Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Peng-kereta-an Gerbong Secara Sistematis?

9 September 2014   17:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:12 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1410233605546913385

Memang, dulu Kereta Khusus Wanita pertama muncul tahun 2012, namun mendapat respons negatif dari masyarakat. Sehingga, tahun 2013 dihapuskan. Nah gerbongnya dipisah dan dijadikan untuk dua gerbong depan dan belakang.

Namun anehnya, penyebutan (bahasa saya, peng-kereta-an) gerbong ini terjadi terus menerus dan diamini oleh semua orang. Padahal perlu "revisi" penyebutan dan edukasi karyawan (jika ini terjadi karena kebiasaan karyawan).

Saya rasa, ini bukan kesalahan satu-dua pegawai karena penyebutan ini seragam. Di setiap Stasiun, disetiap Kereta yang saya masuki. Bahasa kerennya terjadi penggunaan istilah yang TSM. Terstruktur, Sistematis dan Masif hehe.

Saya mengerti kalau gerbong-gerbong wanita yang sekarang adalah "copotan" dari Kereta Wanita yang dulu (dan sepertinya sih bukan dari itu saja karena jumlah KRL CL yang lumayan banyak). Hanya saja, mbok ya  di cat ulang dengan tulisan Gerbong Wanita kek. Atau tidak ada tulisan tapi nuansa pinky nya saja sudah cukup. KRL CL bisa mengecat gerbong-gerbong lain dengan produk sponsor, masa hanya dua gerbong tidak sanggup?

[caption id="attachment_322964" align="aligncenter" width="259" caption="Gerbong atau Kereta?"]

1410233605546913385
1410233605546913385
[/caption]

Saat ini yang terjadi, semua gerbong sekarang disebut KERETA dan semua kereta sekarang disebut RANGKAIAN KERETA. Pengistilahan baru. Yang menyimpang. Kita juga punya BAHASA INDONESIA yang berbeda dengan Bahasa Melayu induknya yang mengatakan "kereta" itu "kendaran".

Di berita mengenai  penghapusan kereta KRL Wanita, seperti yang pernah dilansir antaranews, diisyaratkan bahwa masyarakat-lah yang salah kaprah kebiasaan memiliki persepsi bahwa kereta adalah gerbong. Padahal pada kenyataannya, saya rasa tidak.

Disitu malah ada indikasi, Dahlan Iskan yang menyebut "rangkaian kereta" menjadi rujukan "anak buahnya" untuk kemudian memiliki pendapat bahwa ada "rangkaian kereta" dan ada "kereta" sebagai bagian dari rangkain itu. Ya, mungkin kita jadi terbayang rantai :) ada rantai dan ada mata rantai-nya.

Aneh, kalau instansi pemerintah/BUMN yang seharusnya memelopori penggunaan bahasa yang benar malah menjadi pangkal kesalahan berbahasa yang fatal. Apakah KAI selain CL juga menggunakan istilah baru "hasil temuan" PT KAI CL ini juga? Hehehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun