Persoalan sampah masih menjadi tantangan besar di berbagai daerah di Indonesia. Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, misalnya, setiap harinya menghasilkan sekitar 580 ton sampah. Dari jumlah tersebut, Kecamatan Borobudur, yang dikenal sebagai destinasi wisata internasional berkat keberadaan Candi Borobudur, menjadi salah satu penyumbang terbesar. Besarnya arus wisatawan memang memberi berkah ekonomi, tetapi di sisi lain juga menghadirkan masalah pelik berupa penumpukan sampah.
Melihat kondisi tersebut, Fajar Abdul Malik, mahasiswa Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), tergerak untuk meneliti lebih dalam. Ia menyusun skripsi berjudul "Sustainability Assessment TPS 3R Kecamatan Borobudur dengan SWOT Analisis" sebagai syarat meraih gelar Sarjana Teknik.
Infrastruktur Ada, Kendala Masih Nyata
Dalam penelitiannya, Fajar menjelaskan bahwa pemerintah melalui Kementerian PUPR dan pemerintah desa telah membangun infrastruktur berbasis masyarakat berupa TPS 3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) di 12 desa di Borobudur. Tujuan awalnya jelas: mengurangi timbulan sampah, memaksimalkan pemilahan, serta mengolah kembali agar tidak seluruhnya berakhir di TPA.
Namun, realitas di lapangan tidak semudah yang dibayangkan. Dari hasil pengamatannya, kurang dari 50% sampah warga dapat terkelola, selebihnya tetap berakhir di TPA. Proses pengumpulan hanya berlangsung tiga hingga empat hari sekali, fasilitas belum optimal, dan hanya 30-40% sampah yang benar-benar diolah. Sisanya, 40-60%, menjadi residu.
Analisis SWOT: Kekuatan dan Peluang Masih Besar
Melalui analisis SWOT, Fajar menilai keberlanjutan TPS 3R dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, lingkungan, teknis, dan organisasi. Hasilnya, dari sisi internal, skor IFAS mencapai 3,17, menandakan kekuatan lebih dominan dibanding kelemahan. Sementara dari sisi eksternal, skor EFAS menunjukkan peluang 1,57 dan ancaman 1,56, total 3,11.
Artinya, TPS 3R Borobudur berada di kuadran I, posisi kuat dengan peluang berkembang. Dengan demikian, strategi yang tepat adalah strategi SO (Strength-Opportunities), yaitu mengoptimalkan kekuatan yang ada untuk menangkap peluang yang tersedia.
Strategi yang Direkomendasikan
Beberapa langkah yang disarankan Fajar antara lain:
Mengoptimalkan produksi kompos dan biogas agar sampah organik memiliki nilai tambah ekonomi.
Menggunakan teknologi ramah lingkungan berbasis listrik demi efisiensi.
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memilah sampah sejak rumah tangga, termasuk dukungan melalui iuran konsisten.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!