Mohon tunggu...
Undix Doang
Undix Doang Mohon Tunggu... -

Menulis tidak bisa diajarkan, tapi bisa dipelajari.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Deis Vs Ateis di TIME

9 Februari 2011   13:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:45 1892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sains modern dan agama sama-sama bermaksud menjelaskan cara alam semesta bekerja. Yang tersebut pertama menjelaskan melalui materi (natural) dan kedua melalui hal gaib (supernatural). Sejak beberapa abad yang lalu kemajuan sains mendorong gerakan ateisme (anti-Tuhan) yang menolak keberadaan Tuhan samasekali. Sebaliknya agama bersikukuh pada kehadiran Tuhan.

Segelintir orang beragama lantas kasak-kusuk dengan gerakan kreasionisme. Gerakan itu selalu dipecundangi bersama-sama atau terpisah oleh kalangan ateis dan ilmuwan beragama dalam setiap kesempatan. Ateis dan ilmuwan beragama sekubu dalam melawan kreasionisme. Tapi apa jadinya bila keduanya dihadapkan satu-sama lain untuk membahas sains dan ketuhanan?

Berikut ini terjemahan perdebatan wakil kedua pihak sekubu tentang sains dan ketuhanan (bukan membahas sains dan agama). Kubu ateis diwakili oleh zoolog Richard Dawkins. Ia ilmuwan biologi yang termasyhur sebagai penutur fasih teori evolusi, dan kemudian ateisme. Dawkins dikenal sebagai ilmuwan jurubicara ateis. Buku terbaru Dawkins berjudul God Delusion termasuk laris-manis di dunia.

Lawan debat Dawkins adalah genetikawan Francis Collins, yang kini jadi ilmuwan jurubicara kaum beragama. Collins pernah menjadi Director of the National Human Genome Research Institute. Ia memimpin 2.400 berbagai bangsa untuk memetakan tiga milyar gen. Pada usia 27 tahun ia masuk Kristen dari sebelumnya ateis. Dua tahun yang lalu ia menulis buku The Language of God: A Scientist Presents Evidence for Belief.

Sekalipun beragama, Collins cenderung berpihak pada deisme daripada mendukung teisme. Deisme berpendapat bahwa Tuhan ada di luar Alam-Semesta dan tidak campur-tangan pada kehidupan sehari-hari manusia. Ada pun teisme (landasan teologi sebagian besar Samawi) berpendapat bahwa Tuhan hadir dan turun-tangan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dengan mengabulkan doa.

Kedua ilmuwan kelas kakap dipertemukan oleh majalah TIME di Time & Life Building, New York City pada 30 September 2006 untuk membahas perbedaan pendapat mereka.

Berikut ini terjemahan perdebatan mereka. Selamat menikmati!

TIME: Professor Dawkins, benarkah apabila seseorang benar-benar memahami sains, maka Tuhan merupakan halusinasi, sebagaimana judul buku Anda?

DAWKINS: Pertanyaan itu tentang apakah ada pencipta adi-gaib, Tuhan, adalah salah satu yang paling penting, yang kita harus jawab. Saya kira ini adalah pertanyaan ilmiah. Jawaban saya adalah tidak.

TIME: Dr. Collins, Anda percaya bahwa sains cocok dengan keyakinan Kristen.

COLLINS: Ya. Keberadaan Tuhan, bisa benar atau tidak. Tapi menyebutnya sebagai pertanyaan ilmiah berdampak pada perkakas keilmuan yang dapat memberi jawaban. Menurut hemat saya, Tuhan tidak bisa sepenuhnya menyatu dengan Alam, dan oleh karena itu di luar jangkauan sains untuk mengukurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun