Mohon tunggu...
Abdisita Sandhyasosi
Abdisita Sandhyasosi Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis buku solo "5 Kunci Sukses Hidup" dan sekitar 25 buku antologi

Alumni psikologi Unair Surabaya. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah menjadi guru di Pesantren Al Ishlah, konsultan psikologi dan terapis bekam di Bondowoso. Hobi membaca dan menulis dengan konten motivasi Islam, kesehatan dan tanaman serta psikologi terutama psikologi pendidikan dan perkembangan. Juga hobi berkebun seperti alpukat, pisang, jambu kristal, kacang tanah, jagung manis dan aneka jenis buah dan sayur yang lain. Motto: Rumahku Mihrabku Kantorku. Quote: "Sesungguhnya hidup di dunia ini adalah kesibukan untuk memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saat Anggrek Mekar

26 Januari 2023   15:17 Diperbarui: 26 Januari 2023   15:18 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Alhamdulillah nikmat sekali. Nih, mangkoknya langsung bocor!" Kata Ma'e sambil menunjukkan mangkoknya yang sudah kosong.

"Bagaimana kabar mbak Fuji yang terpapar Covid-19  itu, Ma'e? Apa sudah sembuh?" Tanya bu Sholihah.

Mbak Fuji adalah nakes sebuah rumah sakit, tetangga yang tinggal di dekat rumah Ma'e  yang pernah terpapar Covid.

"Alhamdulillah sudah sembuh dan sekarang sudah kembali bekerja di rumah sakit." Jawab Ma'e.

"Saya belum sempat ke rumah mbak Fuji. Karena masih banyak urusan. Badan saya sendiri sering kurang sehat sepeninggal anak saya."

Beberapa bulan sebelumnya anak lelaki bu Sholihah meninggal dunia karena tumor kelenjar getah bening.


"Ya Bu. Mungkin Bu Sholihah kecapekan. Habis mengurus anak sakit terus-menerus. Juga kurang istirahat dan  asupan makanan. Sehingga daya tahan tubuh menurun..."

"Saya memang kurang istirahat dan kurang selera makan.  Ya bagaimana  saya bisa makan? Kalau  saya masih belum bisa melupakan anak saya yang meninggal," kata bu Sholihah dengan nada sedih.

"Ya Bu. Memang sulit melupakan anak yang sudah meninggal. Apalagi mas Firman anak yang berbakti..."

"Ya Bu. Firman itu anak yang patuh dan rajin. Posisinya mau dinaikkan ke level yang lebih tinggi. Tetapi, Allah berkehendak lain." Kata bu Sholihah sambil matanya menerawang jauh.

"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un. Sesungguhnya kami milik Allah dan  kepada-Nya kami kembali."sahut Ma'e.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun