Kali ini teriakan senang Rini. Ya Allah, jadi dia jadi meracun perempuan itu, dan ... pelakor itu Minah, pembantunya sendiri? Harusnya, semalam aku melapor ke Pak RT, agar tetanggaku itu tidak masuk penjara sebagai pembunuh. Kasihan anaknya masih kecil-kecil.
Aku pun bergegas menyeret tangan Mas Karyo yang sedang menyeruput kopinya di meja makan. Tanpa basa-basi, kami pun segera menerobos masuk ke rumah tetangga sebelah yang pintunya sudah terbuka lebar.
"Istighfar, Jeng Rini. Harusnya kan bisa dibicarakan baik-baik, kenapa sampean racuni si Minah?"
"Dalem, Bu?" terdengar sahutan seorang perempuan dari meja makan.
"Lho, kamu Minah? Terus, pelakor yang mati diracun bosmu siapa?"
"Ini, lho, Mbak Surti, kalau mau tahu pelakornya!" teriak Rini sambil menunjuk seekor tikus gendut yang terbujur kaku di lantai dapur.
Oalahhhh ... jebul pelakor itu pencuri lauk orang, tho?
(Wis Tamat)
Jakarta. Dua delapan Januari Duaribu Sembilanbelas.
Note:
Dalem : saya (bahasa Jawa halus jika bicara kepada orang yang dihormati)