Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Time is Money: Ongkos PP 120 Ribu Sehari, Bokek Nggak Tuh!

13 Agustus 2025   16:06 Diperbarui: 13 Agustus 2025   18:10 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by Ulihape (tools : Canva Premium)

Seringkan ya dengar quote "time is money", menggambarkan situasi dimana orang rela mengeluarkan uang lebih demi mengejar waktu dan aku pernah ada pada fase itu ketika aku sudah memiliki anak.

Aku bekerja di kawasan Sudirman dengan jam kerja nine to six, which is nggak pernah bisa pulang teng go! Sedih aja rasanya ketika berangkat pagi buta mata anak belum 100% terbuka menatapku, eh giliran pulang kerja anak sudah terlelap, mana tega membangunkannya.

Lantas apa yang aku lakukan? Aku menyiasati berangkat lebih lama 30 menit dari biasanya, meski 30 menit saja namun itu mampu mengubah keadaan, mata anakku sudah 100% terbuka, sudah tidak mengantuk dan begitu juga ketika pulang dia belum di fase terlelap.

Nggak telat ngantor? Alhamdulillah tidak, namun pengorbananku adalah biaya transportasi, paling minim 100 ribu sehari dan itu jelas menguras gaji, ibarat kata gaji habis buat ongkos!

Membeli Waktu dengan Ongkos Harian 95 Ribu: Worth It Nggak, Sih?

Well! Pernah nggak sih kamu merasa gaji bulananmu habis begitu saja tanpa terasa, padahal makan di rumah, nongkrong jarang, tapi akhir bulan tetap megap-megap? Mungkin nasib kita sama, gaji habis buat ongkos hihihi.

Bertahun-tahun lamanya aku mengandalkan transportasi umum. Nggak cuma satu moda, tapi tiga!

Pertama setiap pagi dari rumah aku naik motor lalu parkir di tempat penitipan Rp5.000, lanjut naik omprengan Rp10.000, omprengan ini adalah kendaraan pribadi semacam nebengers dan ini turunnya sesuai rute si pemilik mobil dan biasanya aku turun di Slipi - Palmerah untuk kemudian naik ojek Rp35.000 supaya cepat sampai kantor.

Pulangnya? Ya sama. Jadi dalam sehari aku mengeluarkan Rp95.000, belum termasuk jajan sore atau beli kopi buat 'mengganjal' tenaga.

Biasanya saat otw aku jajan gorengan dan saat pulang beli minuman dingin jadi paling minim aku menghabiskan 120 ribu sehari. Ongkos ojek tergantung situasi jalanan dan promo aplikasi rerata sih 40 ribu, bahkan sebelum ada ojek online ongkos ojek bisa 45-50 ribu loh!

Mahal amat sih! Kenapa nggak gunakan moda transportasi yang lebih murah? Udah guys! aku udah coba banyak transportasi, katakanlah KRL, sayangnya rumahku jauh dari stasiun dan aku harus dua kali transit dan butuh waktu 2 jam lebih.

Bagaimana dengan TransJakarta? Pernah aku coba memang murah banget PP 7 ribu rupiah, ditambah parkir 5 ribu jadi 12 ribu saja tapi aku butuh nyaris 3 jam sekali jalan, masak iya aku harus berangkat jam 5 pagi? 

Saat itu aku nggak merasa keberatan, karena menurutku ini investasi waktu. Ibarat membeli kenyamanan dan efisiensi. Kalau naik Transjakarta atau kereta mungkin jauh lebih murah, tapi harus berangkat lebih pagi, transit berkali-kali, dan kadang harus berdiri berdesakan. Rasanya waktu yang terbuang lebih berharga dari selisih ongkosnya.

Inilah momen aku benar-benar mengerti bahwa "time is money". Dengan 120 ribu PP, aku bisa otw jam 6 lebih dan tiba di rumah jam 7.30, kalau sekarang gimana Li?

Tapi semua berubah sejak pandemi COVID-19.

Covid tiba dan mendadak susah memilih transportasi umum, omprengan nggak berani bawa penumpang, bis rebutan karena harus jaga jarak dan akhirnya aku nekad mencoba bawa motor dari Tangerang menuju Tebet - Jakarta Selatan, ajaibnya saat itu 43 KM karena banyak WFH maka hanya butuh 50 menit saja sampai akhirnya aku mulai terbiasa membawa kendaraan sendiri dan menghindari kerumunan, aku pun mantap memilih naik motor sendiri ke kantor. 

Dan wow... rasanya dompet seperti bernapas lega! Sekarang aku cuma perlu isi bensin Rp15.000 untuk perjalanan pulang-pergi. Hematnya bukan main.

Eits tapi otw 5 tahun nih aku udah 3x beli motor ternyata jarak tempuh 100KM per hari itu membuat motor asyik dipakai hanya dalam 2 tahun (50.000 KM) tapi tetap sih ketutup dari ongkos yang aku hemat.

Lalu, apakah uangku jadi lebih banyak sekarang?

Hmm... enggak juga. Soalnya aku alokasikan buat les musik anak-anak dan merawat wajah maklum ya jadi bikers jangan sampai gosong wajah ku hehe, dua hal yang dulu sering aku skip karena keterbatasan budget. Tapi setidaknya sekarang aku merasa lebih leluasa memilih ke mana uang itu dialirkan, bukan cuma jadi "korban ongkos".

Tips Supaya Ongkos ke Kantor Nggak Bikin Kantong Jebol :

  • Evaluasi moda transportasi secara berkala
    Situasi berubah, jalur baru mungkin dibuka, dan kebutuhan pribadi pun berkembang. Cek lagi, apakah masih worth it naik ojek setiap hari, atau bisa diganti dengan opsi lain yang lebih efisien? Aku bisa mantap karena aku sudah mencoba semua moda transportasi jadi aku udah bisa menghitung plus minusnya.

  • Kalkulasi total biaya + waktu tempuh
    Jangan cuma lihat ongkos, tapi juga waktu dan energi yang kamu habiskan. Mungkin naik motor hemat uang, tapi bikin capek banget sampai kantor. Atau sebaliknya, transportasi umum hemat tenaga tapi boros waktu. Makanya jangan juga jadi maruk ya, selalu ingat alokasikan dana sisa buat merawat diri, aku rutin urut supaya badan tetap fit

  • Gunakan subsidi atau fasilitas kantor
    Beberapa kantor menyediakan shuttle, subsidi BBM, atau kerja hybrid. Manfaatkan sebaik mungkin untuk mengurangi frekuensi perjalanan.

  • Buat kategori pengeluaran "ongkos" di budgeting bulanan
    Ini penting supaya kamu sadar: "Oh ternyata sepertiga gaji cuma habis di jalan, ya?"

Transportasi adalah pengeluaran yang invisible but powerful. Ia tak kasat mata, tapi dampaknya bisa sangat terasa di akhir bulan. Pilihan bijak soal kendaraan bisa menghemat bukan hanya uang, tapi juga tenaga dan ketenangan pikiran.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun