Mohon tunggu...
Ulik Arlina
Ulik Arlina Mohon Tunggu... Guru - Guru Bimbingan Konseling

Guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 2 Trenggalek. Memiliki latar belakang pendidikan Sarjana dan Magister Psikologi. Memiliki jiwa empati yang tinggi, rajin, loyal terhadap tugas dan bertanggung jawab.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.2 (Ulik Arlina, S.Psi., M.Psi)

30 November 2022   07:36 Diperbarui: 30 November 2022   07:41 889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam video pendek berjudul "Diagram Identitas Gunung Es" disini saya belajar tentang ilmu psikologi yang saya pelajari waktu kuliah, memang bagian dalam diri kita ada yang namnya gunung es. yang terlihat namanya conscious (sadar) yang hanya 12 % dan yang unconscious (bawah sadar) lebih banyak yaitu 88%. Hal ini menunjukkan bahwa sesuatu hal yang tidak kita sadari itu ternyata lebih banyak isinya. sehingga ada 2 yang dapat memunculkan alam bawah sadar itu yaitu keteladanan dan aturan. sehingga dengan menunmbuhkan keteladanan dalam diri seorang guru akan dapat memunculkan karakter anak yang baik dan adanya aturan yang dapat menjadi tuntunan mereka dalam melakukan aktifitas sehingga akan menunculkan karakter yang baik. Sebagai calon guru penggerak maka kita harus memiliki 4 kategori kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu: mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah. Harus menjadi pelopor dan pendorong terhadap teman sejawat agar bergerak juga untuk bersama sama mewujudkan masa depan siswa yang cemerlang. Adapun kaitannya antara diagram identitas gunung es dengan penumbuhan profil pelajar pancasila pada murid dan transformasi pendidikan adalah bahwa kita sebagai guru harus bisa memunculkan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai profil pelajar pancasila karena sesuatu itu masih ada didalam 88% alam bawah sadar yang belum diketahui oleh kita maupun diri murid itu sendiri. adapun konsekuensi dari peran saya sebagai guru penggerak adalah saya harus bisa menjadi teladan bagi murid agar karakter itu muncul yang berada di dalam bawah sadar. Materi ini sangat memotivasi saya sebagai calon guru bergerak untuk memanfaatkan ilmu yang terus mengalir ini untuk memunculkan karakter siswa yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Kegiatan selanjutnya adalah Ruang Kolaborasi Modul 1.2 tentang kolaborasi dalam kelompok yang membahas tentang kegiatan yang mengandung Nilai dan Peran Guru Penggerak yang akan dan sudah dilakukan yang mana dalam kelompok saya, mengambil tema "Kegiatan Parenting Sekolah Lanjutan". Awal mula mengambil kegiatan Parenting tema Sekolah Lanjutan yaitu (1) Identifikasi. Mengungkap permasalahan yang ada pada murid. (2) Analisis. Mengklasifikasikan masalah masalah yang dihadapi murid. Contohnya : Masalah karir (sekolah lanjutan). (3) Diagnosis. Menemukan faktor faktor penyebab yang melatarbelakangi masalah murid. Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal: kecerdasan, bakat minat, kepribadian, kondisi jasmani dan kesehatan. Faktor eksternal: lingkungan rumah, lingkungan sekolah, keinginan orangtua, kondisi ekonomi. Contohnya: Keinginan orangtua dan murid tidak sama untuk pilihan sekolah lanjutan.(4) Prognosis. Perkiraan berbagai alternatif pemecahannya. Konferensi Kasus, Komunikasi dengan orangtua, pihak pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi, Konseling individu. Contohnya : Kolaborasi dengan orangtua. (5) Treatment. Upaya untuk perbaikan komunikasi. Melakukan komunikasi atau pertemuan dengan orangtua/wali murid. (6) Evaluasi dan Tindak Lanjut, Yaitu Melaksanakan kegiatan Parenting-Sekolah Lanjutan.

Nilai Guru Penggerak yang muncul dalam kegiatan ini adalah (1) Kolaboratif ( Guru mampu mengkolaborasikan Sekolah, Siswa, Orang Tua, Alumni), (2) Inovatif ( guru mampu menggandeng alumni wujud praktik baik), (3) Berpihak kepada murid dan (4) mandiri (guru mampu merancang kegiatan yang hasilnya mampu memberikan kemampuan peserta didik untuk memutuskan pilihan), (5) Reflektif (melalui kegiatan tersebut siswa mampu mengambil pelajaran dari keputusan yang dia ambil nantinya). Setelah mengetahui kelebihan kelebihan Nilai Guru Penggerak yang dimiliki, maka kita menuliskan surat terimakasih dan apresiatif pada salah satu rekan Guru Penggerak. Adapun kesimpulan isi surat itu adalah teman Guru Penggerak saya memiliki nilai kolaboratif yang mana diungkapkan dalam kegiatannya bahwa

peran Guru Penggerak yang dapat membangun dialog dan diskusi antar rekan sejawat untuk mendapatkan solusi baru atas tantangan yang dihadapi dan saling mendukung antar program yang dilakukan teman sejawat akan dapat mendukung Peran sebagai Guru Penggerak. Disini saya merasa apresiatif atas Nilai yang dimiliki oleh teman Guru Penggerak tersebut. Saya merasa perlu mengembangkan Nilai tersebut walau saya merasa sangat kurang memiliki Nilai itu.

Pada kegiatan Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2, kegiatan yang saya lakukan adalah membuat gambaran diri sebagai Guru Penggerak di masa depan yang kira kira sudah dilakukan selama 3 tahun. Disini saya tunjukkan dalam sebuat video berikut:


Kegiatan Elaborasi Pemahaman Modul 1.2, saya mengikuti kegiatan Gmmet yang di paparkan oleh Fasilitator dengan mendengarkan dan berpendapat di forum bersama sama memahami kembali tentang mulai Modul 1.1 sampai Modul 1.2 yang sudah kita pelajari. Dalam kegiatan ini, saya merasa lebih paham karena ada masukan masukan ilmu dari berbagai kelas yang berkumpul menjadi satu. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menancapkan lebih dalam ilmu yang kita dapat sebelumnya yang masih belum begitu kita pahami.

Pada kegiatan Koneksi Antar Materi Modul 1.2, hal dilakukan adalah menuliskan tentang gambaran diri sebagai Guru Penggerak di masa depan dengan model refleksi 4P sebagai berikut: Pada P yang pertama adalah Peristiwa. Momen yang paling penting saat proses pembelajaran Modul 1.1 hingga modul 1.2 adalah di saat saya mengetahui bahwa KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Momen yang menantang saat proses pembelajaran Modul 1.1 hingga modul 1.2 adalah saat melakukan Aksi Nyata yang merupakan momen dimana Calon Guru Penggerak bisa mengaplikasikan ilmunya dalam mendidik anak sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso sung tulodho (menjadi panutan bagi murid), ing madya mangun karso (yang bisa memunculkan ide murid agar lebih kreatif dan tut wuri handayani (yang selalu memberikan motivasi) apapun kegiatan yang dilakukan oleh murid selama masih sesuai dengan hal hal yang baik. Momen yang mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga modul 1.2 adalah di saat saya mengetahui bahwa murid bukan selembar kertas kosong namun kertas yang sudah ada isinya namun masih samar-samar. Sebagai pendidik kita memiliki kekuatan sosio-kultural yang menjadi proses 'menebalkan' kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar itu. Jadi Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. P yang kedua adalah Perasaan. Saat momen itu terjadi saya merasa menjadi pendidik yang belum bisa mendampingi murid sampai sukses. Namun dengan mempelajari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 saya merasa ada titik terang dalam mendampingi murid menuju kesuksesannya. Karena di dalam pembelajaran modul 1.1 saya merasakan bahwa pendidik itu hanya menuntun, tidak bisa merubah laku murid. Laku murid yang baik harus tetap dituntun apalagi yang masih kurang baik tetep terus dituntun sampai mencapai tangga kesuksesannya. P yang ketiga dalaha Pembelajaran. Sebelum momen tersebut terjadi saya berpikir bahwa saya mendidik murid lebih mengutamakan memberikan nasehat apabila ada murid yang mengalami pelanggaran di sekolah, lebih mendekte terhadap perilaku yang harus dilakukan sesuai peraturan yang berlaku di sekolah, memberikan bimbingan di kelas sesuai dengan yang saya inginkan, banyak memberikan bimbingan dan konseling terhadap murid yang "bermasalah" daripada murid lainnya, lebih membanggakan kepada murid yang "baik-baik saja" di kelas dan tidak melakukan kesalahan apapun di sekolah.

Sekarang saya berpikir bahwa ternyata murid bukan kertas kosong yang kita harus mengisinya namun kertas yang sudah ada isinya dan kita tinggal menebalkan lakunya.

Kita harus menjadi guru yang "pamong" melakukan pendampingan terhadap semua perilakunya. Saat melakukan bimbingan dan konseling lebih banyak berpihak pada murid tidak lagi menasehati sesuai apa yang kita inginkan. P yang keempat adalah Penerapan ke depan (Rencana). Pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak adalah : Nilai Mandiri; saya memiliki semangat untuk terus belajar sepanjang hayat, hal ini sudah saya lakukan dengan melanjutkan Magister (S2) dan rencana akan melanjutkan S3 apabila sudah ada pembukaan pendaftaran, lalu menjadi narasumber di bakti alumni di kampus S2 serta menjadi presenter di publikasi jurnal internasional. Kegiatan-kegiatan pelatihan-pelatihan juga akan terus saya lakukan untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai Guru Bimbingan Konseling, baik workshop, seminar, diklat dan sebaginya. Nilai Reflektif; saya selalu memaknai pengalaman yang terjadi dan memiliki daya saing yang tinggi dengan memperbaiki kualitas kinerja hasil evaluasi dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah maupun dari teman sejawat di lingkup sekolah maupun di luar sekolah (MGBK Kabupaten Trenggalek). Nilai Kolaboratif; saya dalam mencapai tujuan pembelajaran, tentunya nilai kolaboratif sudah saya miliki yang senantiasa membangun daya sanding dan mempertimbangkan pentingnya kesalingtergantungan misalnya saya sebagai pelaksana Sekolah Ramah Anak dengan melakukan kegiatan Parenting, Alumni Mengajar dan Kolaborasi dengan komunitas MGBK Kabupaten Trenggalek. Nilai Inovatif; saya mampu memunculkan gagasan segar dan tepat guna seperti kegiatan ekstrakurikuler PIK R dengan mengembangkan life skill seperti Public Speaking, Desain Batik, Menciptakan Lirik Lagu Bahasa Isyarat Anak Inklusi khususnya Tuna Rungu, Melakukan kegiatan Um'at Berkah dengan melakukan kegiatan yang namanya GREZI atau Gerakan Remaja Bergizi sebagai suatu kegiatan di Sekbid 7 OSIS SMA Negeri 2 Trenggalek. Nilai Berpihak pada Murid; saya akan melakukan bimbingan di kelas maupun di luar kelas dengan menyesuaikan materi yang dibutuhkan murid saja. Serta memberikan konseling individu dan konseling kelompok yang berpusat pada murid atau disebut "Client Centered". Peran saya sebagai Guru Penggerak yaitu: Menjadi Pemimpin Pembelajaran; sebagai pendidik tentunya saya dalam melaksanakan bimbingan klasikal akan menjadi pemimpin pembelajaran untuk mengkondisikan situasi saat bimbingan klasikal. Menjadi fasilitator dalam memecahkan suatu permasalahan dan mendampingi murid sampai menemukan penyelesaiannya. Menjadi Coach bagi guru lain; saya memiliki ilmu yang harus saya tularkan kepada teman sekitar saya baik yang sama dalam bidang pelajaran, apalagi yang serumpun agar bisa sama sama mendampingi murid mencapai kesuksesannya. Mendorong kolaborasi; saya akan mengajak semua stakeholder dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah saya dan menjadikan tri pusat pendidikan sebagai acuan dalam kegiatan kolaborasi tersebut. Mewujudkan kepemimpinan murid; saya sebagai pembina ekstrakurikuler PIK R dan pembina Sekbid 7 OSIS, saya akan menuntun para murid yang masuk dalam kegiatan tersebut untuk memunculkan kepemimpinan mereka dalam melakukan kegiatan tanpa mendekte namun menuntun dan sebagai fasilitator agar mereka memiliki jiwa kepemimpinan dalam berogranisasi dan bermanfaat di masa yang akan datang. Menggerakkan komunitas praktisi; saya tergabung dalam komunitas yang lumayan banyak, ada komunitas MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan Konseling) sebagai salah satu pengurus, komunitas IIBKIN (Ikatan Intrumentasi Bimbingan Konseling Indonesia) sebagai salah satu praktisi yang bisa melaksanakan tes psikologi pendidikan, komunitas PGRI yang juga ikut andil dalam kegiatan kegiatannya.

Setelah melakukan Koneksi Antar Materi, maka yang saya lakukan adalah Aksi Nyata Modul 1.2 yang berkaitan dengan kegiatan yang sudah saya lakukan di Koneksi Antar Materi yang saya rangkum dalam video berikut:


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun