Intan memilih topik ini lantaran setidaknya karena empat hal, di antaranya:
- Â Karakteristik Kimia dan Fisika Tanah tidak stabil
"Kadar air, plastisitas kimia dan fisika tanah di lumpur sidoarjo belum stabil sehingga belum bisa digunakan langsung sebagai bahan media tanam," terang Intan saat menjelaskan rincian penelitiannya.
- Â Lumpur Sidoarjo Mengandung Kadar Logam Berat
Beberapa logam berat yang ada dalam lumpur Sidoarjo seperti arsenik, timbal, dan merkuri berpotensi mencemari lingkungan jika digunakan langsung di pertanian, sehingga dibutuhkan upaya stabilisasi konservasi dan fitoekstraksi jika akan dimanfaatkan kembali.
"Saat saya mengambil sampel pada tahun 2024 di beberapa desa, memang ditemukan logam berat pada tanaman pionir, terlebih unsur timbal" ujar Ketua Pusat Studi SDGs Umsida itu.
- Â Belum Ada Penelitian Terkait Sebelumnya
Intan menjelaskan bahwa belum ada penelitian yang membahas terkait upaya konservasi tentang tumbuhan pionir sebagai agen fitoekstraktor, terlebih di daerah yang berbahaya.
- Â Sifat Geoteknik Buruk
Menurutnya, sifat geoteknik di lumpur Sidoarjo masih tergolong belum stabil dan masih rendah.
Kohesi dan pengendapan besar dalam waktu 19 tahun merupakan  waktu yang lama. Hal itu menyebabkan tempat menjadi tidak layak untuk timbunan, fondasi, atau stabilisasi lereng.
Fitoekstraksi Dilakukan di 3 DaerahÂ
Intan menemukan tanaman ini di tiga desa yang terendam lumpur dan masuk dalam kategori zona sangat berbahaya yakni Desa Jatirejo, Desa Besuki Kulon, dan Desa Kedung cangkring.
"Desa yang paling banyak memiliki tanaman yang mengandung Timbal ada di Desa Kedung Cangkring dengan total 22,88," jelasnya.
Setidaknya ada sembilan jenis tanaman pionir yang ditemukan Intan di daerah ini.Â