Kepala sekolah, dengan beban administratif yang besar dan posisi sebagai pengambil keputusan formal, justru sebaiknya tidak menjadi pelaksana utama supervisi teknis. Peran kepala sekolah lebih tepat diarahkan untuk menciptakan iklim sekolah yang mendukung, seperti:
- Interaksi terbuka dan otentik,
- Pengambilan keputusan bersama,
- Kepercayaan dan keamanan profesional,
- Budaya kolaboratif antarguru.
Iklim seperti ini menjadi fondasi penting bagi suksesnya implementasi supervisi berdiferensiasi.
Supervisi untuk Pertumbuhan, Bukan Sekadar Evaluasi
Pada akhirnya, supervisi berdiferensiasi bukan sekadar alat untuk menilai kinerja guru, tetapi lebih sebagai sarana untuk:
- Memahami proses belajar-mengajar secara mendalam,
- Mendorong refleksi profesional,
- Merancang perubahan berkelanjutan dalam praktik kelas.
Dengan empat tahapan utama---konferensi awal, observasi kelas, konferensi pascaobservasi, dan perencanaan perbaikan---supervisi berdiferensiasi memberi ruang pada guru untuk tumbuh dalam ritme dan cara yang paling sesuai untuk dirinya.
Penutup
Supervisi berdiferensiasi adalah wujud nyata penghargaan terhadap guru sebagai profesional yang otonom dan reflektif. Melalui pendekatan ini, kita tidak hanya membina guru, tetapi juga membangun ekosistem sekolah yang sehat, saling percaya, dan berorientasi pada peningkatan mutu pembelajaran secara berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI