[caption id="attachment_407075" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustrasi Kompasiana | Dok. Ajie Nugroho - Kompasianer Hobi Jepret"][/caption]
Ketika tulisan ini terpublish, kasus telah terselesaikan entah namanya damai, atau pihak yang bersangkutan terpaksa mengalah melihat mulutku yang merepet aja, intinya dana untuk membayarkan tagihan sudah didapat dari mereka dan tulisan ini hanya berniat berbagi pengalaman dan temukan solusinya.
***
[caption id="attachment_407050" align="aligncenter" width="300" caption="judulnya"]
[caption id="attachment_407049" align="aligncenter" width="300" caption="suasana kantor, poto diedit menggunakan picsart"]
Pertengahan maret teman kantor antusias sekali karena pengajuan Credit Card (CC) nya diapprove oleh bank *C*, senang donk ya,lah aku aja gak disapprove. Done, CC pun digunakan untuk belanja kebutuhan bulanan, taraaa besoknya masuk telepon dari nomor tak dikenal “Hallo mbak, terima kasih telah menggunakan CC anda untuk berbelanja, sebagai bentuk aprisiasi kami maka kami selaku rekanan bank *C* akan memberikan mbak voucher-voucher diskon belanja dengan hanya menunjukkan drea* card maka bisa mendapatkan potongan 10 sampai 50 persen, apalagi kalo mbak suka berpergian tentu saja mbak bisa mendapatkan potongan harga tiket pesawat disemua airlines. Teman saya ini menanggapi dengan baik, gak seperti ku yang kalo ada telpon penawaran langsung cut “maaf ya saya tidak tertarik atas apapun yang anda tawarkan, tapi saya berterima kasih karena selalu mengingat saya disetiap kesempatan”..bu..bu tolong dengarkan dulu ibu kan belum tahu apa yang mau kami tawarkan…tut..tut…
Singkat cerita teman saya merasa tertarik and then disebrang bilang ok mbak sebentar kurir kami akan datang ya, ajaib juga dalam hitungan menit untuk area Jakarta kurirpun tiba dikantor, sang kurir pun meminta CC siteman dengan sigap sang kurir meng-swipe CC dimesin yang dibawanya, sebelumnya teman sudah menkonfirmasi kenapa di swipe? Apakah nanti akan ada tagihan? “oh tidak bu, ini hanya untuk meng-connect-kan CC ibu dengan Drea” Card kami sehingga ketika ibu akan mengaktivasi kartu kami maka ibu sudah bisa langsung menikmati benefit yang kami tawarkan, kisah sore itu berakhir dengan manis, temanku mendapatkan voucher hotel dan kartu diskonnya, sang kurir pulang juga dengan senyum.
[caption id="attachment_407051" align="aligncenter" width="300" caption="kartu sejuta hotel, sejuta airlines"]
Seminggu berlalu teman hendak bertransaksi kembali dengan CC nya, namun failed, alhasil telpon CS bank *C* ternyata limit sudah habis, cek detail transaksi tersebutlah senilai Rp. 1.950.000 menggunakan mesin atas nama “LIN** *AY*”, temanku langsung ngotot ke CS bank“ lah saya merasa tidak pernah melakukan transaksi di “LIN** *AY*”, setelah diingat kembali barulah teman saya sadar, ternyata swipe sang kurir penyedia kartu diskon yang katanya hanya meng-connect-kan ternyata adalah proses pembayaran, GUBRAAAAKKK….aku tertipu mbaaaakkkk…
[caption id="attachment_407052" align="aligncenter" width="300" caption="amplopnya"]
Akhirnya buat pengaduan ke bank, dan ditanggapi dengan baik bahwa pihak bank akan membantu membatalkan transaksi tersebut dengan melengkapi data berupa: membuat kronologi kejadian diatas materai, men-scan bukti transaksi, scan CC dan void dari pihak pemberi kartu diskon lalu diemailkan ke layanan nasabah. Sudah bisa dipastikanlah pihak penyedia kartu diskon akan member seribu satu alas an “kami tidak bisa memvoid transaksi diata 3x24 jam” dan atas nama peraturan pihak bank mengirimkan sms “maaf kami tidak bisa melanjutkan pengaduaan anda dengan ID xxxx dikarenakan data tidak lengkap”, wassalam dah…
Eng Ii eng, keluarlah naluri detektif awak sebagai salah satu penikmat serial detektif conan, pantang tak awak praktekkan. Sini aku bantu, kita datangi aja tempatnya mana alamatnya tanyaku, ternyata dekat pake bingit dari kantor kami, pantas saja sang kurir bisa datang dengan segera waktu itu (baca paragraph 3 :D). Dan menggunakan sepeda motor tanpa helm (karena dekat) maka sampailah di TKP, ada sih label mereka, pas masuk kedalamnya, gelap, suasana mencekam (hatchiiim) disudut lemari aku lihat tumpukan amplop kartu diskon mereka dalam kardus eks kertas HVS, bahhhhhh sudahlah memang gak serius kelen jadi penipu, tanggung kali sehingga awak aja jadi tau kalo memang kelen penipu (ini penipu atau hanya perasaan awak aja yang kena tipu?). Teman saya menjelaskan bahwa kedatangan kami meminta mereka melakukan void terhadap transaksi dipertengahan maret, jawaban “mana bisa kan sudah lama”, ya sudah balikin cash aja sahutku, “kalau mau cash setelah 3 bulan baru bisa kami kembalikan”, bla,,bla… panjang kali alhasil awakpun geram (gemes) dengan nada sedikit naik “Ok mbak, kalo mbak tidak bisa membantu, its OK , gak apa-apa” yang penting mbak tahu maksud kedatangan saya kesini adalah ingin menyelesaikan baik-baik, datang tanpa mengancam ya, karena saya akan menuliskan kasus ini, jangan ada complain ketika tulisan saya terpublish maka pihak kalian akan bilang “kenapa tidak dibicarakan baik-baik, kenapa tidak menemui kami (padahal ditelepon bolak balik kagak pernah jawab braaiiiii)”. Saya ini penulis Kompas (dalam hati lanjutin “kompasiana”), sekali tulis biasanya dishare langsung oleh 15 ribu orang (padahal cuman sekali aja punya tulisan dishare banyak itupun awak intip sebelum kesana memang sudah 18k yang nge-share). Dan perlu mbak ketahui saya sudah menelpon semua hotel-hotel, airlines, restaurant, spa palsu semua mereka menyatakan tidak pernah bekerja sama dengan kalian (awak cuman nelpon garuda aja) makanya saya yakin ini penipuan. Bukan mbak kami bisa bantu kalo mbak butuh tiket kami carikan, lah jd apa guna kartu diskon kelen masak saya mau pergi-pergi tergantung jadwal kelen?
Eiitss... rona wajahnya langsung berubah, kata-katanya mulai terbata-bata, dan keluarlah kata-kata lembut “oh begini saja mbak, saya bantu membuatkan Surat Pembatalan Transaksi”, yah apa saja yang mbak bisa bantu lakukanlah, saya tunggu paling telat jam 5 sore ini sudah diemail. Kamipun balik ke kantor dan jam 4 yang bersangkutan menelepon “sudah saya email” pas lihat emailnya preeet banget lah kek orang bodoh awak dibuatnya, masak buat pembatalan gak pakai cap, gak pakai korp surat. Telpon lagi mereka pintaku ke korban, “mbak kalo buat yang kek gitu siapa aja bisa, saya minta stempel dan korp. Telpon dimatikan dan telpon lagi “tadi saya sudah telpon kantor pusat (entah dimana alamatnya) daripada saya repot meminta stempel baiklah saya balikkan cash ya, bsk mbak datang ya. Lah repotan nyetempel toh ya?
[caption id="attachment_407054" align="aligncenter" width="300" caption="katanya sih yaaa"]
Sebagai korban tentu saja temanku senang karena akhirnya dia tidak harus mengeluarkan uang untuk membayar hal yang tidak benar. Sebenarnya kasus penipuan berkedok kartu/voucher diskon ini bukanlah yang pertama kali, tapi buat awak inilah yang pertama kali terlibat langsung. Sebenarnya kemarin takut juga awak “kekmanalah kalo dibekapnya nanti” tapi darah batak awak jugalah yang buat macam preman, hahahahha.
Siang tadi sesuai kesepakatan maka aku mendatangi kantor penyedia kartu diskon, hallo mbak silahkan duduk ambilkan minum perintahnya, gak usah mbak kami mau makan diluar nih (padahal awak takut terhipnotis jangan-jangan setelah minum awak balekkan pula uangnya) kemudian teman saya disuruh mengisi pernyataan, awak bilanglah “bisakan isinya setelah uang kami terima” alhasil danapun sebesar Rp. 1.950.000 kami terima tunai.
So para pembaca ada pertanyaan ? harusnya adalah ya, “siapakah pelakunya alias tersangkanya” Jadi pihak yang menawarkan kartu diskon tersebut adalah One **** ****C*T** , tanda bintang itu nanti isi sendiri aja.
Intinya, berhati-hatilah terhadap kenikmatan dunia, dan tipsnya bila terjadi hal ini maka lakukan :
- Telpon CS bank anda laporkan penipuannya siapkan kronologi kejadian, scan semua kartu/vouchernya, scan cc , scan bukti transaksi.
- Minta ganti CC nya, tutup CC yang kena tipu
- Coba bicarakan baik-baik dengan pihak PHP (Pemberi Harapan Palsu), semoga mereka tergugah melihat anda dan mau berdamai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H