Mohon tunggu...
Umi Lasminah
Umi Lasminah Mohon Tunggu... Penerjemah - warga Jakarta, Indonesia, Semesta. Manusia adalah paling mulia, paling sederhana sekaligus paling kompleks

just the note of personal ideas, in searching of TRUTH as woman who live in Beautiful Indonesia, the legacy of GREAT NUSWANTARA created by the Ancestor of great human

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berhenti Mengacu ke Saudi

25 September 2015   14:43 Diperbarui: 25 September 2015   14:43 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saudi Arabia adalah Negara dengan komunitas warganegara yang homogen sukunya, agamanya. Satu religi dan hanya beberapa suku. Bahasanya satu. Bahkan dengan negara tetangga yang juga hampir sama homogen bahasa dan religi mereka tidak bersatu. Sehingga hingga kini pun Palestina belum merdeka bebas politik ekonomi. Lalu apa yang mau diacu?

Jikapun di sana ada mekah yang diacu sebagai kiblat. realitasnya ajaran nilai islam yang universal 'rahmatan lil alamin' belum mewujud di sana.  Apalagi perlakuan terhadap peempuan, penghormatan terhadap perempuan hampir tak ada. Malahan universalitas nilai kemanusiaan dan rahmat semesta justru terjadi di negara-negara Skandinavia dengan kebijakan Negara yang pro rumah tangga dan keluarga (laki-laki juga boleh cuti hamil dan melahirkan untuk urus anak), juga kesempatan sama permepuan dan laki-laki dalam memimpin, bahkan di negara eropa lainnya ada yang rapat parlemen membawa anak dari menyusui hingga anaknya  berumur beberapa tahun, disamping itu sekarang negara-negara menerapkan kebijakan yang sangat pro lingkungan (tidak merusak semesta). Sehingga jika kini mekah yang dianggap kiblat umat muslim berhubungan dengan ritual agamanya dengan tuhannya, tak harus berarti juga menjadi acuan budaya dan gaya hidup. Segala konteks Nusantara Indonesia dengan Saudi berbeda, konteks sejarah, ras dan budaya. Realitas dan fakta yang terjadi di Saudi bahkan seringkali tidak dapat dijadikan acuan teladan. 

Tulisan ini tak bermaksud mengunkit satu ajaran religi tertentu, karena sudah banyak tulisan tentang itu dari yang ahlinya terutama tentang konsep rahmat bagi alam semesta. Kesejahteraan semua mahluk, manusia, alam dan segala isinya.

Indonesia Nuswantara yang sangat berbeda dari segi realitas fakta manusia, alam, dan segala isinya dengan Saudi, oleh karena itu tentu saja kita mengacu pada Pancasila yang memang digali dari nilia-dan norma yang terjadi sejak bahkan negeri dan ajaran religi-religi dunia pun belum ada, apalagi mempengaruhi politik dunia.

Sehngga kembali mengacu pada Pancasila, pada fakta budaya dan akar jati diri sebagai warga negara yang tinggal di Tanah dan Air Nuswantara/Indonesia adalah hal yang paling masuk akal. Kembali pada jatidiri sebagai warga negara, sebagai warga kampung, warga kecamatan, kelurahan, desa. Mengenali keluarga bapak ibu, saudara sekandung, sepupu, kakek nenek, buyut dst ke atas, hingga ke kampung halaman dan lokasi tempat yang pernah menjadi jejak keluarga. Hanya dengan itulah kekuatan silaturahmi dapat memperkuat kekelurgaan dan gotong royong yang pasti akan memajukan bangsa, meninggikan budaya dan mesejahterakan..

 

ayo mengacu kembali melihat diri sendiri, bangga dan terus menggali..sampai menemukan jatidiri sejati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun