Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ponorogo Tak Hanya tentang Reog

25 Januari 2017   10:23 Diperbarui: 26 Januari 2017   10:08 1252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Topeng ini sudah merambah ekspor ke mancanegara, seperti Taiwan, Hongkong, dan Korea (Photo: Dok. Pribadi)

Jelang akhir bulan Desember tahun lalu saya menyempatkan diri untuk mengunjungi keluarga kedua di Ponorogo. Meskipun saya asli Betawi, tapi saya menemukan “rumah kedua” di bumi Reog tersebut. Hal ini dikarenakan oleh pengalaman saya yang pernah menyantri dan mengabdi di sebuah Ponpes.

Tak ayal, saya pun menggunakan kesempatan untuk cuti dengan sebaik-baiknya. Saya pikir akan mubazir jika tidak saya pergunakan. Berbekal meesan tiket kereta api yang nyaris habis, niat naik dari stasiun pasar Senen, malah mendapatkan tiket berangkat dari stasiun Gambir.

Ya, jangan dikira saat itu saya tak mengecek bolak-balik aplikasi booking tiket secara online. Justru karena saking seringnya, sehingga saya mantapkan niat untuk segera mengemas keperluan melancong.

Hari yang ditunggu pun tiba, saya menyewa ojek online untuk bisa sampai di stasiun Gambir. Tiba disana tepat 1 jam lebih sebelum jadwal pukul 15.00 wib. Perjalanan memakan waktu hingga 10 jam.

Oleh karena di Ponorogo tidak ada stasiun besar, maka saya pun harus rela transit di Madiun. Durasi 10 jam terhitung sejak pukul 15.00 wib akan tiba di Madiun pukul 1.00 dinihari, hal ini sudah saya antisipasi melalui booking penginapan, agar saya bisa beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke Ponorogo.

Perjalanan cukup menyenangkan, meskipun tidak ada pemandangan yang bisa saya nikmati dari balik jendela, hanya romansa malam di langitnya yang gelap. Namun begitu, saya masih tetap bisa membaca buku yang sengaja disiapkan dari rumah.

Ya, dalam semalam satu buku saya baca. Selebihnya jika saya mengantuk, saya tertidur, namun terbangun lagi. Tidur pun tak nyenyak rasanya, kemudian saya alihkan untuk mendengarkan musik dari playlist di ponsel.

Waktu berlalu, kereta api memasuki stasiun Madiun. Keluar stasiun saya memilih becak untuk mengantar saya ke penginapan. Tapi keberuntungan tak saya dapat tat kala penginapan yang sudah saya booking dari Jakarta menutup dan menggembok rapat pintu gerbang.

Tidak putus asa, saya minta bapak pengayuh becak untuk kembali mengantar saya mencari penginapan lain. Hanya beberapa kilometer dari penginapan itu, saya temukan hotel di pinggir jalan raya, dan yang bertugas juga bersiaga menerima tamu.

Waktu menunjukkan pukul 2.30 wib saat itu, dan saya baru bisa merebahkan badan setelah melalui perjalanan panjang.

Pagi hari di kota Gadis, Madiun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun