Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami hadir untuk memberikan berbagai informasi tentang Umsida dan isu-isu menarik lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesan Prof Jain untuk Maba Umsida, Pakai Metafora McClelland

21 September 2025   13:42 Diperbarui: 21 September 2025   13:42 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wakil Ketua Majelis Dikti Litbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Achmad Jainuri MA PhD, memberikan penguatan kepada mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) tahun akademik 2025-2026. 

Lihat juga: Prof Jain: Pendidikan Tak Hanya Tanggung Jawab Lembaga

Dalam pesannya, ia menekankan bahwa kesungguhan menjadi kunci utama dalam meraih ilmu pengetahuan.

Semangat Prestasi Terus Ditumbuhkan

"Jadi kesungguhan dalam belajar menjadi acuan utama kalian agar berhasil," katanya.

Lantas ia mengutip pepatah lama yang sering dibuktikan yakni Man Jadda Wajada, yaitu barang siapa yang bersungguh-sungguh mengupayakan suatu usaha, maka keinginan itu akan tercapai.

Prof Jain yakin prinsip ini masih bisa diterapkan di kalangan generasi Z. Mereka harus menanamkan keyakinan  dan keinginan untuk selalu berhasil dalam melakukan pekerjaan.

Selanjutnya, ia menjelaskan tentang Virus McClelland "Need for Achievement" (nAch), yang mengungkap bahwa kebutuhan akan selalu berhasil di dalam cita-cita untuk melakukan pekerjaan.

Metafora yang digunakan David McClelland itu menggambarkan kebutuhan berprestasi (nAch), sebuah motivasi yang dipelajari yang ditandai dengan keinginan untuk berprestasi dan unggul dalam situasi kompetitif.

Ia mengungkap keberhasilan masyarakat barat yang dikarenakan sistematika tujuan dan program selalu berhimpitan, itulah yang disebut dengan virus "Need for Achievement".

Ia menyebut bahwa setiap proses belajar, akan selalu ada godaan.

"Walau pepatah ini lama, tapi mahasiswa harus menerapkannya, yaitu Berakit-rakit ke hulu,  berenang-renang ketepian.  bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian," tutur Wakil Ketua BPH Umsida itu.

Di negara barat, katanya, mahasiswa memang cukup jauh berbeda dengan di Indonesia.

Lantas ia menceritakan sebuah sekolah di Jogjakarta yang membebaskan para siswanya untuk memakai pakaian layaknya gaya pendidikan orang barat,  namun dengan syarat mereka harus memiliki prestasi dan cerdas.

"Walaupun pandai para siswa tersebut tidak mau menerapkan kebijakan tersebut. Mereka tetap memakai pakaian sopan dan rapi saat ke sekolah," terangnya.

Mahasiswa Adalah Kader Bangsa dan Umat

Dok Humas Umsida
Dok Humas Umsida

Di samping belajar, menurut Prof Jain, ada banyak kegiatan penting yang  akan ditemui para mahasiswa ketika terjun ke masyarakat,  misalnya saat berorganisasi,  bermusyawarah atau merumuskan sesuatu.

"Jadi mahasiswa tak boleh hanya memiliki kemampuan akademik atau life skill saja,  tapi juga memiliki keinginan sebagai kader bangsa Berupa kepandaian dan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah untuk membangun bangsa," kata Prof Jain.

Menurutnya, kualifikasi pendidikan menjadi sangat penting  untuk membentuk sumber daya masyarakat yang lebih baik.

Lebih lanjut, ia menyinggung persoalan yang tengah hangat diperbincangkan oleh publik terkait kualifikasi pendidikan para pemimpin bangsa saat ini.

Prof Jain berpendapat bahwa sebagai kader bangsa,  mahasiswa  harus memiliki  kualifikasi pendidikan yang bagus.

"Setelah  kalian lulus, maka kalianlah yang menggantikan posisi mereka nanti," tandasnya.

Ia menghubungkan kondisi ini dengan pepatah Arab, "Syubbanul yaum rijalul ghodi" yang berarti pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan.

Mahasiswa juga harus menjadi kader umat, yaitu kader yang berjuang demi kemaslahatan bersama didasarkan pada nilai-nilai  agama yang dianut.

Dalam konteks Islam, sudah barang tentu nilai-nilai Islam menjadi dasar pertama para mahasiswa Umsida untuk dijadikan sebagai landasan mengelola umat.

Mahasiswa, imbuh Prof Jain, juga sebagai kader persyarikatan yang mutlak bagi seluruh alumni kampus Muhammadiyah

Ia meminta agar misi persyarikatan yang sangat bagus, apalagi dalam konteks kemanusiaan "filantropik", yang senang membantu, bukan meminta.

"Al yadul ulya khairun minal yadis sufla. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah,"

Lalu Mahasiswa juga berperan sebagai kader universitas.  yang berpesan Apabila ada informasi baik dari umsida, maka hendaknya disebarluaskan.

Namun jika informasi itu tidak baik, ia berpesan agar yang bersangkutan menyampaikan kepada pimpinan Universitas agar menjadi evaluasi bersama.

"Kita harus renungkan bersama bahwa pendidikan menjadi landasan yang sangat kokoh  dalam rangka mengatur negara maupun pemerintahan. Jika masyarakat tidak terdidik, maka penguasa juga seperti itu," tegas Prof Jain.

Lihat juga: Prof Syafiq: Modernisasi Jadi Ciri dari Cara Berpikir Muhammadiyah

Ia memohon agar mahasiswa agar benar-benar belajar dan mencetak prestasi yang bisa dimanfaatkan untuk menata kehidupan, baik di lingkungan sekitar maupun lingkungan luas.

Penulis: Romadhona S.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun