Mohon tunggu...
Umratun Sasmita UIN Mataram
Umratun Sasmita UIN Mataram Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa, saya menggunakan akun ini dengan semaksimal mungkin termasuk sebagai pemenuhan tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Joki Cilik di Arena Pacuan Kuda, Tradisi atau Eksploitasi Anak?

19 Oktober 2022   23:20 Diperbarui: 19 Oktober 2022   23:32 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Melestarikan tradisi menjadi suatu hal yang perlu dilakukan dalam masyarakat. Namun, apa jadinya jika sebuah tradisi diangggap sebagai sesuatu yang berdampak negatif di masa sekarang.

Bagi pencinta olahraga, tentu tidak asing lagi dengan yang namanya pacuan kuda atau olahraga berkuda. Salah satu cabang olahraga yang diperlombakan di (PON) Pekan Olahraga Nasional ini, tidak hanya diperlombakan di ajang olahraga resmi saja tetapi justru menjadi budaya yang mengakar kuat di masyarakat.

Pacuan kuda menjadi sebuah tradisi yang cukup banyak digemari masyarakat khususnya dari kalangan pria di pulau Sumbawa. Tradisi yang telah ada sejak zaman kolonial Belanda di wilayah Sumbawa, Bima dan Dompu ini, memicu berbagai pro dan kontra di tengah masyarakat.

Kuda yang di tunggangi oleh anak-anak yang masih di bawah umur. Menimbulkan perdebatan dari berbagai kalangan. Bahkan Bupati Bima, Hj Indah Dhamayanti Putri pernah mengeluarkan Surat Edaran (SE) terkait penghentian penggunaan joki cilik dalam pacuan kuda. Namun, Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PORDASI) Bima, menolak Surat Edaran tersebut. 

Penolakan ini beralasan bahwa pemerintah terlalu cepat menyimpulkan joki cilik sebagai bagian dari eksploitasi anak. Dalam suatu kesempatan ketua PORDASI Bima, Irfan menyatakan "Karena tidak didasari kajian secara ilmiah" tegasnya. Sehingga Surat Edaran tersebut tidak dapat diterima dan dipertimbangkan. 

Prediksi pacuan kuda yang sering diadakan di pulau Sumbawa, tidak hanya berbicara tentang tradisi, budaya dan kearifan lokal saja. Jika dilihat dari aspek ekonomi tidak sedikit yang menggantungkan hidupnya dari pacuan kuda khususnya para joki cilik. Bahkan pencari pakan ternak untuk kuda saja bisa mendapatkan gaji hingga jutaan rupiah dari pemilik kuda.

Puluhan UMKM dan para pedagang yang berjualan dan saling membutuhkan di sekitar arena pacuan kuda. Turut berpartisipasi dalam mengembangkan pergerakan sektor perekonomian pada saat lomba di adakan. 

Tradisi turun temurun ini juga dijadikan sebagai ajang silaturahmi, masyarakat yang ikut serta dalam kompetisi hingga masyarakat yang datang dari berbagai daerah di pulau Sumbawa untuk menyaksikan pacuan kuda. 

Kekhawatiran pemerintah juga terhadap pendidikan bagi para joki cilik yang tentu terganggu karena penyelenggaraan lomba seperti ini, yang biasanya memakan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu. 

Untuk itu, pemerintah daerah memberikan kebijakan mengaktifkan sekolah malam bagi para joki cilik. Beberapa guru ditugaskan untuk mengajar para joki yang ketinggalan pelajaran karena mengikuti perlombaan.

Disisi lain forum anak dari kota bima gencar menyuarakan "mengecam segala macam bentuk eksploitasi terhadap anak" sejak tahun 2020 lalu hingga saat ini. meskipun hal ini bukan satu-satunya yang menjadi sorotan dari forum anak, tetapi perihal pengecaman tradisi masyarakat yang dianggap sebagai eksploitasi tersebut tetap di suarakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun