Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pilihan dan Keinginan Bagai Siang dan Malam

16 Januari 2019   08:59 Diperbarui: 16 Januari 2019   09:10 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/Alexas_Fotos

Pilihan dan keinginan tak bisa berjalan bersamaan, haruslah bergantian. Mengapa demikian? Hal ini pun agar kita merasa nyaman. Ya, aku melakukannya untuk hal itu. Agar kehidupan keluargaku menjadi nyaman.

Dan menjadi ibu rumah tangga adalah pilihanku saat ini. Bila ditanya tentang apa keinginanku? Oh banyak sekali, hehe. Aku ingin ini dan itu, dan lain sebagainya. Namun, pilihanku tak bisa sejauh dan sebanyak yang kumau.

Pilihan harus realistis dengan keadaan. Jika aku bekerja untuk saat ini, tak ada yang mengasuh anak-anak, sedangkan suami mencari nafkah dari pagi hingga petang. Maka dari itu aku harus menentukan pilihan, bukan mengejar keinginan.

Sejenak aku pun menyingkirkan keinginanku yang menggiurkan. Keinginan yang tak terbatas oleh ruang dan waktu. Keinginan yang lebih pada egoku. Sedang pilihan, adalah sebuah hal yang kujalani sebagai realita hidup.

Bagai siang dan malam, yang berbeda namun mereka berjalan bergantian. Begitulah aku mengumpamakan keinginan dan pilihan. Tak bisa dipersatukan karena berada pada porsi yang berlainan.

Siang dan malam, antara dua waktu yang punya perbedaan. Perbedaan yang bukan suatu keinginan namun sebuah pilihan yang harus dijalani. Siang tak bisa jadi malam, begitu pula sebaliknya.


Siang dan malam memiliki makna tersendiri. Siang bertugas menyinari, dan malam menyejukkan bumi. Mereka tak salah menjatuhkan pilihan. Karena masing-masing punya tugas yang diemban.

Mungkin kalau ditanya, pastilah banyak keinginan antara siang dan malam. Namun mereka harus menjalani sebuah pilihan sebagai tugas yang tak bisa ditinggalkan.

Begitupun aku, terkadang aku pun ingin mewujudkan keinginanku, tapi aku tak bisa egois begitu saja. Sebab semua sudah ada jalannya. Dan tentu saja sudah ada waktunya. Mungkin inilah waktuku untuk menjalani pilihan sebagai tugasku saat ini yang tak bisa kutinggalkan. Bukan menggapai keinginan semata.

Karena aku yakin Allah menciptakan semua sudah pada porsinya. Keinginan hanyalah bersifat sementara. Sedang pilihan untuk jangka waktu yang lama, bahkan selamanya. Mungkin keinginan bisa kugapai kelak jikalau waktu yang tepat tiba.

Sejenak kupandang kubah di atas rumah-Nya. Kala malam bersinar, indah sekali. Kutanya pada diriku, adakah keinginan untuk seindah itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun