Mohon tunggu...
Hanah Siti Nuraenah
Hanah Siti Nuraenah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pribadi

Nama : Hanah Nuraenah Ttl : Sukabumi, 05/07/1992 Tinggal : Sukabumi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Islam Pedoman Hidup yang Sempurna

26 Maret 2020   16:34 Diperbarui: 27 Maret 2020   06:52 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Ummu Isma' (Pengurus Ponpes Al-Hindasyah di Smi, Yogyakarta)

Semakin lama semakin menjadi wabah coronavirus yang berasal dari negeri wuhan ini dan masih menjadi bahan pembicaraan dunia. Sedihnya sudah ratusan orang yang terinfeksi covid-19 sebagian meninggal dan sebagiannya lagi ODP DAN PDP.

 Pemerintahpun hanya menyarankan rakyatnya utk berdiam di rumah namun belum ada upaya real utk memutuskan lockdown. Jikapun lockdown pemerintah harus siap memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Pemerintah pun berkewajiban menjamin sarana dan prasaran terkait  kebutuhan medis agar pasien bisa mendapatkan pelayanan yang baik dan tepat dengan pralatan dan para tenaga medis yang memadai. Tempat wisata, tempat jualan seperti pasar, tokok dan tempat dimana orang-orang biasa berkumpul diupayakan ditutup semntara waktu. 

Masyarakat perlu dihimbau agar mereka tidak keluar rumah. Sudah ada tiga dokter di ketahui lewat berita yang terekspose meninggal dunia akibat terkena corona yang tertular dari pasiennya. Sebelum mmerebaknya virus ini warga DKI Jakarta dan sekitarnya berbondong-bondong menyerbu toko-toko kesehatan. Salah satu yang dituju adalah Pasar Pramuka, Jakarta Timur. Untuk masker tiga lapis dengan berbagai merk dijual dikisaran harga Rp 300 hingga Rp 350 ribu per-box dengan isi 50 buah. masker N95 dibanderol dengan harga mencapai Rp 1,5 jt. Sumber (liputan6.com).

Jika dilihat dari cara pandang hukum kapitalis yang masih diterapkan di Indonesia menilai prinsip jualan hal yang wajar apabila mereka menjual barang ingin mendapatkan untung. Namun sayangnya tak melirik bahwa hal yang perlu diutamakan dalam kondisi saat ini menjadi penjualpun tak ada hati dengan menaikan harga barang-barang dan malah berlomba-lomba mencari kesempatan untuk meraup untung yang besar dengan harga-harga kebutuhan di naikkan. Sampai masker dan sanitizer pun menjadi seperti barang langka. 

Anjuran sikap saling tolong-menolong dengan manusia lain tak nampak kompak, maka tampak masyarakat saat ini terombang-ambing hajat hidupnya pun nyawanya. Walau pada prinsip hidup semua akan merasakan mati jika sudah ajalnya. 

Di sini ada kesalahan berpikir karena ikhtiar dalam melindungi nyawa masyarakat adalah suatu keharusan, salah satunya memenuhi kebutuhan pokok hidup masyarakat yang apalagi pada sikon wabah seperti saat ini. Mirisnya pemimpin terlihat masih abai kepada kewajibannya, bukan sepenuhnya kesalahan pada rantai rakyat yang dilakukan, ini semata-mata koreksi bahwa ada yang salah pada hukum negeri kita.

Apalagi ada saran para dokter untuk memakai masker, sanitizer dan obat-obatan pencegah lainnya menjadi seperti wajib untuk digunakan saat coronavirus merebak. Ketika ramainya wabah coronavirus mahalnya masker dan sanitizer seperti bukan masalah utama lagi, padahal harga itu tak masuk di akal, namun masyarakat tetap mengusahakan beli. Semua ini menunjukan ketakutan atau kehawatiran masyarakat dalam mengambil sikap untuk kehati-hatian terhadap covid-19.

Menyoroti hal ini maka sebetulnya dalam keadaan genting ini apalagi menyangkut nyawa manusia islam melarang menimbun barang atau obat-obatan kesehatan yang dibutuhkan serta dihargakan mahal. Islampun memberi pelayanan gratis bukan sebab saat ada serangan wabah saja tapi selama umatnya memang butuh diperhatikan hak rakyat perlu ditunaikan.

Harusnya dalam situasi genting saat coronavirus inipun pelayanan kesehatan dipasilitasi dengan mudah, efektif dan efisien. Malah islam menganjurkan perawatan dan perlengkapan kesehatan itu gratis pada setiap masyarakat yang membutuhkan. Selain pelayanan kesehatan bagi rakyat tanggungjawab pemerintah, maka segala sesuatu tidak boleh diukur berdasarkan materi, apalagi soal pelayanan kesehatan hitung-hitungan untung rugi. Semua rakyat berhak menikmati pelayanan dan kebutuhan-kebutuhan kesehatan lain secara gratis dari pemimpin negaranya sendiri.

Selain itu pemimpin pun harus banyak mengoreksi diri dan berbenah terhadap ujian yang menimpa umat manusia berfikir bahwa ini bukan sekedar virus fenomena alam namun ada andil Allah menurunkan penyakit agar kita sadar pada apa yang sudah perbuat. Tidak semata Allah menurunkan penyakit kalo bukan untuk diambil pelajaran dan sebagai penggugur dosa-dosa di dunia. Maka pemimpin wajib memberi bimbingan agar masyarakat makin memperkuat keimanannya, taubat dari segala perbuatan salah. Adakan seminar dan training seputar kesehatan yang mengaitkan jasmani dan rohani selalu terjaga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun