Mohon tunggu...
Umar Sofii
Umar Sofii Mohon Tunggu... Bukan Siapa-siapa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Sejarah : Ongkos Menggulingkan Saddam Husein

14 April 2025   09:30 Diperbarui: 14 April 2025   09:30 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003 adalah salah satu peristiwa paling kontroversial dalam sejarah modern. Dengan narasi awal yang berfokus pada ancaman senjata pemusnah massal (SPM) dan keterlibatan Saddam Hussein dalam terorisme global, invasi ini akhirnya mengubah dinamika politik internasional, menelan biaya triliunan dolar, dan meninggalkan dampak jangka panjang yang masih dirasakan hingga hari ini. Namun, ketika tuduhan utama tidak terbukti tidak , narasi bergeser kepada pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh rezim Saddam. Apa yang dimulai sebagai "Perang Melawan Teroris" berakhir dengan pertanyaan besar tentang legitimasi, efektivitas, dan moralitas dari operasi militer tersebut.

---

Setelah serangan teroris 11 September 2001, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden George W. Bush meluncurkan kampanye global  membasmi terorisme. Fokus awalnya  menargetkan Al-Qaeda dan Taliban di Afghanistan. Namun, perhatian kemudian beralih ke Irak, dengan klaim bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal---senjata kimia, biologi, dan nuklir---yang dapat digunakan untuk menyerang negara lain atau mendukung kelompok teroris. Tuduhan ini didukung oleh laporan intelijen yang kemudian dikritik karena kurangnya bukti konkret.

Selain itu, Saddam juga dituduh memiliki hubungan dengan Al-Qaeda, meskipun tidak ada bukti kuat yang menghubungkan rezim Irak dengan serangan 9/11. Narasi ini digunakan untuk membenarkan invasi militer skala besar yang dimulai pada 20 Maret 2003, dengan nama sandi *Operasi Iraqi Freedom*.

Namun, setelah pencarian menyeluruh pasca-invasi, investigasi internasional yang dipimpin oleh *Charles Duelfer* tidak menemukan bukti adanya program SPM (Senjata Pemusnah Massal) aktif di Irak. Narasi awal ini runtuh, meninggalkan pertanyaan besar tentang motivasi sebenarnya di balik invasi tersebut.

---

Biaya invasi Irak sangat besar, baik dalam hal uang maupun nyawa manusia. Menurut laporan dari *Congressional Research Service (CRS)  dan Brown University's Watson Institute*, total pengeluaran langsung dan tidak langsung mencapai *$2,3 triliun hingga $3 triliun* hingga tahun 2023. Ini termasuk:

Operasi Militer:  Biaya langsung perang bagi AS diperkirakan mencapai *$822 miliar hingga $1,8 triliun*, mencakup logistik, pemeliharaan pasukan, dan operasi kontra-pemberontakan.Pasukan koalisi berhasil menggulingkan Saddam Hussein hanya dalam beberapa minggu, tetapi pendudukan jangka panjang diperlukan untuk menstabilkan negara yang hancur.

Rekonstruksi Irak:  Kongres AS mengalokasikan *$21 miliar* untuk proyek-proyek rekonstruksi, termasuk pembangunan infrastruktur, sistem kesehatan, dan pendidikan.Sayangnya, banyak dana ini hilang karena korupsi, manajemen buruk, atau ketidakstabilan politik. Audit oleh *Special Inspector General for Iraq Reconstruction (SIGIR)* menemukan bahwa miliaran dolar disalahgunakan.

Biaya Veteran: perawatan medis dan tunjangan bagi tentara AS yang cedera atau mengalami gangguan stres pascatrauma  diperkirakan mencapai *ratusan miliar dolar* dalam beberapa dekade mendatan

Korban Jiwa: ribuan warga sipil Irak tewas, dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal. Di sisi lain, lebih dari 4.500 tentara AS tewas selama operasi militer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun