Mohon tunggu...
ummu nazry nafiz
ummu nazry nafiz Mohon Tunggu... Guru - penulis artikel santai

Guru dan Pemerhati Generasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sisi Lain Terowongan Silaturahmi

23 Februari 2020   13:50 Diperbarui: 23 Februari 2020   13:57 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rencana pembangunan terowongan Masjid Istiqlal-Gereja Katedral disambut baik para kedua agama, yakni Islam dan Kristen. Nantinya, terowongan tersebut diproyeksi bakal menjadi ikon toleransi dan kerukunan umat beragama di Indonesia.

Wakil Kepala Humas Masjid Istiqlal Abu Hurairah mengatakan, ikon toleransi di Indonesia memang diperlukan. Dia menyebut, rencana pembangunan terowongan yang dinamai Terowongan Silaturrahim ini akan masuk dalam tahap kajian detail.

"Terowongan itu nanti bisa jadi ikon toleransi di Indonesia," kata Abu saat dihubungi Republika, Jumat (7/2).(Jakarta, Republika.co.id, 2020).

Pembangunan fisik sebuah terowongan silaturahmi sebagai simbol kerukunan beragama tanpa dibarengi dengan upaya penyadaran publik tentang pentingnya menjaga kerukunan hidup antar umat beragama demi keutuhan negeri dengan menerapkan aturan yang baik yang mampu memenuhi segala rasa yang diinginkan manusia, adalah sebuah kesia-siaan. Tidak efektif juga tidak efisien, sebab hanya menghabiskan banyak biaya saja ditengah upaya mengencangkan ikat pinggang efisiensi pengeluaran dan belanja negara.  Selain juga tidak menyentuh akar masalah seringnya terjadi bentrok antar umat beragama dinegeri ini, contohnya kasus perusakan mesjid beberapa waktu yang lalu.

Sebab permasalahan kerukunan beragama yang diduga menjadi latar belakang pembangunan terowongan silaturahmi Istiqlal-katedral, ditenggarai berasal dari rasa ketidakpuasan publik atas kebijakan yang diberlakukan oleh sistem sekuler kapitalis yang menjadikan standar pemberlakukan peraturan publik hanya berdasarkan kepentingan pihak yang memiliki kepentingan saja yaitu pihak kapitalis yang memiliki modal untuk memesan pembuatan sebuah peraturan.  

Akhirnya hanya pihak kapitalis saja yang mampu menyetir lahirnya sebuah peraturan yang diberlakukan ditengah-tengah publik, sebab memiliki uang dan modal.
Sistem sekuler-kapitalis tidak mampu memberikan solusi yang efektif dan tepat terkait dengan tuntutan publik atas persoalan keberagaman agama yang ada ditengah publik.  Sebab sistem sekuler -kapitalis pun sebetulnya juga bingung mendefinisikan apa itu agama dan kepentingannya dalam kehidupan, hal ini terlihat nyata dari kebijakannya dengan menyingkirkan agama dari kancah kehidupan. Agama hanya dijadikan sebagai simbol untuk urusan pribadi dalam ranah pribadi dan tidak berhak mengatur utusan publik. 

Akhirnya sistem sekuler- kapitalis akan menyelesaikan setiap permasalahan dengan sebuah simbolisasi saja, namun tidak mampu menyentuh akar permasalahan dengan menyelesaikan permasalahan yang terjadi nyata dihadapan publik, dengan penyelesaian yang baik.  Wajarlah jika pada akhirnya, kekacauan kerukunan hidup beragama saat ini diselesaikan hanya dengan membangun sebuah terowongan silaturahmi yang akan dicitrakan sebagai simbol kerukunan beragama. Akhirnya, sistem sekuler kapitalis secara tidak langsung akan menciptakan agama dan ajaran baru yang berpotensi menodai kemurnian ajaran agama yang sebenarnya, baik Islam maupun Kristen, dan sebetulnya ini adalah titik paling rawan yang berpotensi pada terjadinya liberalisasi beragama. 

Alhasil terjadilah pelecehan atas semua ajaran agama, sebab tidak ada jaminan pelaksanaan ajaran agama semurni-murninya sesuai ajaran agama itu sendiri. Ajaran seluruh agama berpotensi diobok-obok dan dinodai oleh sistem sekuler-kapitalis demi sebuah simbol dan pencitraan.

Maka jika sistem sekuler-kapitalis hanya memandang agama dan ajarannya sama dengan komoditas ekonomi yang bisa diperjual-belikan, yang bisa dipesan dan diganti sesuka hati. Maka tidak demikian dengan sistem Islam.

Sistem Islam memandang jika agama dan ajarannya adalah sesuatu yang sangat suci dan sakral. Tidak bisa diperjual-belikan dan digonta-ganti sesuka hati. Akibatnya, setiap manusia akan didorong oleh sistem Islam untuk mengenal ajaran agamanya masing-masing dan mempraktekannya dalam kehidupannya. 

Sebab Islam memandang, urusan agama adalah urusan keselamatan dan kebahagian didunia dan diakherat. Bukan urusan pencitraan dan simbolisasi kepentingan tertentu. Maka sistem Islam akan menjamin pelaksanaan ibadah setiap individu beragama dengan jaminan yang bersifat pasti. Tidak akan mudah orang bolak-balik keluar-masuk sebuah agama. Apalagi mengawinkan ajaran agama hingga liberalisasi agama. Sungguh Islam akan menjamin kemurnian ajaran setiap agama, sehingga tidak akan terjadi pencampuradukan ajaran-ajaran agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun