Mohon tunggu...
Untung Sudrajad
Untung Sudrajad Mohon Tunggu... Freelancer

Hobi membaca artikel Ekonomi dan Politik, Novel, Cerpen dan Puisi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Militer Bagi Anak Nakal Ala Dedi Mulyadi

8 Mei 2025   09:09 Diperbarui: 8 Mei 2025   09:09 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah fondasi utama dalam membentuk karakter serta menentukan masa depan generasi muda. Namun, tidak semua anak dapat diarahkan dengan metode pendidikan konvensional yang diterapkan di sekolah atau keluarga. Beberapa anak, yang sering disebut sebagai "anak nakal" atau anak dengan perilaku bermasalah, membutuhkan pendekatan khusus untuk mengembalikan mereka ke jalur yang benar.

Salah satu gagasan inovatif yang muncul adalah program pendidikan ala militer yang digagas oleh Dedi Mulyadi, yang dikenal sebagai Kang Dedi Mulyadi (KDM). Program ini, yang berpotensi menjadi program nasional, menawarkan solusi alternatif bagi anak-anak yang dianggap tidak lagi dapat ditangani oleh sekolah maupun orang tua mereka.

Artikel ini akan mencoba akan membahas secara mendalam gagasan tersebut, manfaatnya, kritik yang muncul, serta pentingnya sikap terbuka terhadap pendekatan baru dalam pendidikan.

Latar Belakang Program Barak Militer Ala Dedi Mulyadi

Program barak militer ala Dedi Mulyadi awalnya muncul sebagai respons terhadap meningkatnya jumlah anak muda yang terjerumus dalam perilaku menyimpang, seperti kecanduan minuman keras, game online (terutama Mobile Legends), rokok, hingga keterlibatan dalam geng motor. Anak-anak ini sering kali sudah tidak dapat dikendalikan oleh guru di sekolah atau orang tua di rumah karena keterbatasan metode pendidikan atau lingkungan yang tidak mendukung. Menurut informasi yang beredar, anak-anak yang dimasukkan ke dalam program ini adalah mereka yang secara sadar ingin berubah, namun tidak menemukan dukungan yang memadai di lingkungan mereka.

Pendidikan di barak militer ini tidak bertujuan untuk menjadikan anak-anak tersebut sebagai prajurit, melainkan untuk membentuk disiplin diri dan kesadaran akan pentingnya tujuan hidup. Kurikulum yang diterapkan mencakup berbagai aspek, seperti bela negara, wawasan kebangsaan, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), pendidikan anti-narkoba, pendidikan keagamaan, dan pelajaran reguler yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Pendekatan ini dirancang untuk memberikan pengalaman holistik yang tidak hanya menekankan kedisiplinan, tetapi juga membangun karakter dan nilai-nilai positif.

Manfaat Pendekatan Ala Militer

Pendekatan bergaya militer memiliki sejumlah kelebihan yang dapat menjadi solusi untuk anak-anak yang mengalami masalah.  Pertama, fokus pada kedisiplinan waktu menjadi fondasi utama. Anak-anak diajarkan untuk mengatur waktu mereka dengan ketat, mulai dari waktu makan, mandi, hingga ibadah. Kebiasaan ini membantu mereka membangun rutinitas yang terstruktur, yang sering kali absen dalam kehidupan mereka sebelumnya. Disiplin terhadap waktu tidak semata-mata soal kepatuhan, melainkan juga berkaitan dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab pada diri sendiri.

Kedua, Pendidikan di lingkungan barak militer menyediakan suasana yang terkendali dan terbebas dari pengaruh negatif. Banyak anak nakal terjebak dalam lingkungan yang mendukung perilaku buruk mereka, seperti teman sebaya yang juga bermasalah atau akses mudah ke zat adiktif. Dengan memisahkan mereka dari lingkungan tersebut, program ini memberikan ruang untuk refleksi dan perubahan.

Ketiga, kurikulum yang beragam seperti bela negara dan pendidikan keagamaan membantu menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan moral. Anak-anak tidak hanya belajar untuk menjadi disiplin, tetapi juga memahami tanggung jawab mereka sebagai bagian dari masyarakat. Pendidikan anti-narkoba, misalnya, memberikan pemahaman tentang bahaya kecanduan, sementara P3K mengajarkan keterampilan praktis yang dapat meningkatkan rasa percaya diri.

Keempat, pendekatan ini menekankan bahwa anak-anak tersebut tidak dihukum, tetapi dididik. Ini adalah poin penting yang membedakan program ini dari pendekatan korektif lainnya. Anak-anak diajak untuk melihat program ini sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri, bukan sebagai bentuk sanksi. Dengan demikian, mereka lebih mungkin termotivasi untuk berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun