"Orientasinya sudah berbeda. Sebelumnya, yang dipilih mungkin industri besar, sedangkan di program terbaru, mahasiswa bisa memilih tempat yang benar-benar membutuhkan solusi," terang dosen Program Studi Akuntansi itu.
Dengan adanya Kampus Berdampak, imbuhnya, masyarakat sudah pasti menjadi bagian dari kebermanfaatan program karena kampus menjadikan riset dan inovasi sebagai tulang punggung kampus berdampak.
Tantangan dan Cara Perguruan Tinggi Terapkan Kampus Berdampak
Wakil Ketua Bidang Hukum & Etika Bisnis Kadin Sidoarjo itu menerangkan bahwa perguruan tinggi memiliki tantangan dalam hal riset dan inovasi yang benar-benar dibutuhkan masyarakat.
"Jadi bagaimana kampus bisa memetakan apa saja yang menjadi permasalahan di masyarakat, memikirkan solusinya, dan memiliki grand design terhadap apa saja yang bisa dikembangkan di kampus dan diterapkan di masyarakat," terang Dr Sigit.
Lalu, bagaimana Umsida menerjemahkan program Kampus Berdampak ini?
Umsida memiliki dua pendekatan dalam menerapkan program Kampus Berdampak, yaitu secara kelembagaan dan secara individu.
Secara kelembagaan, Umsida sudah menerapkan beberapa konsep Kampus Berdampak ini. Umsida harus memiliki riset abdimas dan inovasi yang bisa langsung diterapkan.
Untuk riset, Umsida sudah berada di taraf pengembangan, hilirisasi, dan komersialisasi.Â
Oleh karena itu, Umsida sudah menerapkan beberapa kegiatan yang selaras dengan program Kampus Berdampak. Â
Misalnya KKN Umsida yang berfokus pada beberapa sektor potensial di desa seperti wisata, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.