Menulis adalah salah satu media untuk berkomunikasi, berinteraksi, bahkan bisa dikategorikan masuk dalam hal dokumentasi. Menulis merupakan intereksi tempo dulu yang sampai sekarang masih lestari.Â
Hanya saja, menulis di jaman now, instrument dan fasilitas dalam menunjang kegiatan tersebut, lebih terasa mudah dan banyak. Sebut saja dengan mbah Google yang selalu dijadikan refrensi kalau kita lagi kesulitan menulis, padahal jaman dulu, kita belum mengenalnya.Â
Akan tetapi walaupun demikian, kegiatan menulis yang dilakukan oleh orang jaman dulu jauh lebih maksimal dan memberikan manfaat yang nyata buat kehidupan manusia.Â
Sebut saja beberapa ulama kita seperti Imam Ghozali, Imam Abi Syuja', Imam Ibnu Malik, Imam Malik, Imam Syafii dan lain-lain yang telah banyak melahirkan karya-karya fonumental di bidang agama. Dan sampai sekarang karya-karya beliau semua masih bisa kita rasakan manfaatnya.Â
Begitu pun dibidang teknologi, sains, medis dan lain-lain, banyak pula ilmuan dan ulama kita yang mendokumentasikan buah pemikiranya dengan beberapa tulisan. Sehingga detik ini dan hari ini, ilmu pengetahuan dari segala bidang (fan disiplin ilmu) masih bisa kita kembangkan dan teruskan.Â
Intinya adalah menulis.Â
Apalah jadinya kalau buah pemikiran, kedalaman ilmu, pengetahuan yang luas, ilmu wahbiyah, dan segala kefasihan mereka dalam menguasai ilmu tidak diabadikan dengan tulisan. Tentu hari ini kita tidak bisa merasakan itu semua. Bersyukur ada banyak ulama yang mendokumentasikan dan terus berkarya lewat tulisan.Â
Hal na'as pun terjadi pada salah satu Ulama kita yang sangat fasih dalam hal ilmu fiqih, bahkan beliau lebih lihai dibandingkan dengan Imam Malik, Shohibul Muwatha'.Â
Yah, Imam Laist namanya. Beliau adalah salah ulama yang sangat disayangkan buah pemikiran (baca: hasil ijtihadnya) hilang ditelan jaman. Murid-muridnya begitu ceroboh dan tidak prihatin untuk mendokumentasikan ilmu yang beliau miliki. Sehingga buah pemikiran dan kefasihanya dalam menguraikan ilmu fiqih tidak bisa kita nikmati pada hari ini.
Belajar dari ini, semoga kita menjadi semangat untuk mendokumentasikan ilmu, ijtihad, profile dan serba-serbi yang berkaitan guru kita. Tentu kelak dikemudian hari oret-oretan yang kita tulis akan bermanfaat untuk orang banyak.Â
Nama kita pun bersandar dengan orang yang mulia, insya Allah akan tuai kemuliaan pula. Disamping nama, ilmu, ijtihad, profile dan serba-serbi guru kita akan "abadi", kita pun sebagai penulis akan kebawa "abadi", karena telah ikut menggoreskan sejarah yang bersifat maslahat.
Jadi menulis lah apa yang ketahui, terlebih lagi yang bermanfaat untuk orang banyak !