Mohon tunggu...
Ruslan Yunus
Ruslan Yunus Mohon Tunggu... Peneliti dan Penulis -

Belajar Menyenangi Humaniora Multidisipliner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Muhammad Berbeda di Mata Michael Cook

3 Desember 2018   08:41 Diperbarui: 18 Maret 2019   15:52 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sembilan hari yang lalu atau tepatnya 20 November 2018 dalam penanggalan Hijriah adalah tanggal 12 Rabiul Awal 1440. Dalam penanggalan Islam ini, 12 Rabiul Awal adalah hari kelahiran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihiwasallam. Entah sudah berapa ratus ribu atau bahkan mungkin berapa juta buku dan paper telah ditulis oleh para ahli di seluruh dunia tentang sosok yang satu ini. Yang membahas dan menganalisis nya dari berbagai aspek. Termasuk oleh para orientalis. 

Demikian juga tak terhitung berapa banyak diskusi dan konferensi telah dilakukan untuk memperbincangkan  sosok pembawa risalah kenabian ini. Sosok yang sangat dikagumi, tidak saja oleh kalangan dunia timur, tetapi juga oleh kalangan dunia barat.

Dr. Michael Cook, professor di bidang Near East  Studies pada Princeton University, New Jersey, Amerika Serikat menyampaikan sebuah paper berjudul  "Why and  How Muhammad Made  A  Difference". Paper ini disampaikan pada The Pew  Forum's Biannual Faith Angle Conference on Religion, Politics  and Public  Life di Key West, Florida, Amerika Serikat, Mei 2006. 

Forum ini diikuti oleh sejumlah jurnalis, antara lain dari Tribune Media Services, The Washington Post, National Journal, The Weekly Standards, dan Fortune.

Di dalam papernya, Michael Cook menunjuk dua poin mengapa Muhammad berbeda di dalam membawa risalah kenabiannya di dalam membangun peradaban dunia. Yang pengaruhnya, masih terus terasa sampai hari ini. Jawaban prosaiknya yang petama adalah Muhammad sebagai seorang rasul yang sukses (prophet)  yang telah membawa ajaran monoteis (tauhid). Yang kedua adalah Muhammad sebagai seorang politisi yang sukses (politician).

Michael Cook memulai dengan mengatakan bahwa agama monoteis sebenarnya telah ada sejak lama. Namun selama berabad- abad itu, wilayah dan jumlah pengikutnya masih sangat terbatas. Agama Yahudi, hanya menjadi agama orang- orang Yahudi di sekitar Israel di Timur Tengah. Bahkan ketika agama Kristen mulai muncul dan menyebar ke kalangan non-Yahudi, sampai abad ketiga, pengikutnya tetap minoritas.

Kondisi ini baru mulai berubah, ketika Constantine kaisar Romawi memutuskan untuk meninggalkan faham politeis ke ajaran monoteis. Ini terjadi pada abad ke empat. Constantine dan Kekaisaran Romawi secara masif menanggalkan kepercayaan paganisme warisan nenek moyang mereka untuk beralih dan memeluk agama Kristen.

Berbeda dengan Kekaisaran Romawi, penduduk Jazirah Arab di dalam beralih dari faham politeis paganisme --- yang juga dipeluk oleh nenek moyang mereka --- lebih memilih ajaran monoteis Islam. Ajaran  yang dibawa oleh Muhammad. Meski ketika itu agama Kristen dan agama Yahudi telah dipeluk oleh sebagian kecil penduduk Jazirah Arab. Ini terjadi pada awal abad ke tujuh.

Bagaimana pesan monoteis itu mewarnai kehidupan pemeluk agama yang dibawa oleh Muhammad ini, Michael Cook menunjuk pada contoh kasus mata uang. Dalam hal ini mata uang koin abad ketujuh yang digunakan sebagai alat transaksi jual- beli di Persia. Persia, yang ketika itu masih berada dibawah pemerintahan Kerajaan Persia, menggunakan mata uang koin bergambar kepala sang raja lengkap dengan mahkota kerajaan di kepalanya. Latar belakang gambar nampak altar api pemujaan dewa Soroates dengan beberapa orang pemujanya. 

Ketika Persia beralih dibawah pemerintahan Islam, pada mata uang koin dirham, yang diterbitkan pada tahun 734-735, tidak lagi terdapat gambar kepala manusia dan simbol- simbol lain. Selain keterangan terkait dirham itu sebagai mata uang resmi, selebihnya adalah kalimat yang berhubungan dengan Tuhan. Kalimat "No  God but  God alone  without  companion",  dalam Bahasa Arab yang tertera pada koin, menjadi pembeda yang sangat jelas  dengan koin sebelumnya. Kalimat itu sendiri diambil dari Al-Quran.

Pada sesi diskusi dengan peserta konferensi, Michael Cook memaparkan tentang sejarah perubahan kiblat. Selama 16-17 bulan, Muhammad dan pengikutnya melakukan salat dengan menghadap ke arah Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Hal ini membuat orang- orang Yahudi merasa senang, karena mengira bahwa Muhammad dan para pengikutnya akan mengikuti agama mereka. Sesungguhnya Muhammmad sedang merindukan Kabah di Masjidil Haram di kota Mekkah sebagai arah kiblat. Tuhan, kemudian memperkenan kan kerinduan Muhammad itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun