Mohon tunggu...
Untuk Negeri
Untuk Negeri Mohon Tunggu... Guru - pembuat kopi di jaringan gusdurian

saya anton samsuri, saya seorang aktifis pelajar, dan seorang guru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dialektika Kaum Teritis-Praksis

9 Mei 2021   12:15 Diperbarui: 9 Mei 2021   12:16 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com

Sering kali kita mendengar statement "orang kok teori saja", "orang kok ngawur, gak punya arah yang jelas, harusnya metodenya bukan seperti itu". Kalimat ini mungkin banyak bertebaran disekitaran kita, baik dilingkungan masyarakat, sekolah dan terkhusus yang paling sering kali terjadi dilingkungan sebuah organisasi.

"Aku lebih senang pemuda yang merokok  dan minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, daripada pemuda kutu buku yang hanya memikirkan diri sendiri", pernyataan Soekarno ini seakan memiliki ruh yang hingga saat ini hidup dalam masyarakat. Statement ini telah melalang buana keberbagai kalangan dengan corak pandang dan pemikiran yang beragam. Maka interpretasi akan makna-makna ini jelas sangat luas dan beragam.

Titik balik dari "teoritis-praksis" sendiri bermuara yang sama. Hannah Arendth dengan filsafat tindakanya. Filsafat tindakan Arendth berasal dari konsep Vita Activa yang merumuskan konsep tiga aktivitas manusia, antara lain: kerja, karya, dan tindakan. Konsep ini terinspirasi dari tiga taraf kehidupan dalam pemikiran Aristoteles. Kritik Arendth atas tiga taraf kehidupan tersebut bahwa, tindakan diletakan dibawah kontemplasi. Baginya tindakan adalah penyempurna aktivitas manusia sehingga tindakan menjadi aspek penting dalam vita activa, vita active digunakanya bukan untuk dibandingkan dengan vita contemplative, kedua hal tersebut mempunyai muatan yang sama.

Manusia pada dasarnya tidak lepas pada sebuah aktifitas berpikir maupuk bertindak, keduanya berkaitan dan mempunyai porsi yang seimbang. Hanya dikotomi antara kedua nya yang menjadikan sebuah kesenjangan yang lebar.

Hal yang sering kali terjadi didalam organisasi IPNU-IPPNU, yakni perseteruan tentang sebuah kritik atas minimnya tindakan, dan kritik atas tindakan tanpa dasar berpijak yang kuat. Keduanya bermuara yang sama, hanya pada orientasi sudut pandang yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh basis epistimologi setiap individu, sehingga lemah dalam menentukan posisi berpijaknya.

theory and practice dalam organisasi, bertindak atau menjalankan sebuah program organisasi yang salah dalam memahami adalah untuk bergerak dalam organisasi kita punya program program itu muncul dari mana dari referensi program itu muncul dari wawasan. Program itu muncul dari konsumsi intelektual dan teori dieksekusi dengan tindakan. sehingga program kerja itu berkacamata yang luas. Kalau program kerja itu didasari atau dibentuk dengan kacamata yang luas kita itu bergerak sama dengan mengentaskan masalah, dalam kerangka berorganisasi maka akan berdampak pada ekstensi kalau personalianya mampu bergerak dengan sumber daya yang mumpuni.

Dalam melaksanakan amanat organisasi itu, kita butuh amunisi-amunisi intelektual atas sebagai dasar dia bergerak. Program kerja itu dibentuk dari wacana yang didiskusikan,  hal tersebut dibangun  atas referensi yang kaya. Maka aktifitas berdiskusi tentang wacana tentang keilmuan nilai kita tidak tercetak pada kebencian-kebencian, kepentingan dan sebagainya akhirnya akan muncul sebuah program dengan kacamata pandang yang sangat luas.

Anton samsuri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun