Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga

Wiraswasta yang suka membaca dan menulis fiksi sesekali saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca Kitab Suci

22 Januari 2018   12:22 Diperbarui: 22 Januari 2018   12:35 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama saya tidak membaca Al-qur'an. Mungkin 3 atau 4 atau bahkan 5 tahun lalu saya terakhir tadarus di bulan Ramadan.

Alasan klise soal waktu, sibuk ini dan itu, karena pekerjaan atau apalah, banyak sekali alasan yang seakan membutakan mata batin saya.

 Solat saja seringnya di akhir waktu dan terburu-buru.  Wiridan hanya ambil singkatnya, membaca doa sapu jagad alias robbana atina fiddunya hasanah wa fil'akhirati hasanah wa kina adaa bannar 3x, amiin. Selesai.

Lalu meneruskan melakukan yang lain.dst dst dst.

Padahal saya paham bahwa kelak pada yaumil akhir yang pertama dihisab adalah salat. Bila baik salatnya maka baiklah amalah-amalan yang lainnya. Dan demikian sebaliknya.

Hitungan mudahnya, dalam sehari semalam, 24 jam waktu saya, mungkin kurang dari satu jam yang saya pakai beribadah. Selebihnya untuk urusan dunia yang kadang tidak penting-penting amat.


Padahal saya juga sangat paham bahwa hidup di dunia ini hanya sementara tetapi saya mati-matian menghabiskan banyak waktu untuk urusan dunia.

Selalu merasa kurang uang? Ingin kaya? Padahal kalau nanti saya mati semua itu tidak saya bawa ke kuburan apalagi ke akherat.

Dan mengapa saya baru menyadarinya sekarang?

Bermula dari awal bulan lalu. Saya harus ikut tahlilan dan harus membaca surat Yasin karena yang meninggal orang terdekat saya.

Menjelang tidur, tiba-tiba saja saya merasa menjadi manusia yang tidak tahu diri,tidak tahu malu, tidak mempunyai rasa trimakasih kepada Tuhan. 

Banyak ajaran dan kewajiban yang telah saya abaikan.Lupa bersyukur dengan semua yang telah Tuhan berikan.Sungguh  terlalu! Atau sebutan apa yang lebih tepat disematkan kepada manusia seperti saya?

Astaghfirullahal adziim.

Saya merenung pada banyak malam-malam belakangan ini, sambil menulis daftar amalan buruk dan baik saya. Panjaaang nian daftar keburukan dan kesalahan saya,sedangkan  yang baik? saya malu menghitungnya.

Mungkin menurut saya itu perbuatan baik tetapi saya dan kita manusia  biasa tidak bisa memastikan bahwa semua perbuatan  baik itu berpahala, tergantung niat di hati dan hanya Tuhan yang Maha Tahu serta menilainya.

Sebab, kadang perbuatan baik yang saya dan kita lakukan belum semuanya lillahi ta'ala. Ada amalan yg kita lakukan karena dan demi yang lain. 

Boleh jadi ketika  berderma atau sedekah hanya sekedar melempar recehan.Bukan niatan mengeluarkan zakat harta kita. Yang nota bene wajib kita keluarkan, dst dst.

Kembali ke soal membaca kitab suci. Al-qur'an bagi saya dan teman-teman muslim. Dan kitab suci bagi setiap agama yang lain.

Berapa lama waktu yang kita  luangkan untuk membacanya?

Saya paling lama membaca Al-qur'an kurang dari satu jam. Bahkan kadang cuma 15 menit, itupun tidak setiap hari. 

Bertahun lalu, pernah saya ingin khatam, sekali saja jadilah!

Lalu setiap hari saya target mengaji 1 juz. Saya beri tanda batas yang sudah terbaca.

Entah sampai halaman berapa, ketika saya harus pergi bekerja ke pulau seberang, kitab suci itu tidak saya bawa.Sama sekali tidaÄ· terpikirkan.Duh!

Berbulan-bulan kemudian datanglah bulan ramadan. Duh, lagi, barulah terpikir lagi untuk mengaji, membeli kitab suci lagi. Saya mulai lagi dari awal. Saya niatkan setiap malam tadarus supaya khatam di akhir ramadan.

Lagi-lagi target itu meleset. Begitu hari raya tiba dan sesudahnya, berhenti lagi saya mengaji.Tahun berikut datang bulan ramadan lagi, bahkan saya tidak mengaji satu juz pun.

Astagaaa..

Bandingkan dengan kalau membaca novel. Ayat-ayat Cinta-nya Habiburrahman misalnya, setebal lima ratus halaman hanya butuh waktu semalam tuntas tas tamat.

Juga novel-novel atau membaca buku-buku yang lain, saya belum meletakkannya sebelum sampai halaman terakhir.

Coba katakan, hamba Tuhan macam apa saya ini?

Well, belum terlambat uhtuk bertobat bukan? Selama hayat masih dikandung badan.

Berharap Malaikat Maut belum segera menjemput sebelum khatam Al-qur'an. Serta menyempurnakan amalan yang lain semata demi Ridho Tuhan.

Bagaimana denganmu, kawan?

Jawablah dalam hatimu saja, biarlah hanya Tuhan yang tahu.

Saya menulis ini sebagai pengingat diri sendiri.

Syukur bila ada yang tergerak hatinya untuk introspeksi diri.

"Tidak ada kata terlambat untuk bertobat"

Mari kita cankan bersama.

Bukan hanya membaca kitab suci tetapi juga untuk amal perbuatan yang lain.

Salam.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun