Nantinya akan menjadi "bom waktu" bagi manusia, seperti yang telah terjadi di TPA Sarimukti pada Oktober tahun lalu.
TPA di berbagai tempat telah melebihi kapasitas dan dapat berpotensi mengalami kebakaran bahkan ledakan jika jumlah sampah terus bertambah.
Sampah organik yang mengalami proses anaerobik menghasilkan gas metan yang panas dan mudah meledak. Hal ini juga menyebabkan efek rumah kaca yang menjadi permasalahan global.
Selain itu, penumpukan sampah juga dapat menyebabkan masalah kesehatan, menyebarkan bau yang tidak sedap, dan penyebaran penyakit.
Setelah pemaparan materi pentingnya mengelola sampah organik, peserta melakukan praktik langsung bagaimana membuat ekoenzim dan proses magotisasi.
Praktik pembuatan ecoenzyme diikuti oleh ibu-ibu PKK, dipandu oleh Muhammad Fauzi dan tim mahasiswa. Praktik magotisasi diikuti oleh pengurus RW, dipandu oleh Luthfia dan tim mahasiswa.
Warga RW 05 Cipadung Kidul menyambut baik adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat ini. Karena sebelumnya mereka juga sudah mengimplementasikan kegiatan Kang Pisman (Kurang, Pisahkan, dan Manfaatkan) untuk pengolahan sampah di lingkungannya.
Mereka mengatakan bahwa kegiatan penyuluhan ini merupakan inovasi baru untuk pengolahan sampah di lingkungan mereka.
Selain itu, para warga juga sangat antusias dengan adanya kegiatan ini. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan bertanya dan memperhatikan saat kegiatan sedang berlangsung.
Terlaksananya kegiatan ini diharapkan dapat memberi ilmu baru terhadap masyarakat RW 05 Panyileukan untuk memilah sampah organik.
Kemudian melakukan pengolahan sampahnya secara mandiri dengan recycle atau mendaur ulang sampah organik tersebut agar lebih berguna lagi untuk kehidupan sehari hari.***