Mohon tunggu...
Umi Alfiatul Arfik
Umi Alfiatul Arfik Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Ekonomi Syariah UIN Syekh Wasil Kediri Semester 4

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Jalan Terus : Puasa Bukan Alasan!

29 Maret 2025   11:53 Diperbarui: 29 Maret 2025   09:52 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Puasa Jalan Terus, Produktivitas Jangan Tergerus: Refleksi Anak Ekonomi Syariah

Ramadan datang lagi, membawa berkah dan kebahagiaan. Tapi, jujur saja, ada tantangan yang selalu saya hadapi setiap tahun: bagaimana tetap produktif di tengah rasa lapar, kantuk, dan energi yang terasa cepat habis?

Dulu, saya sering menjadikan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Bangun sahur, salat Subuh, lalu tidur lagi. Bangun menjelang siang, mengikuti kelas online atau kuliah dengan energi yang pas-pasan, kemudian sorenya hanya menunggu waktu berbuka. Begitu terus selama sebulan. Hasilnya? Ramadan terasa berlalu begitu saja tanpa ada perubahan berarti dalam hidup saya.

Tapi, sebagai mahasiswa Ekonomi Syariah, saya mulai berpikir ulang. Islam mengajarkan bahwa waktu adalah aset berharga. Seperti dalam konsep ekonomi, kita diajarkan untuk mengelola sumber daya yang terbatas agar mendapatkan manfaat maksimal---dan di bulan Ramadan, energi kita adalah sumber daya itu. Lalu, mengapa tidak mengelola waktu dan energi dengan lebih baik agar tetap produktif?

Tahun ini, saya mencoba strategi baru. Saya mengubah pola pikir bahwa puasa bukan hambatan, melainkan tantangan yang bisa diatasi dengan perencanaan yang baik. Saya mulai dengan membagi aktivitas harian berdasarkan tingkat energi.

Di pagi hari, setelah sahur dan salat Subuh, saya memanfaatkan waktu untuk belajar materi yang membutuhkan fokus tinggi, seperti membaca jurnal ekonomi syariah atau menyusun tugas kuliah. Otak masih segar, jadi ini adalah waktu terbaik untuk berpikir kritis dan analitis.

Menjelang siang, biasanya energi mulai menurun. Namun, saya tidak membiarkan diri terjebak dalam rasa malas. Saya mengalihkan kegiatan ke sesuatu yang lebih ringan tetapi tetap bermanfaat, seperti mendengarkan podcast ekonomi Islam atau membaca berita keuangan syariah. Dengan begitu, saya tetap mendapatkan insight baru tanpa harus menguras tenaga terlalu banyak.

Sore hari adalah waktu yang paling sulit. Rasa lapar dan haus mulai terasa, apalagi kalau harus berhadapan dengan tugas-tugas berat. Tapi, saya menemukan cara agar tetap produktif tanpa merasa terbebani: berganti suasana! Kadang saya belajar di ruang terbuka atau di tempat dengan pencahayaan yang baik untuk menjaga mood tetap positif.

Selain mengatur waktu, saya juga lebih memperhatikan pola makan. Sebagai mahasiswa Ekonomi Syariah, saya belajar tentang konsep halalan thayyiban---bahwa makanan tidak hanya harus halal, tetapi juga baik bagi tubuh. Saya menghindari makanan berlebihan saat berbuka dan lebih memilih menu yang bisa menjaga energi lebih lama, seperti kurma, oat, protein, dan sayuran.

Satu hal yang saya sadari dari pengalaman ini: produktif di bulan Ramadan bukan berarti bekerja tanpa henti, tapi tentang bagaimana mengelola energi dengan cerdas. Islam tidak hanya mengajarkan kita untuk bekerja keras, tetapi juga bekerja dengan efisien dan penuh keberkahan.

Ramadan bukan alasan untuk berhenti berkarya. Justru ini adalah momen terbaik untuk melatih diri menjadi pribadi yang lebih disiplin, teratur, dan bijak dalam mengatur waktu. Karena pada akhirnya, produktif itu bukan soal seberapa banyak yang kita lakukan, tapi seberapa besar dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun