Mohon tunggu...
Ulik Arlina
Ulik Arlina Mohon Tunggu... Guru - Guru Bimbingan Konseling

Guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 2 Trenggalek. Memiliki latar belakang pendidikan Sarjana dan Magister Psikologi. Memiliki jiwa empati yang tinggi, rajin, loyal terhadap tugas dan bertanggung jawab.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.2 (Ulik Arlina, S.Psi., M.Psi)

30 November 2022   07:36 Diperbarui: 30 November 2022   07:41 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.2 (ULIK ARLINA, S.Psi., M.Psi)

Saya Ulik Arlina, Calon Guru Penggerak dari SMA Negeri 2 Trenggalek Angkatan 7 akan merefleksikan kegiatan saya saat mempelajari Modul 1.2 yang saya koneksikan juga dengan modul 1.1 sebelumnya. Setelah saya mempelajari modul 1.1, banyak hal yang saya dapatkan didalamnya. Mulai dari pemahaman saya dalam menjadi Guru yang seperti apa, bagaimana memperlakukan murid, bahkan bagaimana memahami setiap profil dan karakter murid masing-masing. Kemudian lanjut ke Modul 1.2 yang mempelajari tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, saya menjadi termotivasi dan tertantang untuk mewujudkan semua nilai dan peran yang harus dimiliki Guru Penggerak tersebut. Adapun kegiatan yang saya lakukan pada Modul 1.2 muldai dari diri sampai saya melakukan aksi nyatanya.

Berawal dari kegiatan Mulai dari diri, saya membuat peristiwa positif yang saya tuliskan dalam diagram trapesium tersebut saat saya mendapatkan kesempatan mengikuti lomba cerdas cermat Tingkat Kabupaten dan mendapatkan Juara 1 bersama 3 teman satu sekolahan. Peristiwa Negatif yang saya tuliskan dalam diagram trapesium tersebut saat saya mendapatkan juara 3 di kelas yang sebelumnya saat semester 1 saya juara 2 lalu saya didekati dengan seseorang untuk minta duduk dengan saya, namun sesuatu hal yang saya kerjakan di contoh dan saat membutuhkan bantuan, teman tersebut tidak memberitahukannya akhirnya saya kecewa karena peringkat tersebut diganti oleh teman saya tersebut. Hal tersebut membuat saya selalu teringat apabila bertemu dengan teman tersebut saat pertemuan reuni. Selain saya, yang terlibat di dalam peristiwa positif yang saya lakukan adalah teman sekelas yang sama sama selalu bersaing dalam mendapatkan peringkat kelas. Sedangkan peristiwa negatif yang terlibat selain saya adalah teman sebangku yang baik di muka namun jahat saat mendapatkan prestasi akademik di kelas.

Dampak emosi yang saya rasakan hingga sekarang adalah benci, sedih, kecewa, jengkel, penyesalan. Bagaimana tidak, lha semua tugas tugas yang saya kerjakan dia meminta dan kebalikannya disaat saya minta bantuan, dianya malah bilang tidak bisa dan disembunyikan dan puncak kekecewaan yang saya rasakan saat penerimaan raport bahwa dia telah "ngendih" rangking saya atau menggantikan posisi rangking 2 yang sebelumnya saya dapatkan. Momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat mempengaruhi diri saya di masa sekarang karena perbuatannya sangat licik dan membuat saya merasa terngiang-ngiang dengan semua proses dia mendekati untuk ingin duduk bersama saya agar bisa mendapatkan ilmu yang saya miliki dan memanfaatkan semua itu. Apabila ulangan selalu tanya kepada saya, namun saat saya ganti tanya, malah dia bilang belum dikerjakan dan tidak bisa padahal jawabannya benar yang dia dapatkan dari teman teman yang lainnya. Pelajaran hidup yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya adalah tentang kehidupan yang memiliki peristiwa positif maupun peristiwa negatif yang di saat usia sekolah akan terus terngiang-ngiang atau tertanam di dalam pikiran kita sampai kapanpun. Sehingga sebagai guru saya akan menanamkan peristiwa peristiwa positif saja dalam perjalanan peserta didik yang bersama saya. Dengan begitu, mereka akan selalu ingat dengan peristiwa-peristiwa yang positif bersama saya di saat duduk di bangku sekolah.

Nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru adalah perjalanan hidup dalam menempuh pendidikan tidak terlepas dengan adanya peran seorang guru, sebagai murid yang selalu mendapatkan ilmu dari guru akan terus belajar untuk menjadi peran yang baik dalam masa depannya. Sungguh luar biasa apabila saya seorang guru yang bisa menuntun murid sampai mencapai kesuksesannya dan mengingat semua perlakuan yang saya berikan kepadanya. Nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru dan komunitas sekolah adalah saya adalah seorang yang sangat peduli terhadap orang lain apapun yang dikeluhkan kepada saya akan saya bantu semaksimal mungkin. Saya juga memiliki nilai tanggung jawab yang maksimal dan lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan diri saya sendiri. Tugas yang saya lakukan selalu dapat menggerakkan murid, rekan guru untuk berubah menjadi lebih baik seperti disaat saya menjadi salah satu pioner guru pendamping inklusi, semua warga sekolah harus bisa memahami tentang peserat didik berkebutuhan khusus bagaimana memperlakukan di saat di sekolah dan pioner perubahan menjadi sekolah ramah anak yang merubah point negatif menjadi point positif yang luar biasa proses perubahannya. Komunitas sekolah bisa sedikit demi sedikit berubah sesuai dengan tujuan tersebut. Peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru dan komunitas sekolah saya adalah saya mengimbaskan semua kegiatan positif yang saya lakukan kalau kegiatan tersebut mudah dilakukan dan manfaatnya banyak sekali untuk kepentingan murid, memberi motivasi kepada rekan guru siapapun baik yang usianya dibawah saya maupun diatas saya.

Kemudian kegiatan selanjutnya adalah Eksplorasi Konsep modul 1.2 yang dapat saya simpulkan bahwa saya harus bisa tergerak dan bergerak, sehingga semakin menghayati bagaimana menggerakkan manusia. Itulah tujuan kita melakukan pendidikan guru penggerak ini. semangat untuk kita semua demi masa depan bangsa. Hal hal yang ada pada diri seseorang manusia adalah berasal dari dalam (intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik). adapun contoh dalam diri itu sesuatu yang sudah ada sejak lahir dan menetap. istilahnya genetik. lalu berasal dari luar (esktrinsik) contohnya pengaruh dari lingkungan baik dari keluarga, sekolah maaupun masyarakat sekitar. Video tentang cara kerja otak yang ada di LMS ini membuat kita juga melakukan hal berpikir, berpikir lambat atau berpikir cepat dalam melakukan semua aktivitas yang kita lakukan selama menempuh pendidikan guru penggerak ini. semoga kita bia menggunakan kerja otak sesuai yang kita butuhkan.

Materi tentang Perumpamaan Otak 3-in-1 (Triune) Manusia Menggunakan Tangan merupakan ilmu yang sangat berguna bagi kita sebagai guru agar dapat menggunakan otak kita dalam bertindak menghadapi laku siswa sehingga bisa menuntun dengan baik. Dilanjut materi tentang Lima (5) Kebutuhan Dasar Manusia: Kebutuhan Genetis dapat disimpulkan bahwa manusia pasti pernah melakukan perilaku positif maupun negatif, hal ini tergantung sebab manusia melakukan perilaku tersebut. ada kemungkinan apabila kita melakukan perilaku yang menyimpang, karena kebutuhan dasar kita yang belum terpenuhi. misalnya saat kita memberikan bimbingan kepada siswa, maka sebaiknya disaat kita dalam keadaan bahagia, tidak ada masalah dengan keluarga, sudah dalam keadaan kenyang sehingga akan menjadikan perilaku baik pula terhadap orang lain. Tentunya tahap tumbuh kembang anak - Wiraga-wirama Ki Hadjar Dewantara adalah hal yang perlu kita pahami juga karena proses perkembangan anak memang ada fase fasenya sesuai perkembangan usianya, sehingga dengan memahami ciri perkembangan pada fase fase sesuai usia mereka maka kita akan mudah dalam memahami kemampuan yang dimiliki siswa. Hal yang menarik lagi adalah materi tentang tahap perkembangan psikososial Erik Erikson, disini dijelaskan bahwa pada fase perkembangan psikososial ada tahapan tahapan yang dilalui setiap anak, dengan kita memahami ciri ciri fase tersebut maka kita akan mudah dalam memahami perilaku yang terjadi pada siswa kita di sekolah.

Cara kerja otak diawali saat pembelajaran dimulai dan diberi stimulus oleh guru sehingga murid akan menstimulus kerja otak untuk menggerakkan sesuai yang diperintahkan otak. Adapun kebutuhan dasar manusia memang harus terpenuhi dimulai dari yang dasar, apabila kebutuhan dasarnya belum terpenuhi, maka akan mempengaruhi dikebutuhan diatasnya. Tahapan perkembangan manusia sudah disesuaikan dengan fase fase tahapan sesuai usianya, sehingga kita sebagai guru harus bisa memahami usia sekarang yang kita tuntun sudah mengalami psikososial yang seperti apa dan kebiasaan yang terbentuk pada diri siswa tersebut. Sehingga bisa mendampingi sisw tersebut untuk mencapai masa depannya. Adapun nilai nilai yang perlu dikuatkan sebagai guru penggerak adalah nilai empati yang tinggi. karena menurut saya itu awal dari segala perilaku yang akan kita gerakkan untuk menuntun perilaku siswa kita. Manusia merdeka adalah manusia yang berdaya dalam memilih dan mereka termotivasi dari dalam. memang benar sekali hal tersebut karena dengan gerakan yang kita jalankan harus berasal dari dalam terlebih dahulu. hal ini sebagai pondasi dalam berperilaku apapun. tidak adanya paksaan adalah hal yang menyenangkan setiap manusia dalam melakukan aktifitas setiap harinya. sehingga akan memunculkan manusia yang berdaya dan memotivasi diri untuk menjadi lebih baik dan berguna untuk dirinya maupun utnuk orang lain.

Ilmu di Pendidikan Guru Penggerak memang luar biasa bagusnya, ini ada lagi tentang manusia Merdeka: Berdaya dalam Memilih (Teori Pilihan). Materi ini sangat menarik bagi saya disaat ada kalimat untuk memilih, apakah saya harus bangun ataukah tidur kembali. hal ini sangat bagus diterapkan kepada siswa saya yang sering terlambat sekolah karena setiap saat dia memilih untuk tidur kembali dan akhirnya terlambat untuk masuk sekolah. sehingga, kesuksesan juga merupakan pilihan, apakah mau sukses apakah mau tetap seperti ini. sehingga dengan adanya kalimat pilihan tersebut akan memudahkan kita sebagai guru untuk menuntun siswa menuju perubahan yang lebih baik lagi. Ilmu tentang pilihan. Perilaku kita berasal dari pilihan. sehingga saya akan melakukan pilihan kepada siswa apabila melakukan hal menyimpang di sekolah dan tidak sesuai dengan perilaku pada umumnya.

Manusia Merdeka itu termotivasi dari Dalam (Motivasi Intrinsik). Memang motivasi intrinsik adalah hal awal yang harus dipilih dalam pelakukan sesuatu. Dengan menguatkan "perasaan" yang mendalam ke anak maka dapat menumbuhkan motivasi intrinsik untuk bergerak ke arah yang positif. Kita sebagai pendidik harus bisa mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar yang berlandaskan Pancasila yang menjadi tujuan dalam merdeka belajar. Nilai nilai yang terkandung didalamnya sudah mewakili semua nilai nilai luhur yang ada dalam pancasila. sehingga apabila kita dapat menuntun siswa untuk menjadikan karakternya sesuai PPP maka akan memudahkan dalam mencapai kesuksesannya. Sebagai calon guru penggerak kita harus mulai memupuk nilai nilai yang harus dimiliki,sehingga memudahkan dalam penerapan sebagai guru penggerak nantinya. apapun yang kita miliki kita pupuk agar semakin kuat nilai yang kita miliki dan munuculkan yang terkuat untuk mewujudkan tugas kita sebagai guru penggerak nantinya. Dari beberapa nilai Guru Penggerak, nilai yang saya kuatkan adalah nilai kolaboratif. karena saya percaya bahwa dengan adanya kerjasama antara stakeholder dengan pihak pihak terkait maka akan memudahkan dalam pencapaian tujuan yang kita inginkan. karena akan menjadi lancar dan tidak merasa terbebani. Adapun tindakan yang saya lakukan adalah mengintensifkan kerjasama dengan orangtua/wali murid yang selalu berada disamping siswa setelah pulang dari sekolah. sehingga akan memudahkan dalam menuntun mereka ke arah yang baik.

Adapun cara menggerakkan manusia yaitu dengan menuntun kekuatan kodrat manusia dengan mengembangkan nilai kolaboratif. komunikasi yang intens dan lebih akan menjadikan siswa lebih merasa diperhatikan dan dipercaya serta akan memudahkan untuk menuntun perubahan perubahan ke hal hal yang positif. Memang dalam merubah sesuatu perilaku anak tidak akan mudah, anak seperti seorang sopir yang mengendalikan kemudinya dalam melakukan perilakunya. sedangkan guru hanya sebagai penumpang yang hanya bisa mengingatkan dan memperhatikan. sehingga apabila ingin merubah perilakunya maka hanya sopirlah yang bisa. Sebagai guru harus bisa menempatkan posisinya baik di sekolah, dirumah maupun dilingkungan masyarakat. karena manusia percya bahwa guru adalah digugu dan ditiru. sehingga segala perilakunya akan terpantau dimana-mana.

Dalam video pendek berjudul "Diagram Identitas Gunung Es" disini saya belajar tentang ilmu psikologi yang saya pelajari waktu kuliah, memang bagian dalam diri kita ada yang namnya gunung es. yang terlihat namanya conscious (sadar) yang hanya 12 % dan yang unconscious (bawah sadar) lebih banyak yaitu 88%. Hal ini menunjukkan bahwa sesuatu hal yang tidak kita sadari itu ternyata lebih banyak isinya. sehingga ada 2 yang dapat memunculkan alam bawah sadar itu yaitu keteladanan dan aturan. sehingga dengan menunmbuhkan keteladanan dalam diri seorang guru akan dapat memunculkan karakter anak yang baik dan adanya aturan yang dapat menjadi tuntunan mereka dalam melakukan aktifitas sehingga akan menunculkan karakter yang baik. Sebagai calon guru penggerak maka kita harus memiliki 4 kategori kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu: mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah. Harus menjadi pelopor dan pendorong terhadap teman sejawat agar bergerak juga untuk bersama sama mewujudkan masa depan siswa yang cemerlang. Adapun kaitannya antara diagram identitas gunung es dengan penumbuhan profil pelajar pancasila pada murid dan transformasi pendidikan adalah bahwa kita sebagai guru harus bisa memunculkan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai profil pelajar pancasila karena sesuatu itu masih ada didalam 88% alam bawah sadar yang belum diketahui oleh kita maupun diri murid itu sendiri. adapun konsekuensi dari peran saya sebagai guru penggerak adalah saya harus bisa menjadi teladan bagi murid agar karakter itu muncul yang berada di dalam bawah sadar. Materi ini sangat memotivasi saya sebagai calon guru bergerak untuk memanfaatkan ilmu yang terus mengalir ini untuk memunculkan karakter siswa yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Kegiatan selanjutnya adalah Ruang Kolaborasi Modul 1.2 tentang kolaborasi dalam kelompok yang membahas tentang kegiatan yang mengandung Nilai dan Peran Guru Penggerak yang akan dan sudah dilakukan yang mana dalam kelompok saya, mengambil tema "Kegiatan Parenting Sekolah Lanjutan". Awal mula mengambil kegiatan Parenting tema Sekolah Lanjutan yaitu (1) Identifikasi. Mengungkap permasalahan yang ada pada murid. (2) Analisis. Mengklasifikasikan masalah masalah yang dihadapi murid. Contohnya : Masalah karir (sekolah lanjutan). (3) Diagnosis. Menemukan faktor faktor penyebab yang melatarbelakangi masalah murid. Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal: kecerdasan, bakat minat, kepribadian, kondisi jasmani dan kesehatan. Faktor eksternal: lingkungan rumah, lingkungan sekolah, keinginan orangtua, kondisi ekonomi. Contohnya: Keinginan orangtua dan murid tidak sama untuk pilihan sekolah lanjutan.(4) Prognosis. Perkiraan berbagai alternatif pemecahannya. Konferensi Kasus, Komunikasi dengan orangtua, pihak pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi, Konseling individu. Contohnya : Kolaborasi dengan orangtua. (5) Treatment. Upaya untuk perbaikan komunikasi. Melakukan komunikasi atau pertemuan dengan orangtua/wali murid. (6) Evaluasi dan Tindak Lanjut, Yaitu Melaksanakan kegiatan Parenting-Sekolah Lanjutan.

Nilai Guru Penggerak yang muncul dalam kegiatan ini adalah (1) Kolaboratif ( Guru mampu mengkolaborasikan Sekolah, Siswa, Orang Tua, Alumni), (2) Inovatif ( guru mampu menggandeng alumni wujud praktik baik), (3) Berpihak kepada murid dan (4) mandiri (guru mampu merancang kegiatan yang hasilnya mampu memberikan kemampuan peserta didik untuk memutuskan pilihan), (5) Reflektif (melalui kegiatan tersebut siswa mampu mengambil pelajaran dari keputusan yang dia ambil nantinya). Setelah mengetahui kelebihan kelebihan Nilai Guru Penggerak yang dimiliki, maka kita menuliskan surat terimakasih dan apresiatif pada salah satu rekan Guru Penggerak. Adapun kesimpulan isi surat itu adalah teman Guru Penggerak saya memiliki nilai kolaboratif yang mana diungkapkan dalam kegiatannya bahwa

peran Guru Penggerak yang dapat membangun dialog dan diskusi antar rekan sejawat untuk mendapatkan solusi baru atas tantangan yang dihadapi dan saling mendukung antar program yang dilakukan teman sejawat akan dapat mendukung Peran sebagai Guru Penggerak. Disini saya merasa apresiatif atas Nilai yang dimiliki oleh teman Guru Penggerak tersebut. Saya merasa perlu mengembangkan Nilai tersebut walau saya merasa sangat kurang memiliki Nilai itu.

Pada kegiatan Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2, kegiatan yang saya lakukan adalah membuat gambaran diri sebagai Guru Penggerak di masa depan yang kira kira sudah dilakukan selama 3 tahun. Disini saya tunjukkan dalam sebuat video berikut:


Kegiatan Elaborasi Pemahaman Modul 1.2, saya mengikuti kegiatan Gmmet yang di paparkan oleh Fasilitator dengan mendengarkan dan berpendapat di forum bersama sama memahami kembali tentang mulai Modul 1.1 sampai Modul 1.2 yang sudah kita pelajari. Dalam kegiatan ini, saya merasa lebih paham karena ada masukan masukan ilmu dari berbagai kelas yang berkumpul menjadi satu. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menancapkan lebih dalam ilmu yang kita dapat sebelumnya yang masih belum begitu kita pahami.

Pada kegiatan Koneksi Antar Materi Modul 1.2, hal dilakukan adalah menuliskan tentang gambaran diri sebagai Guru Penggerak di masa depan dengan model refleksi 4P sebagai berikut: Pada P yang pertama adalah Peristiwa. Momen yang paling penting saat proses pembelajaran Modul 1.1 hingga modul 1.2 adalah di saat saya mengetahui bahwa KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Momen yang menantang saat proses pembelajaran Modul 1.1 hingga modul 1.2 adalah saat melakukan Aksi Nyata yang merupakan momen dimana Calon Guru Penggerak bisa mengaplikasikan ilmunya dalam mendidik anak sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso sung tulodho (menjadi panutan bagi murid), ing madya mangun karso (yang bisa memunculkan ide murid agar lebih kreatif dan tut wuri handayani (yang selalu memberikan motivasi) apapun kegiatan yang dilakukan oleh murid selama masih sesuai dengan hal hal yang baik. Momen yang mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga modul 1.2 adalah di saat saya mengetahui bahwa murid bukan selembar kertas kosong namun kertas yang sudah ada isinya namun masih samar-samar. Sebagai pendidik kita memiliki kekuatan sosio-kultural yang menjadi proses 'menebalkan' kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar itu. Jadi Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. P yang kedua adalah Perasaan. Saat momen itu terjadi saya merasa menjadi pendidik yang belum bisa mendampingi murid sampai sukses. Namun dengan mempelajari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 saya merasa ada titik terang dalam mendampingi murid menuju kesuksesannya. Karena di dalam pembelajaran modul 1.1 saya merasakan bahwa pendidik itu hanya menuntun, tidak bisa merubah laku murid. Laku murid yang baik harus tetap dituntun apalagi yang masih kurang baik tetep terus dituntun sampai mencapai tangga kesuksesannya. P yang ketiga dalaha Pembelajaran. Sebelum momen tersebut terjadi saya berpikir bahwa saya mendidik murid lebih mengutamakan memberikan nasehat apabila ada murid yang mengalami pelanggaran di sekolah, lebih mendekte terhadap perilaku yang harus dilakukan sesuai peraturan yang berlaku di sekolah, memberikan bimbingan di kelas sesuai dengan yang saya inginkan, banyak memberikan bimbingan dan konseling terhadap murid yang "bermasalah" daripada murid lainnya, lebih membanggakan kepada murid yang "baik-baik saja" di kelas dan tidak melakukan kesalahan apapun di sekolah.

Sekarang saya berpikir bahwa ternyata murid bukan kertas kosong yang kita harus mengisinya namun kertas yang sudah ada isinya dan kita tinggal menebalkan lakunya.

Kita harus menjadi guru yang "pamong" melakukan pendampingan terhadap semua perilakunya. Saat melakukan bimbingan dan konseling lebih banyak berpihak pada murid tidak lagi menasehati sesuai apa yang kita inginkan. P yang keempat adalah Penerapan ke depan (Rencana). Pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak adalah : Nilai Mandiri; saya memiliki semangat untuk terus belajar sepanjang hayat, hal ini sudah saya lakukan dengan melanjutkan Magister (S2) dan rencana akan melanjutkan S3 apabila sudah ada pembukaan pendaftaran, lalu menjadi narasumber di bakti alumni di kampus S2 serta menjadi presenter di publikasi jurnal internasional. Kegiatan-kegiatan pelatihan-pelatihan juga akan terus saya lakukan untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai Guru Bimbingan Konseling, baik workshop, seminar, diklat dan sebaginya. Nilai Reflektif; saya selalu memaknai pengalaman yang terjadi dan memiliki daya saing yang tinggi dengan memperbaiki kualitas kinerja hasil evaluasi dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah maupun dari teman sejawat di lingkup sekolah maupun di luar sekolah (MGBK Kabupaten Trenggalek). Nilai Kolaboratif; saya dalam mencapai tujuan pembelajaran, tentunya nilai kolaboratif sudah saya miliki yang senantiasa membangun daya sanding dan mempertimbangkan pentingnya kesalingtergantungan misalnya saya sebagai pelaksana Sekolah Ramah Anak dengan melakukan kegiatan Parenting, Alumni Mengajar dan Kolaborasi dengan komunitas MGBK Kabupaten Trenggalek. Nilai Inovatif; saya mampu memunculkan gagasan segar dan tepat guna seperti kegiatan ekstrakurikuler PIK R dengan mengembangkan life skill seperti Public Speaking, Desain Batik, Menciptakan Lirik Lagu Bahasa Isyarat Anak Inklusi khususnya Tuna Rungu, Melakukan kegiatan Um'at Berkah dengan melakukan kegiatan yang namanya GREZI atau Gerakan Remaja Bergizi sebagai suatu kegiatan di Sekbid 7 OSIS SMA Negeri 2 Trenggalek. Nilai Berpihak pada Murid; saya akan melakukan bimbingan di kelas maupun di luar kelas dengan menyesuaikan materi yang dibutuhkan murid saja. Serta memberikan konseling individu dan konseling kelompok yang berpusat pada murid atau disebut "Client Centered". Peran saya sebagai Guru Penggerak yaitu: Menjadi Pemimpin Pembelajaran; sebagai pendidik tentunya saya dalam melaksanakan bimbingan klasikal akan menjadi pemimpin pembelajaran untuk mengkondisikan situasi saat bimbingan klasikal. Menjadi fasilitator dalam memecahkan suatu permasalahan dan mendampingi murid sampai menemukan penyelesaiannya. Menjadi Coach bagi guru lain; saya memiliki ilmu yang harus saya tularkan kepada teman sekitar saya baik yang sama dalam bidang pelajaran, apalagi yang serumpun agar bisa sama sama mendampingi murid mencapai kesuksesannya. Mendorong kolaborasi; saya akan mengajak semua stakeholder dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah saya dan menjadikan tri pusat pendidikan sebagai acuan dalam kegiatan kolaborasi tersebut. Mewujudkan kepemimpinan murid; saya sebagai pembina ekstrakurikuler PIK R dan pembina Sekbid 7 OSIS, saya akan menuntun para murid yang masuk dalam kegiatan tersebut untuk memunculkan kepemimpinan mereka dalam melakukan kegiatan tanpa mendekte namun menuntun dan sebagai fasilitator agar mereka memiliki jiwa kepemimpinan dalam berogranisasi dan bermanfaat di masa yang akan datang. Menggerakkan komunitas praktisi; saya tergabung dalam komunitas yang lumayan banyak, ada komunitas MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan Konseling) sebagai salah satu pengurus, komunitas IIBKIN (Ikatan Intrumentasi Bimbingan Konseling Indonesia) sebagai salah satu praktisi yang bisa melaksanakan tes psikologi pendidikan, komunitas PGRI yang juga ikut andil dalam kegiatan kegiatannya.

Setelah melakukan Koneksi Antar Materi, maka yang saya lakukan adalah Aksi Nyata Modul 1.2 yang berkaitan dengan kegiatan yang sudah saya lakukan di Koneksi Antar Materi yang saya rangkum dalam video berikut:


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun