Salah satu kesalahan umum adalah menganggap uang sebagai urusan satu pihak saja. Padahal, dalam rumah tangga, semua aspek kehidupan bersinggungan dengan keuangan. Bahkan, hal-hal kecil seperti pengeluaran untuk belanja bulanan, tagihan, atau uang jajan anak pun bisa menimbulkan friksi jika tidak disepakati dengan baik.
Oleh karena itu, penting untuk tidak menjadikan uang sebagai alat kontrol, atau alat untuk menunjukkan siapa yang lebih dominan. Keuangan rumah tangga seharusnya menjadi alat kolaborasi, bukan kompetisi.
Membuat anggaran bulanan bersama dan mengulasnya secara berkala bisa membantu menciptakan kebiasaan positif. Selain itu, adanya alokasi "uang pribadi" yang disepakati juga dapat menghindarkan pasangan dari rasa terkekang. Dengan demikian, masing-masing tetap punya ruang untuk mengekspresikan diri tanpa mengganggu stabilitas keuangan keluarga.
Uang sebagai Alat Membangun, Bukan Memecah
Pada akhirnya, uang hanyalah alat. Tujuan utama dari pengelolaan keuangan rumah tangga bukanlah untuk menentukan siapa yang paling berjasa atau siapa yang paling berkuasa, melainkan bagaimana pasangan bisa membangun kehidupan bersama yang aman, nyaman, dan sejahtera.
Dengan komunikasi yang sehat, keterbukaan, dan kesepakatan yang adil, pasangan akan lebih mudah mencapai tujuan bersama, menghindari konflik yang tidak perlu, dan menjadikan keuangan sebagai sumber kekuatan, bukan sumber perpecahan.
Urusan uang memang bisa rumit, tapi ketika dijalani bersama dengan niat yang tulus dan strategi yang jelas, maka segalanya bisa menjadi lebih ringan. Bukan lagi soal "uangku" atau "uangmu", tapi "uang kita"---yang dikelola bersama demi masa depan yang lebih baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI