Mohon tunggu...
Umar Sofii
Umar Sofii Mohon Tunggu... Bukan Siapa-siapa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Konsep Berpikir Sang Buddha

15 Juni 2025   18:45 Diperbarui: 15 Juni 2025   18:45 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

*Menjadi Buddha: Sebuah Perjalanan Pencerahan*

Sebelum Pangeran Siddhartha Gautama mencapai pencerahan dan menjadi seorang *Buddha*, ia menjalani berbagai pencarian batin yang mendalam. Kata *"Buddha"* sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti "yang telah sadar" atau "yang telah tercerahkan".

Sebagai seorang Buddha, seseorang telah memahami hakikat hidup, baik yang bersifat batiniah (*esensi*) maupun yang tampak secara lahiriah (*penampilan atau eksistensi*). Dengan demikian, mereka dapat mencapai kebijaksanaan dan kedamaian yang mendalam.

*Pencarian Makna Hidup*

Pangeran Siddhartha Gautama menjalani perjalanan spiritual yang panjang dan penuh tantangan untuk mencapai pencerahan. Ia mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang kehidupan, seperti makna hidup, penderitaan, dan kematian.

*Pencerahan dan Kebijaksanaan*

Setelah mencapai pencerahan, Pangeran Siddhartha Gautama menjadi seorang Buddha yang dapat membagikan kebijaksanaan dan pengetahuan kepada orang lain. Ia mengajarkan tentang pentingnya memahami hakikat hidup dan mencapai kedamaian batin.

Dengan demikian, perjalanan Pangeran Siddhartha Gautama menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk mencari makna hidup dan mencapai kebijaksanaan.

*Hidup di Saat Ini: Konsep Berpikir dari Sang Buddha*

Salah satu konsep berpikir dari pengetahuan Sang Buddha adalah hidup itu saat ini. Hidup yang kemarin sudah menjadi sejarah dan kenangan, sedangkan esok hari masih berupa angan-angan. Penderitaan, baik yang ringan maupun yang berat, sering muncul akibat dari pikiran yang terjebak pada hidup yang sudah lewat dan hidup esok hari yang masih menjadi angan dan bayangan.

*Menyesali Masa Lalu dan Mengkhawatirkan Masa Depan*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun