Mohon tunggu...
Umi Fitria
Umi Fitria Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary Me

Seorang Ibu, wanita, teman, partner yang selalu ingin membuka hati dan pikiran untuk belajar tentang hidup. visit my blog on https://www.simpelmommy.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Legowo Menjadi Generasi Sandwich

25 Februari 2022   20:26 Diperbarui: 28 Februari 2022   13:55 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi sandwich.| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Dari sisi generasi tua, beberapa beranggapan bahwa adalah hal yang lumrah untuk anak membiayai orangtuanya karena itu adalah bentuk bakti dan balas budi anak kepada orangtua yang selama ini sudah susah payah membesarkan, menyekolahkan, dan memberikan semua fasilitas untuk anak. 

Dari sisi anak, beberapa merasakan situasi ini sebagai beban yang mau tidak mau harus ditanggung, karena takut untuk menjadi anak durhaka bila tidak menuruti permintaan orangtua, namun di sisi lain mereka juga harus memikirkan kebutuhan hidup keluarga dan anak-anak mereka sendiri yang notabene masih bergantung kepada mereka, hal inilah yang membuat banyak generasi sandwich merasa bagai makan buah simalakama.

Sebelum menjawab benar salah, alangkah baiknya kita mengurai terlebih dahulu awal mula bisa terjadi siklus beruntun generasi sandwich ini. 

Beberapa perencana finansial dalam edukasinya mengatakan bahwa generasi sandwich terbentuk karena dahulunya mayoritas generasi tua di atas kita kurang mempersiapkan dana hari tua mereka sendiri, sehingga saat mencapai usai tua mereka tidak mempunyai dana pensiun sehingga harus bergantung sepenuhnya pada anak.

Well, hal ini tidak sepenuhnya salah juga, namun bila kita lihat dari kacamata yang lebih kompleks, mungkin kalau ditanya mengapa generasi tua dahulu tidak prepare dalam menyiapkan dana pensiun, jawabannya juga bisa beragam. 

Mulai dari kurangnya pendidikan dan kesadaran tentang pengelolaan keuangan, merasa hidup ya mengalir saja dijalani apa adanya sampai dengan bagaimana mau menyiapkan dana pensiun, lahwong penghasilan yang didapat saja semua sudah habis untuk membiayai keluarga dan anak-anak, apalagi bila dalam satu keluarga banyak memiliki anak, tentu akan banyak juga pengeluarannya. 

Jangan lupa juga bahwa kondisi zaman dan standar hidup di zaman orangtua kita dahulu juga berbeda dengan zaman sekarang sehingga sedikit banyak juga berpengaruh dalam pembuatan keputusan, terutama dari sisi finansial.

Bagaimana memutus siklus generasi sandwich?

Kita tidak akan bisa menyelesaikan masalah bila hanya mencari siapa yang salah karena hal ini justru akan menjadi masalah baru ke depannya. 

Dengan semakin boomingnya istilah generasi sandwich ini, kita yang tadinya fine-fine saja membantu biaya orangtua, mulai ada rasa berat di hati, mulai merasa kita menjadi korban miss management orangtua sehingga tidak sedikit komentar-komentar di media sosial yang justru berbalik menyalahkan orangtua, tentu hal ini sangatlah disayangkan dan justru semakin memperkeruh keadaan.

Yang bisa kita lakukan bila kita berada di posisi generasi sandwich adalah pertama, menerima dengan legowo atau lapang dada bahwa memang kita adalah generasi sandwich dan it's okay karena mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah.

Tidak ada salahnya juga kan membantu orangtua selama masih dalam batas kapasitas kita, bila sudah di luar kapasitas kita, maka jalan tengahnya bisa kita sampaikan dengan komunikasi yang baik dengan orangtua atau bermusyawarah dengan saudara yang lain agar tidak terlalu berat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun