Mohon tunggu...
Abdisita Sandhyasosi
Abdisita Sandhyasosi Mohon Tunggu... Psikolog - Penulis buku solo "5 Kunci Sukses Hidup" dan sekitar 25 buku antologi

Alumni psikologi Unair Surabaya. Ibu lima anak. Tinggal di Bondowoso. Pernah menjadi guru di Pesantren Al Ishlah, konsultan psikologi dan terapis bekam di Bondowoso. Hobi membaca dan menulis dengan konten motivasi Islam, kesehatan dan tanaman serta psikologi terutama psikologi pendidikan dan perkembangan. Juga hobi berkebun seperti alpukat, pisang, jambu kristal, kacang tanah, jagung manis dan aneka jenis buah dan sayur yang lain. Motto: Rumahku Mihrabku Kantorku. Quote: "Sesungguhnya hidup di dunia ini adalah kesibukan untuk memantaskan diri menjadi hamba yang dicintai-Nya".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Setiap Ibu adalah Guru

28 November 2022   22:00 Diperbarui: 28 November 2022   22:05 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apapun profesi ibu, setiap ibu adalah guru. Setidaknya bagi anaknya.    Kenapa? Karena Ibu adalah Al-ummu Madrasatun-Ibu adalah sekolah bagi anak-anaknya. Lalu bagaimana menjadi guru yang baik?

Guru yang baik itu  tidak hanya mencetak anak menjadi pandai atau berilmu pengetahuan tetapi juga membuat anak menjadi  bertakwa lagi berakhlak mulia.

Apakah tuntunan mendidik anak agar bertakwa dan berakhlak mulia? Tuntunannya tidak lain  adalah nasihat Luqman kepada anaknya,  yang tercantum  dalam surat  Luqman ayat 12-19.

Guru  yang baik itu berusaha  mendidik anaknys agar:

(1) Pandai bersyukur.
Allah ta'ala berfirman,
Dan sungguh telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu ,"Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri." (QS Luqman:12)
Orang tua tidak hanya mendidik anak agar pandai mengucapkan "Hamdallah" Tetapi, juga mendidik anak agar mau bersyukur dalam berbagai keadaan, berbuat adil dan benar terhadap dirinya sendiri.

Kadang kala anak merasa kecewa terhadap keadaan dirinya sendiri. Kemudian dia bertanya kepada ibunya. Mengapa hidup kita miskin, ibu? Kenapa tasku tak sekeren punya temanku, ibu?  Kenapa bajuku tidak sebagus punya anak tetangga, ibu?   Pertanyaan-pertanyaan tersebut menggambarkan  bahwa  anak masih belum bisa melihat dengan jernih apa yang ada pada dirinya. Hal ini boleh jadi karena ibu suka membanding-bandingkan dirinya  dengan anak lainnya. Atau ibu sering berkeluh kesah di depan anak. Padahal apa yang ada pada kita sudah merupakan pemberian Allah yang terbaik. Hanya kita sering lupa mensyukurinya. Oleh karena itu  ibu haruslah selalu menunjukkan rasa syukurnya setiap  mendapatkan karunia-Nya. Baik dengan lisan maupun ekspresi syukur di  depan anakm Meskipun  perkaranya sepele. Misalnya, ketika Allah ta'ala memberi kemampuan pada ibu untuk membeli  buah kesukaan anak.

(2) Tidak menyekutukan-Nya. Alllah ta'ala berfirman,
"Dan (ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi pelajaran Nya, "Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan (Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar." (QS Luqman:12)

Ibu hendaknya mendidik anak agar menjauhi syirik yaitu dengan tidak menyekutukan Allah. Karena, syirik merupakan kedzaliman yang paling besar. Katakan pada anak bahwa Allah selalu sendirian menjaga makhluk-Nya. Allah selalu sendirian menjaga alam semesta. Sehingga tidaklah patut bagi seseorang untuk berbuat syirik dengan menyembah selain Allah. Ketika anak hendak menempuh ujian,  ibu janganlah mengajak anak pergi ke "orang pintar." Tetapi, ajaklah anak banyak berdoa memohon lulus ujian kepada-Nya sambil  memotivasi anak agar serius belajar. Sehingga anak akan menggantungkan harapannya hanya kepada Nya semata sambil tetap berikhtiar.

(3) Berbuat baik kepada orang tua.
Allah ta'ala berfirman,
"Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya..." (QS Luqman:14-15)

Ibu hendaknya mendidik anak  agar mau  berbuat baik atau berbakti kepada orang tuanya.  Anak yang berbakti identik dengan anak yang terbiasa mematuhi perintah orang tuanya  selama perintah orang tuanya tidak menyuruhnya berbuat maksiat atau melanggar syariat-Nya. Ibu juga perlu memberikan  pemahaman kepada anak bahwa ibunya telah mengandungnya sembilan bulan lebih dalam keadaan lemah, merasakan sakit yang hebat dan mempertaruhkan nyawa. Sedangkan ayah bekerja untuk menafkahi keluarganya. Sehingga seorang anak semestinya berbuat baik kepada ayah ibunya, yaitu dengan berkata lemah lembut dan tidak berlaku kasar. Sekalipun orangtuanya kafir. Sebab orang tua-lah yang merawatnya hingga dewasa.  Berbakti kepada orang tua  juga merupakan bentuk pengabdian kepada Allah azza wa jalla.

(4) Menegakkan salat.
Allah ta'ala berfirman, "Wahai anakku! Laksanakan salat.. (QS Luqman:17)
Ibu hendaknya memahami tata cara salat yang benar sebagaimana contoh dari Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam.  Sehingga ibu bisa mengajarkan tata cara salat yang benar kepada anak. Ibu juga perlu  menegakkan salat wajib tepat waktu. Sehingga anak berusaha menegakkan salat wajib  tepat waktu. Misalnya,  ketika bunda mencuci baju, adzan salat terdengar. Seketika itu juga ibu harus meninggalkan cucian dan  bergegas ke tempat sholat. Baru setelah itu ibu melanjutkan pekerjaannya.  Ketika anak bertanya:"Kenapa  ibu lebih mengutamakan sholat wajib?" Maka  jawablah karena ibu  ingin disayang Allah.

(5) Tidak meremehkan perbuatan sekecil apapun. Allah ta'ala berfirman,
Wahai anakku. Sungguh jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti. (QS Luqman:16)
Ibu hendaknya mendidik anak agar tidak meremehkan perbuatan sekecil apapun. Misalnya  memakai masker untuk memutus rantai penyebaran virus Corona, membuang sampah ke tempat sampah atau menyimpan sampah di dalam tas kalau tak menemukan tong sampah.  Kemudian membuangnya ke tempat sampah. Semua amal saleh itu Bunda lakukan untuk meraih keridhaan Allah saja.

(6) Beramar ma'ruf nahi mungkar.
Alllah ta'ala berfirman, "Wahai anakku! Laksanakan salat, dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar..."(QS Luqman:17)
Ibu hendaknya mengajak anak  beramar ma'ruf nahi mungkar atau  berbuat baik dan mencegah kemungkaran misalnya mengajak anak untuk mematuhi protokol kesehatan,  bersedekah ke kerabat dekat yang kurang mampu. Dan menghindari perbuatan yang mungkar, misalnya, menghindari kerumunan, memakai  barang orang lain tanpa izin, sekalipun  barang orang lain itu milik saudaranya sendiri. Semua kebaikan itu hanya untuk mengharapkan wajah Allah saja.

(7) Bersabar.
Allah ta'ala berfirman, ".. bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting." (QS Luqman:17) Ibu hendaknya mendidik anak agar bersabar menjalani hidup. Tentu ibu harus memberikan contoh. Apabila ibu  terbiasa menunjukkan sikap sabar  dan mengucap kalimat istirja' _innalillahi wa Inna ilaihi rojiun_ ketika terkena musibah maka demikian pula anak. Ia akan melakukan hal yang sama, yaitu bersabar dan mengucapkan kalimat istirja' pada saat ditimpa musibah. Sebab bagaimana mungkin anak bisa belajar sabar. Sedangkan ibinya sendiri sering tak sabar. Kalau anak terlanjur marah-marah  karena  ada temannya  yang memakai  mainannya tanpa izinnya maka ucapkanlah _"Laa taghdob wa lakal Jannah"_ Artinya, janganlah marah, bagimu surga."  Semua perbuatan itu kita lakukan hanya untuk dicintai-Nya semata.

(8) Tidak sombong dan angkuh.
Allah ta'ala berfirman,
"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia ( karena sombong)  dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh."(QS Luqman:18) ibu hendaknya memberikan contoh perbuatan yang menunjukkan kerendahan hati. Sebab kalau ibu sampai  berlaku sombong maka jangankan memasuki surga, mencium bau surga pun tidak. Jadi meskipun ibubpunya suami yang berkedudukan tinggi misalnya menjadi direktur utama sebuah perusahaan, tetapi  tidak   sombong dan  tidak   merendahkan orang lain yang status sosialnya lebih rendah. Maka anak pun akan berusaha rendah hati. Ketika orang tuanya kaya raya, anak  tidak mau pamer kekayaan orang tuanya, tidak merendahkan pembantu di rumahnya dan tidak _mentang-mentang_ pada teman-temannya yang miskin. Semua perbuatan itu dilakukan untuk meraih ridho-Nya semata.

(9) Sederhana  dan bertutur kata lembut.
Allah ta'ala berfirman,
"Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suatu keledai."(QS Luqman:19)
Ibu hendaknya mendidik anak agar hidup sederhana terutama sederhana dalam berpenampilan, berpakaian dan berkendaraan. Sungguh ibu akan beruntung jika bisa  membiasakan anak untuk hidup sederhana. Sehingga kelak setelah dewasa  ia akan mampu bertahan hidup dalam setiap keadaan. Ketika  Allah ta'ala menakdirkan miskin ia bisa bersabar dan tak meminta-minta.  Ketika Allah menakdirkan  kaya ia mampu bersyukur dan mau menyisihkan sebagian rezekinya untuk orang yang membutuhkannya. ibu juga hendaknya bertutur kata lembut atau melunakkan suara ketika berbicara dengan suami. Sehingga anak pun akan berbuat demikian ketika berhubungan dengan orang lain. Semua perbuatan itu hanya kita lakukan untuk meraih ridha-Nya semata

Demikian, pelajaran yang bisa kita petik dari nasihat  Luqman kepada anaknya.  Semoga Allah ta'ala memudahkan kita untuk mengamalkannya. Sehingga di   negeri  ini akan muncul generasi muda yang berilmu lagi berakhlak mulia.

Bondowoso, 28-11-2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun