Mohon tunggu...
Elisa Dwi Prasetya
Elisa Dwi Prasetya Mohon Tunggu... -oo-

Tulisan hanyalah bisikan kecil dari hati yang belajar melayani.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

14 Ciri Pemimpin yang Melayani

25 September 2025   18:29 Diperbarui: 25 September 2025   18:29 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI bukan sekadar soal posisi atau jabatan, melainkan menyangkut hati, karakter, dan orientasi seorang pemimpin. Seorang pemimpin sejati mengutamakan keberlangsungan, nilai, serta pertumbuhan orang-orang yang dipimpinnya.

Untuk menggambarkan hal ini, berikut empat belas ciri yang dapat menjadi tolok ukur penting bagi siapa pun yang terpanggil memimpin. (Oya, ini adalah lanjutan dari tulisan saya sebelumnya "Kepemimpinan Terbalik", jika sempat bacalah: https://www.kompasiana.com/ullisprasetya/68d377bfed641525297b1512/kepemimpinan-terbalik)

1.    Menyadari panggilan yang lebih besar -- Ia memahami bahwa kepemimpinannya mengabdi pada sesuatu yang melampaui kepentingan dirinya maupun organisasinya. Kepemimpinan bukan demi ambisi pribadi, melainkan kontribusi untuk nilai, tujuan, dan keberlangsungan yang lebih luas.

2.    Memberi teladan hidup -- Ia menginspirasi pengikut lewat tindakan nyata, bukan sekadar perintah atau paksaan. Keteladanan menjadi bahasa kepemimpinan yang paling kuat, karena orang lebih mudah mengikuti apa yang dilihat daripada sekadar apa yang didengar.

"Pemimpin bukan yang paling banyak bicara, tapi yang paling banyak memberi teladan."

3.    Berkarakter rendah hati -- Ia berani bertanggung jawab, menjaga integritas, dan mengakui kelemahannya sebagai manusia biasa. Kerendahan hati justru membuatnya lebih dihormati, karena pengikut melihat sisi keaslian dan keberanian untuk jujur pada diri sendiri.

4.    Berlandaskan moral -- Ia memegang teguh prinsip etika dan berani mengambil risiko untuk menegakkannya. Keputusan yang ia buat bukan hanya soal efektif atau menguntungkan, tetapi juga benar secara nilai.

5.    Berorientasi visi -- Ia memiliki arah yang jelas dan mengarahkan energi kolektif menuju tujuan bersama. Visi memberi makna bagi setiap upaya, sekaligus menyatukan orang-orang di bawah arah yang sama.

6.    Percaya pada pengikut -- Ia memberi ruang kepercayaan, membangun pemahaman yang mendalam, dan menumbuhkan relasi. Dengan kepercayaan, orang merasa dihargai dan termotivasi untuk memberi yang terbaik.

7.    Berpikir jangka panjang -- Ia sabar menghadapi proses, tidak tergoda hasil instan, dan konsisten membangun perubahan berkesinambungan. Kepemimpinan yang melayani melihat pertumbuhan manusia dan organisasi sebagai perjalanan, bukan perlombaan singkat.

8.    Membangun komunikasi dua arah -- Ia berkomunikasi secara terbuka, proaktif, dan mau mendengar suara orang lain. Dialog bukan hanya memperkaya keputusan, tetapi juga membangun rasa memiliki dalam tim.

9.    Menerima perbedaan -- Ia nyaman hidup di tengah keberagaman dan tidak mencari jalan pintas yang hanya menguntungkan dirinya. Keanekaragaman pandangan dan latar belakang justru menjadi kekuatan untuk menemukan solusi yang lebih baik.

10.  Memberdayakan orang lain -- Ia berbagi kepercayaan, pengetahuan, dan pengalaman untuk menumbuhkan potensi pengikut. Pemimpin sejati tidak hanya memimpin, tetapi juga melatih orang lain agar mampu memimpin.

11.  Seimbang dalam logika dan emosi -- Ia menyentuh hati sekaligus menggerakkan pikiran, dengan teladan sebagai penguatnya. Perpaduan rasionalitas dan empati membuat kepemimpinan lebih manusiawi dan efektif.

12.  Mencetak pahlawan -- Ia tidak mencari popularitas pribadi, melainkan melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Ukuran keberhasilan kepemimpinannya bukan pada seberapa besar dirinya dikenal, tetapi pada seberapa banyak orang yang tumbuh karena pengaruhnya.

Great leaders create more leaders, not followers. --- Roy T. Bennett

13.  Bijak mendelegasikan -- Ia tahu membedakan hal yang harus ia tangani sendiri dengan yang bisa dikerjakan orang lain demi pertumbuhan bersama. Delegasi bukan pelepasan tanggung jawab, melainkan kepercayaan yang memberi ruang orang lain berkembang.

14. Tangguh dalam tekanan -- Ia tetap teguh memegang prinsip dan menjaga arah ketika menghadapi tantangan, kritik, atau godaan. Keteguhan ini membuat pengikut merasa aman, karena mereka melihat pemimpinnya tidak mudah goyah oleh situasi atau opini yang berubah-ubah.

Daftar ini dapat menjadi lebih panjang, namun kiranya ini cukup menunjukkan seperti apa itu kepemimpinan yang melayani: ia bersifat membangun, memberdayakan, dan menghidupkan orang lain. Kepemimpinan semacam ini bukanlah jalan instan, melainkan proses panjang yang menuntut kerendahan hati, konsistensi, serta keberanian.

Pada akhirnya, pemimpin yang melayani bukan hanya menghasilkan pencapaian, tetapi juga meninggalkan warisan berupa manusia-manusia yang lebih kuat, matang, dan siap meneruskan tongkat estafet kepemimpinan di masa depan.

"Pemimpin yang melayani tahu bahwa kekuatan sejatinya bukan pada berapa banyak orang yang mengikutinya, tetapi pada berapa banyak orang yang bertumbuh karenanya."

Catatan: Diadaptasi dari tesis penulis: "... Kepemimpinan yang Melayani..." hal. 45-46

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun