Mohon tunggu...
ummi lathifatul chasanah
ummi lathifatul chasanah Mohon Tunggu... Guru - GURU

MEMBACA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Melatih Kemampuan Literasi Sejarah Melalui Pembelajaran Model Problem Based Learning

24 Januari 2023   13:15 Diperbarui: 24 Januari 2023   13:25 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Upaya Melatih Kemampuan Literasi Sejarah Melalui Pembelajaran Model Problem Based Learning

Pendidikan adalah proses belajar yang berlangsung sepanjang hayat, mulai dari awal kehidupan manusia hingga akhir kehidupannya.  Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia.

Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan, proses perubahan atau dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupan. Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Sejarah membentuk dan membangun berpikir kronologis pengembangan nilai-nilai nasionalisme, patriotisme, dan toleransi, baik lokal maupun nasional. Seseorang harus belajar sejarah untuk meneladani nilai-nilai dari kisah kepahlawanan maupun cerita-cerita sejarah yang berupa tragedi. Hal ini dalam rangka menciptakan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Pendidikan sejarah mempersiapkan siswa untuk menghadapi kehidupan yang dikuasai oleh arus informasi yang begitu beragam dalam lingkup yang luas dan kecepatan informasi yang tinggi.

Berdasarkan hasil tes dan survei PISA tahun 2018 yang telah dirilis Selasa tanggal 3 Desember 2019 menyatakan bahwa Peringkat PISA di Indonesia Tahun 2018 Turun apabila dibandingkan dengan Hasil PISA tahun 2015. Hasil survei PISA 2018 menempatkan Indonesia di urutan ke 74 alias peringkat keenam dari bawah. Kemampuan membaca siswa Indonesia di skor 371 berada di posisi 74  (Thohir, 2019). Hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah minat baca siswa Indonesia masih rendah. Pembelajaran sejarah membutuhkan kemampuan literasi siswa yang lebih, hal ini dikarenakan siswa harus mencari dan menggali sumber informasi dari berbagai sumber. Informasi didapat dari berbagai sumber cetak, sumber lisan, maupun sumber digital. 

Literasi merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kegiatan membaca, berpikir, dan menulis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memahami informasi secara kritis, kreatif, dan reflektif (Suyono, et al., 2017). bahwa literasi sebagai basis pengembangan pembelajaran efektif dan produktif memungkinkan peserta didik terampil mencari dan mengolah informasi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan berbasis ilmu pengetahuan abad XXI.

Untuk saat ini, pemahaman terkait literasi sudah mulai berkembang. Literasi tidak hanya persoalan membaca dan menulis tetapi bagaimana peserta didik dapat mengumpulkan informasi dari berbagai sumber belajar dan mampu mengolah informasi tersebut. Oleh karena itu ketersediaan sumber belajar menjadi bagian yang sangat integral dalam kegiatan literasi. Sumber belajar yang dimaksud bukan hanya buku, tetapi juga dari sumber-sumber lain seperti lingkungan dan juga internet. Namun realitasnya, dalam pembelajaran sejarah di sekolah, buku adalah sumber belajar yang paling utama, ketersediaan jumlah buku menjadi syarat utama yang diajukan sebagian besar guru. Jika buku sudah tersedia secara memadai, maka salah satu faktor pendukung suksesnya pembelajaran sudah terpenuhi. (Fitri Rahmawati, 2021)

Strategi-strategi yang dilakukan untuk menstimulus kemampuan literasi peserta didik adalah dengan menugaskan kepada peserta idik membaca selama 10-15 menit di awal pembelajaran, kemudian meminta peserta didik mencatat apa yang sudah dibaca oleh peserta didik dan mempresentasikan di depan guru apa yang sudah dibaca dan dicatat tersebut. Strategi lainnya adalah dengan mengajak peserta didik mengunjungi perpustakaan sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk membuat pembelajaran yang lebih bergairah, tidak monoton di satu tempat, artinya memberikan variasi dalam hal tempat sehingga peserta didik tidak merasa bosan. Menjadikan pembelajaran sejarah itu menyenangkan adalah tanggung jawab guru sejarah sampai saat ini. Sebelumnya, peserta didik selalu menganggap pembelajaran sejarah adalah pembelajaran yang membosankan hanya berisi hapalan dan cerita-cerita belaka. 

Dengan variasi model pembelajaran meskipun sederhana diyakini dapat mengubah kesan peserta didik terhadap pembelajaran sejarah menjadi menyenangkan. Pada beberapa kesempatan, peserta didik tidak hanya diminta untuk membaca buku pelajaran tetapi diberikan ruang untuk memilih apa yang disukai, kemudian setelah itu diminta untuk bercerita tentang segala sesuatu yang mereka rasakan, yang mereka alami, yang mereka pahami. Hal demikian dapat membangun kedekatan antara peserta didik dan guru yang dapat menumbuhkan rasa nyaman pada diri peserta didik. Jika sudah merasa nyaman, maka kegiatan belajar akan lebih mudah dilakukan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk menyelesaikan masalah literasi adalah problem based learning (PBL).  Dalam model PBL siswa dibimbing mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah secara sistematis sehingga memberikan dampak terhadap kemampuan pemecahan masalah dalam materi sejarah. Adapun langkah-langkah yang dimaksud, yaitu :

  • Kegiatan memahami masalah
  • Kegiatan merencanakan atau merancang strategi pemecahan masalah
  • Kegiatan melaksanakan perhitungan
  • Kegiatan memeriksa kembali kebenaran hasil atau solusinya

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada siswa. PBL dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan keterampilan berpikir, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan memecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagi peran orang dewasa melalui pelibatan mereka pada pengalaman nyata, mengembangkan keterampilan belajar pengarahan sendiri yang efektif (effective self directed learning) (Hendrika Restiajati. 2020). Penerapan metode PBL diharapakan memberikan dampak positif yang besar terhadap kemampuan literasi siswa dibandingkan dengan penerapan pendekatan konvensional.  Siswa akan berhadapan dengan masalah kemudian setelah melaluli literasi sumber secara mandiri mereka akan berfikir untuk memecahkan masalah tersebut.

Daftar Pustaka 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun