Mohon tunggu...
Umar Khayam
Umar Khayam Mohon Tunggu... Penulis

Seseorang pembelajar. Kegiatan saat ini selain menulis juga berprofesi sebagai coach dan terapis energetik dengan modalitas Body Communication Resonance (BCR)

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Semesta Merespons Vibrasi: Mengelola Panca Indra, Pikiran, dan Karma

23 September 2025   00:05 Diperbarui: 23 September 2025   00:13 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*Semesta Merespons Vibrasi: Mengelola Panca Indra, Pikiran, dan Karma*


Pagi itu saya duduk di teras, memperhatikan dua tetangga yang sama-sama melewati gang kecil menuju jalan raya. Satu berjalan dengan wajah tegang, napasnya berat, langkah terburu-buru. Sementara yang lain melangkah pelan, bahu rileks, senyum samar terbit di bibirnya. Keduanya berada di lingkungan yang sama, tapi suasana dalam diri mereka berbeda. Dari situlah saya kembali diingatkan: yang menentukan kualitas hari bukan semata keadaan luar, melainkan suasana batin yang kita bawa.

Kita sering mendengar kalimat "semesta merespons vibrasi, bukan apa yang kita ucapkan." Kalimat itu ada benarnya. Orang-orang di sekitar kita tidak hanya menangkap kata-kata, tapi juga energi yang terpancar lewat nada suara, bahasa tubuh, ritme napas, bahkan ekspresi halus di wajah kita. Banyak orang baik justru vibrasinya rendah, bukan karena mereka jahat, tapi karena menyimpan pola pikiran yang menghasilkan perasaan iri, keluhan, melekat pada validasi orang lain, atau mudah tersulut ketidaksabaran.

Pertanyaannya: bagaimana cara memahami pikiran yang melahirkan perasaan-perasaan negatif itu? Dan lebih jauh lagi, bagaimana cara mengubahnya agar hidup bergerak lebih selaras?

Realita - Pikiran - Perasaan - Perbuatan - Hasil Perbuatan (Karma)

Ada alur sederhana yang mungkin sering kita lupakan, padahal sangat fundamental:

1. Realita masuk lewat panca indra. Apa yang kita lihat, dengar, cium, dan rasakan menjadi bahan mentah bagi pikiran.

2. Pikiran memberi "tafsir". Dari satu peristiwa yang sama, pikiran bisa menafsir beberapa sudut pandang: "Dia lebih berhasil dariku" atau "Aku bisa belajar dari dia."

3. Tafsir atau frame-work itu melahirkan perasaan tertentu. Iri, malu, cemas, takut, atau justru semangat.

4. Perasaan mendorong perbuatan. Kalau iri, mungkin kita menjauh atau mengeluh. Kalau semangat, kita akan mendekat dan belajar.

5. Setiap perbuatan melahirkan hasil perbuatan (karma)---hasil yang kembali pada diri, cepat atau lambat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun