Mohon tunggu...
Untung Sudrajad
Untung Sudrajad Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Hobi membaca artikel Ekonomi dan Politik, Novel, Cerpen dan Puisi

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Partai Rakyat Kecil, Apakah Masih Konsisten Memperjuangkan Rakyat Kecil?

4 Mei 2023   15:44 Diperbarui: 4 Mei 2023   15:58 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pada saat orang -- orang kecil berkumpul riang gembira dengan disertai teriakan yel -- yel dengan bahasa yang sederhana dan mengena dihati mereka, itulah bahasa rakyat. Bahasa kumpulan rakyat jelata.

Sekitar tahun 2005 dikota Surakarta, seorang berbadan kurus, gaya hidup sederhana, dengan penampilan sederhana, dengan bahasa sederhana, muncul tanpa polesan dia maju apa adanya.

Seseorang yang tidak dikenal publik ataupun partai politik, dengan cara yang misterius dan tidak terduga, entah bagaimana caranya dia muncul dan ramai dibicarakan rakyat. Partai milik rakyat jelata (wong cilik / Marhaenis), saat itu "memungut" dia yang tak ada dalam list pantas seorang calon Walikota.

Diluar dugaan, dia menang dengan perolehan suara 36,62% pada pilkada pertama Walikota Solo tahun 2005 dan menang lagi Pilkada kedua tahun 2010 meraup suara 90,02%. Partai rakyat jelata bersama rakyat jelata ternyata mampu mengalahkan sistim-sistem demokrasi yang sudah sejak dahulu kala dikuasai oleh oligarki kekuasaan dan para bandar kapitalis yang berkuasa.

Kemudian rupanya alam semesta mendukung kehadiran pemimpin yang merepresentasikan rakyat jelata ini. Pada tahun 2012 dia terbang ke Jakarta karena diminta Partai Politik yang Pro Rakyat jelata untuk ikut pilkada Gubernur DKI Jakarta untuk periode       2012-2017, hasilnya ternyata menang lagi pada putaran kedua dengan perolehan suara 53,82%.

Tidak berhenti sampai disitu, pria krempeng kurus yang penampilannya kurang meyakinkan ini, terus terbawa arus besar kerinduan rakyat jelata terhadap hadirnya pemimpin yang merakyat atau pemimpin yang tidak berjarak dengan rakyat. Arus besar ini menyeretnya untuk maju menjadi presiden selama 2 periode, setelah menjadi Gubernur DKI hanya kurang lebih 2 tahun. Suatu prestasi yang fantastis karena selama mengikuti Pilkada dan Pilpres selama lima kali, selalu menang dan tidak pernah kalah. 

Apakah ini suatu pertanda bahwa rakyat mencintainya?. Ataukah karena rakyat merasa bahwa orang ini merupakan representasi dirinya? Setelah puluhan tahun rakyat diperintah oleh Presiden -- Presiden yang gagah, berwibawa, karismatik maka rakyat menemukan seseorang yang mirip dirinya, mirip saudaranya, bapaknya atau kakaknya. Jika bertemu dengan Presiden -- presiden terdahulu rakyat merasa kagum, segan dan ada jarak maka bertemu dirinya rakyat merasa seperti bertemu dengan dirinya sendiri dan nyaris tanpa jarak, nyaris tanpa beda.

Tokoh krempeng kurus yang merakyat dan sering dihujat dan difitnah lawan politiknya ini kita kenal sebagai Presiden Joko Widodo. Yang dipungut dan diangkut oleh kendaraan politik marhaenisme (rakyat jelata, wong cilik), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Itulah sejarah tempo dulu.

Keadaan sekarang kelihatannya tidak banyak berubah dengan Jokowi, akan tetapi mungkin agak lain dengan PDIP. Partai rakyat kecil ini sudah lupa bahwa sepak bola adalah hiburan rakyat kecil. Tontonan yang  paling menghibur dan menggembirakan rakyat kecil.

Kegembiraan rakyat telah diambil dan dihempaskan hanya demi mencari pembuktian kesetiaan Kadernya? Atau demi merangkul kelompok tertentu yang mendukung negara tertentu dan anti negara tertentu diluar sana? Entahlah, yang jelas gelaran  Piala Dunia yang telah dipersiapkan masak -- masak selama beberapa tahun oleh Presiden yang pro rakyat, demi kebesaran bangsa dan negaranya, demi kegembiraan rakyat kecilnya, demi meningkatkan pendapatan UMKM nya, demi pertumbuhan ekonomi negara dan daerahnya ... telah gagal total.

Kadang timbul pertanyaan ironis "Memilih mengikuti Presidennya rakyat kecil atau memilih mengikuti partai yang dulu milik rakyat kecil "

Partai memang telah mendapatkan bukti kesetiaan. Tokoh Gubernur yang konon khabarnya telah dikader oleh Presidennya rakyat kecil agar tetap menjadi rakyat kecil yang mampu mendengar dan memperjuangkan rakyat kecil ini telah ditetapkan oleh Partai Rakyat Kecil untuk ditingkatkan statusnya menjadi petugas partai sebagai calon presiden.

"Apakah pilihan partai saat ini sudah sesuai dengan harapan rakyat kecil seperti pada waktu Jokowi dicalonkan dulu?". 

Entahlah .. kita perlu data -- data untuk menganalisanya.

Marilah kita mulai mencoba mengenali siapa Ganjar Pranowo yang telah terpilh menjadi Gubernur Jawa Tengah selama dua Periode,  yaitu periode 2013-2018 dan 2018-2023.

Prestasi Ganjar Pranowo di Jawa Tengah:

  • Peringkat Pertama Penghargaan Pembangunan Daerah(PPD) Kategori Perencanaan dan Pembangunan Daerah Terbaik pada tahun 2019;
  • Innovative Goverment Award kategori Provinsi Paling Inovatif tahun 2019;
  • Provinsi terbaik Program Kartu Tani tahun 2019;
  • Provinsi paling berintegritas dari KPK tahun 2019;
  • Anugrah meritokrasi pada tahun 2021;

Sejumlah Persoalan yang dihadapi Ganjar Sebagai Gubernur Jawa TengahL

  • Pembangunan PLTU Batang pada tahun 2013-2017 yang mendapat penolakan masyarakat karena memerlukan pembebasan tanah produktif warga Batang. Proyek besar ini menelan biaya fantastis Rp 55,6 triliun dan diharapkan menghasilkan listrik 2.000 MW. Warga menolak karena lahan lokasi proyek merupakan areal persawahan produktif sehingga warga khawatir mereka akan kehilangan mata pencarian mereka satu-satunya.

Walaupun urusan perut warga terabaikan karena lahan produktifnya tergusur, Proyek PLTU Batang tetap terlaksana pembangunannya dan pembebasan tanahnya mengacu pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, dimana rencana pembangunan pemerintah ini menempati prioritas utama dan tentunya mengalahkan urusan perut rakyat kecil.

  • Pembangunan Pabrik Semen dan Pertambangan Pegunungan Kendeng Kabupaten Rembang yang ditolak warga dari Tahun 2014 sampai sekarang. 

Warga beranggapan bahwa pembangunan pabrik semen dan kegiatan penambangan akan mengganggu dan merusak ekosistem pegunungan karst dan dikhawatirkan akan mengganggu penghidupan masyarakat sekitarnya. 

Dialog antara pemerintah dan masyarakat tidak juga memenuhi kata sepakat bahkan telah terjadi kekerasan oleh aparat keamanan terhadap warga masyarakat pada November 2014.

Penolakan pabrik semen semakin semakin ruwet ketika masyarakat melakukan gugatan kepada Gubernur Jateng dan PT Semen Indonesia melalui upaya peninjauan kembali (PK) dan dimenangkan oleh Mahkamah Agung. Anehnya Ganjar bukannya menindaklanjuti putusan MA dengan membatalkan izin, tetapi justru mengeluarkan keputusan baru berupa izin lingkungan pendirian pabrik semen. Keputusan Langkah Ganjar ini menuai kritikan masyarakat. Atas ramainya kritikan tersebut, Ganjar mencabut izin lingkungan yang baru saja terbit setelah melalui rapat dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada akhir 2016. 

Akan tetapi, baru dua bulan setelah pencabutan ijin tersebut, pada Pebruari 2017, Ganjar kembali menerbitkan izin lingkungan baru.

Hal ini kembali menuai kritikan warga karena  warga beranggapan seharusnya penerbitan ijin baru seharusnya menunggu hasil kajian lingkungan hidup strategis dari KLHK. Ganjar beralasan, Izin yang diterbitkannya sudah sesuai rekomendasi tim pakar AMDAL, bahwa pembangunan pabrik semen memenuhi kelayakan lingkungan hidup (Kompas  25/2/2017).

Pemerintah pusat bereaksi terhadap keputusan Ganjar tersebut dengan memberlakukan moratorium aktivitas penambangan sambil menunggu hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis Tahap I. 

Akan tetapi kenyataannya dilapangan, penambangan terus berjalan dilokasi yang dipersengketakansampai saat ini. 

Dampak kerusakan lingkungan sudah mulai dirasakan warga sekitar pertambangan berupa terjadinya banjir dan gagal panen disekitar Pegunungan Kendeng (kompas 26/3/2023).

  • Pandemi Covid 2019 tahun 2020 sampai sekarang.

Pandemi Covid 19 di Jawa Tengah pada tahun 2021 telah berdampak pada PHK terhadap 11.438 pekerja dan dirumahkannya 36.132 pekerja. 

Dampak yang lain dari pandemi di Jawa Tengah adalah terjadi penambahan 120.000 penduduk miskin, dari semula 3,98 juta menjadi 4,1 juta jiwa pada 2021. 

Menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan paling tidak ada sekitar 1,5 juta jiwa penduduk Jawa Tengah yang masuk ketegori miskin ekstrem. Dan Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2021 tertinggal dari saudaranya yang lain di Pulau Jawa, seperti DKI, Jawa Barat dan DIY.

Penanganan kasus Covid per Juni 2021 termasuk rendah, Jawa Tengah berkontribusi sekitar 14,1 persen dari keseluruhan kasus Covid-19 di Indonesia. 

Tingkat kesembuhan kasus Covid di Jawa Tengah termasuk relatif rendah dibandingkan DKI Jakarta dan Jawa Barat, yaitu dibawah 90 persen. Angka kematian kasus Covid-19 di Jawa Tengah sebanyak 4,5 persen di Jawa Tengah diatas rata -- rata nasional pada periode tahun 2021. 

Menurut koran Kompas sampai dengan akhir tahun 2021, skor Jawa Tengah untuk Indeks Penanggulangan Covid-19, seringkali di bawah rata-rata nasional.

Program pencegahan penyebaran Covid 19 diluncurkan di Jawa Tengah adalah program "Jogo Tonggo", Program itu menekankan kolaborasi antarpihak dan bersifat gotong royong. Selain itu juga di dengungkan gerakan "Jateng di Rumah Saja".

  • Penolakan Pertambangan Batu Andesit di Desa Wadas Purworejo

Permasalahan yang dihadapi Ganjar selanjutnya adalah masalah di pertambangan batu andesit di Desa Wadas, Purworejo.

Terjadinya konflik antara warga dan aparat keamanan menjadi perhatian masyarakat banyak pada medio Februari 2022. Terdapatnya video tindakan kekerasan aparat keamanan terhadap masyarakat yang menolak kegiatan pengukuran tanah sempat viral beredar di masyarakat. Menurut Komnas HAM terdapat tindak kekerasan polisi pada saat mereka menangkap dan mengamankan sejumlah warga.

Atas kejadian itu Ganjar, pada awal Pebruari 2022, berinisiatif untuk datang kelokasi kejadian dan meminta maaf kepada warga masyarakat Wadas. Untuk menunjukkan keseriusannya dalam berdialog dan mendengar aspirasi warga, Ganjar berkunjung kembali tanpa pengawalan dan menginap di Wadas Purworejo.

Pada awal Mei 2022 pemerintah bersepakat untuk memberikan uang ganti rugi kepada masyarakat yang terkena dampak proyek.  Sekitar bulan Juli 2022, warga mulai bersedia melepaskan tanahnya sehingga proses pengukuran tanah dapat berjalan dengan realisasi sekitar 92 persen.

Ganjar telah terpilih dan menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah selama dua periode, artinya sebagian besar masyarakat Jawa Tengah  masih menilai Ganjar sebagai Gubernur yang dipercaya rakyat.

Akan tetapi selama dua periode jabatannya masih menyisakan sejumlah catatan, seperti penolakan warga lokal di Kabupaten Batang dan Pegunungan Kendeng. Hal ini menyisakan tanda tanya besar, benarkah Ganjar memiliki komitmen untuk membela rakyat kecil ataukah lebih memilih membela kepentingan investor?.

Waktu akan membuktikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun