Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berkaca pada Kehidupan Ikan

13 Desember 2018   16:30 Diperbarui: 13 Desember 2018   16:33 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pixabay.com/spimentel

Aku terpaku, mereka seolah menari dihadapanku, meliuk-liuk tiada henti. Sejenak aku berpikir, apakah mereka bahagia? Hidup hanya di media air. Apalagi dalam ruang yang terbentur bidang datar. Dan kaca yang membuat mereka pun bisa melihat kita.

Ya, kita yang seolah mengaku memelihara mereka. Mungkin dari dalam sana mereka saling bergumam, akankah kita terus bisa merawatnya? Sedang kita sendiri belum tentu bisa merawat diri kita. Ah, ikan rupanya kalian tau apa yang menjadi sifat dasar manusia, labil dan masih mudah tergoyahkan oleh kehidupan dunia.

Ikan yang terlihat cantik dan menarik, meski hanya hidup dan tinggal di dalam air. Mereka bahkan tak kenal darat dan udara, namun mereka sungguh menikmatinya. Mereka sungguh pandai bersyukur diberi kehidupan meski hanya di dalam air.

Walau tak diberi kesempatan mencicipi dunia luar, namun mereka tetap bersahaja, hidup dan berkembang pada tempatnya. Sebagai tanda syukur kepada Yang Kuasa atas kenikmatan yang diberikan-Nya. Ikan tetap indah seolah tak ingin berubah.

Mereka yang asyik kesana kemari. Tak peduli bagaimana hidup di luar sana. Bagi mereka, dunia terindah adalah air, dimanapun asalkan ada air hidup terasa damai.

Air adalah kehidupannya yang istimewa. Sudah cukup bagi mereka. Air yang tenang dan menentramkan jiwa. Pemikirannya begitu mudah dipahami. Kehidupannya pun mudah dimengerti. Aku sungguh iri pada mereka.

Berbeda dengan manusia yang memiliki dunia beraneka. Manusia diberi kesempatan hidup dimana saja. Dengan akal manusia bisa bertahan. Dengan hati manusia bisa mencermati.

Manusia memandang dunia dari kaca yang begitu beragam. Justru itu terkadang manusia dibuat ruwet tak karuan. Terlalu banyak impian dan harapan. 

Manusia terkadang mempersulit dirinya dengan kehidupan yang sesungguhnya hanya sementara, namun berat terasa. Yang membuat berat ya diri kita. Yang seringkali lupa bersyukur, selalu merasa kurang sempurna.

Ah, manusia. Jika kita berkaca pada kehidupan ikan yang begitu mudah dan qonaah. Bisa kok kita membuat mudah pula hidup kita. Seperti dunia ikan yang mudah namun indah. Mereka tetap damai meski hanya di dalam air.

Kita, manusia patut bersyukur diberi kesempatan hidup lebih nyaman daripada ikan. Jika kita lihat pola hidup ikan dari bangun hingga istirahat seolah tak henti hanya dalam lingkaran air. Dengan tubuh lembutnya mereka semangat tuk selalu bergerak. Siripnya yang kecil begitu lihai, tak takut patah ataupun lelah. Duhai ikan kalian begitu sabar menjalani hidup. 

Tak seperti kami para manusia, yang kadang merasa kurang dengan apa yang kami terima. Seharusnya kami malu. Seolah pintar merawatmu, namun ternyata merawat kehidupan kami sendiri pun belum tentu kami mampu. 

Aku termenung sembari memandangi ikan-ikan yang masih terus dan terus saja menari. Kalian tak hanya menghiburku, banyak hal yang aku dapat darimu juga teman-temanmu. Hal yang sering kulalaikan. Lalai karena terbuai dunia yang fana. Bersyukur!

Ya, aku masih harus lebih belajar bersyukur. Dengan kehidupan yang beragam, serta kenikmatan yang telah digenggam. Apapun itu adalah anugerah yang telah diberikan-Nya, sepatutnya harus aku syukuri.

Terimakasih, kalian yang kupelihara justru yang memberiku pelajaran berharga. Sebagai pengingat tuk selalu ingat. Agar tak lupa walau kadang terlupa. Ah, manusia. Ya, aku hanya manusia. Namun aku pun bersyukur karena diberi kesempatan untuk diingatkan oleh sesama makhluk Tuhan.

Semua berawal dari niat, maka hidup tak kan terasa berat.

Dari balik kaca aku pun mencoba berkaca pada kehidupan mereka, begitu mudah namun tetap indah. "Ikan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun