•Kurang stimulasi sosial, bisa terasa membosankan
•Tidak ideal untuk diskusi atau kerja kelompok
•Bisa membuat suasana belajar terasa kaku
Adapun hubungan gaya belajar dan lingkungan Menurut De Porter (2009) dalam Quantum Learning, gaya belajar dibagi menjadi tiga: Visual, Auditori, dan Kinestetik. Gaya belajar ini turut memengaruhi kecocokan seseorang terhadap tipe lingkungan belajar.
•Visual: Lebih mudah memahami dengan tampilan visual, seperti gambar, grafik, atau demonstrasi langsung.
•Auditori: Lebih cepat menyerap informasi melalui suara, diskusi, atau penjelasan lisan.
•Kinestetik: Belajar lewat aktivitas fisik, gerakan, dan sentuhan.
Jadi, seseorang yang lebih auditori mungkin lebih nyaman belajar di lingkungan yang interaktif, sementara pelajar visual atau kinestetik mungkin lebih cocok dengan ruang yang lebih tenang dan terstruktur.
Penelitian dalam bidang psikologi kognitif menunjukkan bahwa suara bising dapat menurunkan daya ingat jangka pendek, khususnya saat seseorang sedang mempelajari hal baru. Ketika otak terlalu banyak bekerja menyaring gangguan, kemampuan untuk menyimpan informasi menjadi menurun.
Dalam pandangan Howard Gardner, pakar pendidikan dan penggagas teori kecerdasan majemuk, sangat penting untuk menyesuaikan lingkungan belajar dengan kebutuhan individu. Setiap pelajar punya preferensi yang unik, dan tugas pendidik adalah membantu menciptakan ruang yang sesuai agar semua anak bisa belajar dengan optimal.
Ada juga tips untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar karena kita tidak selalu bisa memilih tempat belajar ideal, penting untuk tahu cara beradaptasi: