Tetiba tubuh kecilku terasa menggigil, tangan mungil dengan telapak kecil. Kupanggil, dan kuulurkan pada sosok dihadapku.
"Aku minta seteguk air," pintaku dengan penuh harap. Kedua bola mataku tak henti menatap. Bibirku melayangkan permintaan. Berharap sosok setengah baya di hadapku mengabulkan satu keinginan. Memberiku air.
Wajahku sayu, terlihat dahaga menyelimuti raga. Hingga terasa gigil tak kunjung reda. Sosok setengah baya itu menunduk sembari menepuk bahuku.
"Aku hanya punya setetes. Namun aku yakin itu akan mampu membasahi tubuhmu."
Kupandangi sosok itu. Mataku mulai menembus ruang bijak pada sudut matanya. Begitu banyak cahaya yang kudapat. Tubuhku mulai hangat.
Dia semakin mendekat, erat menggapai tubuhku. Meraih telapak kecil kedua tanganku. Setetes air dituang, lalu kugenggam. Sejenak wajahku bungkam.
Hanya sanggup memandang. Hingga sosok itu menghilang. Setetes air dalam genggam tanganku, kuteguk dan tubuhku semakin hangat.
Tak kurasakan gigil menyengat. Walau setetes begitu menuai manfaat. Lalu kuayunkan kaki, pulang.
***
Tubuh mungil itu menghampiriku. Telapak tangan kecil diulurkan dihadapku. Bibir mungil pun tersenyum lugu. Dia memanggilku, Guru.
"Aku minta seteguk air."