun