Mohon tunggu...
Umi Lasminah
Umi Lasminah Mohon Tunggu... Penerjemah - warga Jakarta, Indonesia, Semesta. Manusia adalah paling mulia, paling sederhana sekaligus paling kompleks

just the note of personal ideas, in searching of TRUTH as woman who live in Beautiful Indonesia, the legacy of GREAT NUSWANTARA created by the Ancestor of great human

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jejak Peradaban yang Masih Terkubur di Nusantara

23 Desember 2011   09:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:51 3038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

JEJAK PERADABAN YANG MASIH TERKUBUR DI NUSANTARA

Piramida bukanlah berasal dari Mesir, bukan pula pertama kali di buat di Mesir. Piramida adalah bagian dari awal mula peradaban Nuswantara yang harus segera dibuktikan kebenaran sejarahnya, oleh Bangsa Nuswantara. Di antara warga Nusantara (sekarang Indonesia) yang meyakini bahwa piramida pertama kali dibuat di Nusantara adalah komunitas Turangga Seta yang informasi mengenainya dapat di akses di (lakubecik.org) dan dalam Facebook GregetNuswantara.groups.facebook.com

Hingga saat ini berbagai upaya penelitian yang dilakukan atas tuntutan keilmuwan public telah dilakukan oleh Turangga Seta atas bukti-bukti yang berserakan. Tuntutan keilmiahan suatu penemuan antara lain dilakukan dengan uji-uji dan kajian menggunakan metode mainstream/sains Barat atau Ilmiah yang baku. Turangga Seta sendiri berkali-kali menyatakan bahwa penemuan dilakukan dengan metode M.I.T (Menyan Institut of Technologi) atau teknologi Menyan (menyan-dupa-hio), yang dibakar sebagai medium yang menghantarkan pada jalan dan proses penentuan kordinat lokasi (baik lokasi bangunan terkubur maupun temuan dan laku (cara) yang harus dilalui sebagai bagian dari mengikuti tatacara Leluhur dan menghormati Ajaran Leluhur.

Sebagai bagian dari bukti-bukti sejarah peradaban Nuswantara yang belum terungkap, piramida memang masih kontroversi, sesungguhnya akan lebih kontroversi lagi apabila terkuak bahwa bangunan di Nuswantara tidak hanya pyramid. Bangunan-bangunan besar yang sedianya kini hanya ada di negeri-negeri Eropa ternyata ada di Nuswantara sebut saja acropolis (keprabon dalem) atau Dome. Tentunya informasi tentang bangunan tersebut belum dapat diterima oleh nalar bangsa Indonesia  yang mayoritas dikungkung atau dihegemoni oleh pemikiran dan ilmu pengetahuan sejarah yang berasal dari Barat (Belanda, Inggris, Amerika Serikat).

Sejarah dunia, sebagaimana ilmu pengetahuan sains atau social dikuasai dan dihegemoni oleh pengetahuan dari Barat. Jikalau kita mau kritis, ada berbagai fakta sejarah yang terjadi di Nusantara tidak dicatat atau masuk dalam percaturan sejarah dunia. Misalanya jika kita membaca peta Dunia yang dibuat abad ke-16 menunjukkan bahwa Nuswantara masih dianggap suatu tempat yang manusianya belum beradab (lihat gambar). Disamping itu, pada masa modernpun Indonesia Nusantara tidak dimasukkan dalam suatu percaturan politik dunia yang diperhitungkan, padahal pada realitasnya tahun 1955, Indonesia menjadi tuan rumah bertemunya bangsa-bangsa kulit berwarna Asia-dan Afrika yang dijajah Barat dan lambat-laun satu persatu Negara-negara di Asia dan Afrika merdeka dari belenggu penjajahan politik barat…

Untuk sejarah Nuswantara pengkaburan dan kesesatan informasi mengenai sejarahnya semakin bertambah parah sejak sejarah di Nusantara diajarkan di sekolah-sekolah dengan system pengajaran modern (barat). Ketika para pengajar, ilmuwan sejarah pun berguru ke negeri (beasiswa) yang secara sains ‘menguasai’ “mendominasi’ wacana ‘paradigma’ ‘kebenaran’ sains dan ilmu pengetahuan social, maka dengan tanpa kajian kritis banyak dari para pengajar akhirnya menginternalisasi kebenaran sejarah tentang Indonesia dari sejarah yang diajarkan oleh bukan orang Indonesia, utamanya penjajah..

Berikut ini antara lain gambaran pembacaan Turangga Seta atas relief di Candi Penataran yang melukiskan bahwa raja Nuswantara mempunyai dua orang (dibelakangnya) sebagai pengawal dan seorang yg menyembah di depannya (bangsa Yahudi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun