Target yang diharapkan oleh Allah dari Ibadah Puasa adalah menjaga diri seorang hamba dari perkataan dusta dan perbuatan yang bodoh (jahil) sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
"Man lam yada' qawla az-zr wal-'amala bihi, fa laysa lillahi jatan f an yada'a a'mahu wa sharbahu."
Lihat juga: Bulan Ramadan, Momen untuk Menyucikan Hati, Ini 5 Amalannya
Artinya: Barangsiapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan dusta dan berbuat dengannya, maka Allah tidak butuh pada amalannya meninggalkan makan dan minumnya (HR Bukhari, Ahmad, Abu Dawud dan tirmidzi).
Puasa Tak Hanya Menahan Lapar dan Haus
Dengan Bahasa lain, bahwa puasa sesungguhnya tidak hanya sekedar meninggalkan makan dan minum, serta nafsu syahwat di siang hari saja.
Tetapi puasa merupakan suatu proses untuk melindungi dirinya dari ucapan bohong dan perbuatan jahil (perbuatan bodoh yang menimbulkan kezaliman atas dirinya sendiri maupun kedholiman terhadap orang lain).
Orang berpuasa yang tidak dapat meninggalkan kebatilan dan perkataan bohong berarti tidak menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak memanifestasikan apa yang diperintahkan oleh Allah terhadap dirinya sebagai seorang hambah.
Atau bahkan jika kita naikkan pada maqam seorang hambah memanifestasikan sifat-sifat Allah kedalam setiap sikap dan tindakan kita sebagai manusia yang diberi tanggung jawab oleh Allah menjadi wakil-Nya untuk menjadikan dirinya sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan Lil'alamin).
Puasa diperintahkan oleh Allah kepada kita sebenarnya bertujuan untuk kemaslahatan (kebaikan dan kepentingan) kita.Â
Puasa dalam konsep inilah yang mampu mencegah kita dari segala macam kenistaan sekaligus memperkuat tekad kita untuk mengendalikan hawa nafsu kita, karena sesungguhnya hawa nafsu kita (an-nafs al-'amarah) selalu mengajak kita kepada kesesatan:
Wa m ubarri'u nafs inna an-nafsa la-ammratun bis-s'i ill m raima rabb, inna rabb ghafrun ram