Mohon tunggu...
Ummi Latifah
Ummi Latifah Mohon Tunggu... Lainnya - simple and elegan

Perempuan sederhana yang ingin membagikan sedikit coretannya lewat media masa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bersama Jaga Lansia dari Bahaya Omicron

2 Maret 2022   22:23 Diperbarui: 2 Maret 2022   22:31 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Bersama Jaga Lansia dari Bahaya Omicron



              Covid-19 atau virus corona merupakan virus yang sudah menjadi perbincangan hangat karena dampaknya yang besar bagi semua orang. Virus ini bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, sampai kematian. Virus corona pertama kali terdeteksi di Wuhan, Cina pada Desember 2019, menyerang sistem pernapasan dan dapat menginfeksi siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa, maupun lansia. Virus ini akan lebih berisiko terhadap ibu hamil, lanjut usia, orang dengan penyakit tertentu, dan orang yang memiliki sistem imun yang lemah.

            Virus Corona cepat sekali bermutasi, setelah adanya varian alfa dan delta, kini muncul varian baru yaitu Omicron. Meskipun menurut para ahli varian terbaru ini memiliki gejala yang lebih ringan diantara varian sebelumnya, tetap saja perlu diwaspadai dikarenakan penyebarannya yang lebih cepat.

            Covid-19 jenis Omicron ini memberikan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat diberbagai bidang salah satu contohnya dalam bidang kesehatan. Pengaruh pandemi covid-19 dalam bidang kesehatan yaitu tingkat kesehatan menurun karena banyak yang terpapar dan banyak masyarakat yang khawatir dan takut tertular sehingga membuat sistem imun semakin menurun.

            Varian covid-19 jenis omicron menjadi masalah yang sangat krusial bagi semua orang termasuk kelompok lansia. Kelompok yang paling rentan terinfeksi virus COVID-19 yaitu kelompok lanjut usia (lansia), karena di usia tersebut orang cenderung mengalami proses degeneratif sehingga lebih mudah beresiko mengalami masalah secara fisik dan psikologis.

            Lansia adalah kelompok penduduk yang sangat membutuhkan pelayanan kesehatan dan harus diprioritaskan. Lansia merupakan salah satu konsumen utama dalam pelayanan kesehatan dimana saja, termasuk di masyarakat secara umum. Artinya, lansia merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan terdepan. Ini dibuktikan dengan kewajiban pelayanan kesehatan di masyarakat dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2015 pasal 6 yang menyatakan bahwa pelayanan kesehatan lanjut usia di pusat kesehatan masyarakat harus diselenggarakan bukan hanya sampai pada pelayanan kesehatan di Puskesmas, tetapi sampai pada pelayanan di masyarakat seperti posyandu, komunitas lansia, pelayanan kesehatan pada komunitas pensiunan, panti jompo dan perawatan di rumah.

            Di tengah tingginya kasus covid-19 yang disebabkan oleh varian omicron tentu lansia perlu perhatian yang lebih tinggi lagi, terlebih jika melihat di Indonesia sendiri masih banyak desa yang belum memiliki posyandu lansia atau posyandu lansia sedang nonaktif selama musim pandemi serta adanya rasa khawatir yang di rasakan masyarakat untuk memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit menyebabkan para lansia hanya bisa memeriksakan diri ke klinik terdekat. Minimnya sarana pelayanan kesehatan lansia menyebabkan pemantauan kesehatan lansia ini kurang maksimal.

            Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya kolaborasi antara tenaga kesehatan dan seluruh masyarakat baik itu keluarga lansia, tetangga, ataupun lansia itu sendiri. Beberapa cara supaya pemantauan kesehatan lansia ini bisa maksimal adalah sebagai berikut :

  1. Untuk desa yang belum memiliki posyandu lansia sebaiknya bekerjasama dengan bidan desa untuk melakukan pemeriksaan gratis setiap sebulan sekali dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan
  2. Untuk desa yang posyandu lansianya masih dalam masa nonaktif maka sebaiknya segera diaktifkan lagi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan sesuai dengan anjuran WHO
  3. Tenaga kesehatan bekerjasama dengan kader posyandu untuk mensosialisasikan bahaya covid-19 jenis omicron, cara pencegahan, serta meyakinkan para lansia untuk jangan pernah takut memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit jika dirasa sudah memiliki gejala yang parah
  4. Untuk pendamping para lansia sebaiknya lebih memperhatikan lagi bagaimana pola makan dan pola hidup
  5. Menjaga lingkungan rumah tetap memiliki sirkulasi udara yang baik dan terpapar sinar matahari.
  6. Menjauhi segala bentuk keramaian, perkumpulan dan kegiatan sosial lainnya..
  7. Menjaga kesehatan jiwa dan psikososial lansia dengan cara menghindari berita atau informasi yang membuat rasa cemas berlebihan, di rekomendasikan mengakses berita atau informasi yang positif untuk memberi pengaruh dan keyakinan yang baik sehingga membangkitkan optimisme pada lansia.
  8. Lansia dengan kormobiditas seperti hipertensi, diabetes atau penyakit menahun lainnya dianjurkan untuk melakukan pemantauan kesehatan secara mandiri di rumah menggunakan alat kesehatan sederhana, seperti alat tensimeter digital untuk mengukur tekanan darah, termometer untuk memantau suhu badan, dan bisa juga menggunakan alat cek darah sederhana untuk memantau gula darah atau bisa mengecek pada bidan terdekat. Selain itu obat-obatan rutin yang diminum setiap hari dipastikan tersedia atau cukup dalam jangka waktu lama.
  9. Lansia dianjurkan untuk tidak pergi berobat ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas atau ke Rumah sakit kecuali mengalami tanda-tanda kegawatdaruratan seperti adanya penurunan kesadaran seperti bicara ngau atau tidak nyambung, sering mengantuk, kemudian tiba-tiba buang air kecil, selain itu ada nyeri di bagian dada yang memberat, diare, muntah-muntah, tidak mau makan, malaise, suhu badan diatas 380C, mengalami jatuh sehingga menimbulkan nyeri hebat atau dicurigai patah tulang, pingsan, perdarahan susah dihentikan, sesak nafas dan adanya ganggua saraf seperti anggota badan menjadi lemah atau sulit digerakkan, sakit kepala yang hebat, bicara pelo dan kejang.
  10. Melakukan aktivitas fisik dirumah. Melakukan aktivitas fisik yang cukup di rumah seperti berolahraga ringan di dalam rumah menggunakan video tutorial, mengurus tanaman disekitar rumah sambil berjemur di pagi hari, membuat kreativitas tangan untuk melatih motorik, membaca buku dan mengisi teka teki silang untuk mencegak penurunan kognitif, beribadah dan memasak makanan yang disukai atau melakukan aktivitas yang menyenangkan.
  11. Makan makan dengan gizi seimbang cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Selain itu, minum air yang cukup dan bila diperlukan minum vitamin. Kemudian berhenti atau menghindari rokok.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun