Mohon tunggu...
Umar Khayam
Umar Khayam Mohon Tunggu... Penulis

Seseorang pembelajar. Kegiatan saat ini selain menulis juga berprofesi sebagai coach dan terapis energetik dengan modalitas Body Communication Resonance (BCR)

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Menyadari Energi dan Cara Pandang: Kunci Melihat Realita dengan Mata Hati

12 Oktober 2025   00:05 Diperbarui: 12 Oktober 2025   00:10 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyadari Energi dan Cara Pandang: Kunci Melihat Realita denganata Hati

Lingkungan fisik dan sosial yang mendukung kesadaran sangat membantu proses ini. Ini bisa berupa ruang kerja yang nyaman, orang-orang yang memberi energi positif, serta teknologi atau alat yang mengingatkan dan menunjukkan pola energi, seperti catatan harian atau alarm pengingat mindful breaks.

Dengan merancang kesadaran baru yang fokus pada refleksi, mindset pertumbuhan, praktik konsisten, visualisasi, dan lingkungan yang mendukung, energi menuju tujuan dapat dikelola secara optimal dan membawa hasil yang lebih berarti dan memuaskan.

Contoh pengalaman pribadi untuk mengilustrasikan perubahan dari memberi karena rasa wajib menjadi memberi dengan rasa syukur:

Suatu waktu, saya merasakan "beban" saat harus memberi bantuan kepada seorang teman yang kesulitan. Awalnya, saya merasa ini adalah kewajiban yang harus saya tunaikan agar tidak dianggap egois atau tidak peduli. Tetapi di balik itu, hati saya terasa berat dan terbebani, seolah-olah saya sedang menyerahkan sesuatu yang harus hilang dari diri saya.

Lalu saya mulai mencoba melihat dari sudut pandang lain. Saya ingat kembali semua kebaikan yang pernah orang lain berikan pada saya tanpa menuntut balasan, hanya karena mereka peduli dan ingin berbagi. Saya mulai bergeser, dari hati yang dipenuhi 'harus/kewajiban' menjadi hati yang terbuka menerima bahwa memberi itu adalah sebuah anugerah dan kesempatan untuk mencintai.

Saat saya memberi dengan rasa syukur, energi dalam diri saya berubah menjadi happy. Saya merasa ringan, bahkan mendapatkan kebahagiaan karena bisa jadi bagian dari perjalanan teman saya. Memberi menjadi suasana hati yang memberi kekuatan, bukan beban yang menguras energi.

Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa memberi bukan soal seberapa besar nilai yang diberikan, melainkan soal kualitas energi dan niat di baliknya. Saat niat itu tulus dan penuh syukur, memberi bukan lagi kewajiban yang menyiksa, melainkan sumber energi hidup yang mendalam.

Contoh ini bisa membantu kita merasakan perubahan energi memberi sebagai pilihan yang membawa kebahagiaan dan kedamaian, bukan kewajiban yang memberatkan. Ketika kita memberi dengan rasa syukur yang menerima pun akan merasakan kedamaian.

Penutup: Artikel ini adalah undangan untuk refleksi, bukan hanya sebuah teori. Mari renungkan: energi seperti apa yang selama ini dipilih---energi yang memberatkan atau energi yang memberdayakan? Cara pandang seperti apa yang sudah menjadi kebiasaan, dan mana yang bisa diganti agar melihat dunia bukan sebagai ajang persaingan, tapi sebagai taman belajar dan berbagi?

Ini bukan soal sempurna, tapi soal kesadaran yang terus tumbuh dan pilihan yang terus diperbarui. Dengan begitu, kita membangun hidup yang tidak dicemari oleh penderitaan akibat perbandingan, melainkan oleh rasa syukur yang membebaskan dan energi pilihan yang menuntun kita pada tujuan hidup.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun