Lagi lagi tak boleh terlalu banyak yang menemui. Semua bergilir satu persatu menuju kamar Mba Ida secara berganti. Terbayang wajah dan senyum manis, semakin jelas terlukis.
Tetiba giliranku. Mba Ida tetap urai senyum yang kurindu. Namun air mata seakan sesak. Berdesak dan saat itu tumpah di pelupuk mata dengan cepat. Aku hanya bisa berucap, "Tetap semangat ya Mba Ida."
Mba Ida hanya mengangguk perlahan. Kedua bibirnya tak sanggup mengurai ucapan. Aku mengerti. Tak lama kemudian aku keluar bilik lalu kupeluk erat tubuh wanita senja di hadapanku. Bunda Mba Ida.
Bunda Mba Ida sempat mengurai cerita. Hasil diagnosa terakhir ditemukan kista dalam rahimnya. Subhanallah. Allah begitu hebat menciptakan Mba Ida sebegitu kuatnya. Sehingga tak terlihat sedikit pun kesedihan di wajahnya. Hanya cahaya kekuatan yang terpancar menyelimuti raganya.
Senyuman itu tetap terlihat manis seperti beberapa saat lalu berjumpa. Aku tak percaya dalam hitungan minggu kondisi Mba Ida sungguh jauh berbeda. Tak bisa kuungkap dengan kata. Aku hanya memohon doa. Untuk kesembuhan Mba Ida.
***
Sungguh, begitu banyak pelajaran yang aku dapatkan. Dari perjuangan seorang sahabat yang mengarungi tantangan. Kiranya semangat kerap menjadi andalan. Penyakit serius tak menjadi halangan. Tak ada kata keluh. Hanya senyum penuh keikhlasan yang begitu teduh.
Penyakit dijadikannya pelengkap hidup. Penyulut tekad agar tak redup. Di tengah sakitnya tak terlukis kata menyerah. Di wajahnya tersirat untaian mutiara pelawan resah. Mba Ida merupakan contoh wanita berhati kuat. Senantiasa menggenggam semangat demi satu kata "sehat".
Niek~
Jogjakarta, 7 Januari 2020