Mohon tunggu...
Ulfa Muntiqoh
Ulfa Muntiqoh Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadikan Pengalaman sebagai Guru Terbaik

23 Mei 2016   04:49 Diperbarui: 23 Mei 2016   07:10 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: media-informasi.com

Setiap manusia memiliki pengalaman. begitu juga saya Ulfa Muntiqoh yang sedang menggali pengalaman sebanyak-banyaknya dimanapun saya berada. Awalnya saya berfikir bahwa pelajaran apapun kita dapat dari seorang guru dan juga orang tua yang selalu mengajarkan kita banyak hal dan hanya di dapat di dalam kelas saja. 

Namun dewasa kini fikiran sudah mulai berkmbang, usia terus semakin bertambah, maka pengalaman hidup pun semakin banyak. Saya mulai memahami bahwa pelajaran mengenai kehidupan itu tidak sebatas dari sebuah teori. Yang kita fahami dan kita praktikkan di kehidupan nyata. Yang tidak kalah pentingnya adalah sebuah pengalaman hidup. Yang mengajari kita atau memberi kita pelajaran secara langsung. Dan kita mengalaminya. 

Dari segala sesuatu yang kita alami, disitu terdapat sebuah hikmah dan pelajaran yang amat mendalam jika kita dapat resapi dan rasakan.  Mengambil sebuah ibroh dari apa yang telah kita alami akan membantu kita menghadapi kehidupan mendatang. terlebih menghadap sesuatu yang sebelumnya telah terjadi pada diri kita. Kita akan menyiasati dan menyikapinya lebih baik dari kejadian tersebut karena kita pernah mengalami sebelumnya.

Begitulah secara otomaticly manusia melihat suatu pengalaman untuk menghadapi peristiwa yang akan datang. Seperti halnya saya pribadi pernah disakiti seorang lelaki yang meninggalkan saya dan yang sangat saya cintai, dengan cinta yang amat mendalam. Waktu itu memang saya masih belum terarah. Namun setelah banyak merenung barulah saya sadar, rasa sakit yang saya rasakan disebabkan oleh kecintaan saya yang begitu mendalam. Maka di kehidupan mendatang saya harus bisa mengkontrol perasaan saya untuk tidak mencintai seseorang begitu mendalam. Agar tidak merasakan kembali sakit yang sama.

Contoh lain misalnya, dahulu saya selalu demam panggung dan selalu grogi di depan umum. Sehingga bicarapun gagap dan tak beraturan. namun karena beberapa kali memiliki pengalaman maju di depan panggung, rasa grogi dan tidak percaya diri sudah mulai hilang. dan masih banyak sekali yang kita dapatkan dalam suatu kejadian..

Dalam hal belajar dari pengalaman sebenarnya tidak semata-mata kita menerima pengalaman itu secara mentah. namun sebenarnya kita harus memikirkan dan mengkaji suatu kejadian dan mencari sebuah hikmah di dalamnya. Misalkan seseorang disuntik dokter dan merasa kesakitan. Maka kemudian saat kembali sakit ia tidak mau disuntik oleh dokter. Hal tersebut bukanlah wujud pengambilan pelajaran dari pengalaman yang benar. Dan masih bersifat kekanak-kanakan. Namun, dalam mengambil pelajaran dari sebuah pengalaman haruslah ada pertimbangan yang singkron dengan suatu kejadian. Dan kita menyikapinya dengan lebih baik dan bertindak lebih sempurna. Misalkan dengan kita sehat maka kita tidak akan disuntik oleh dokter. Maka kita harus selalu menjaga kesehatan.

PErumpamaan di atas hanya sebagai contoh. dan kita dapat padukan pemikiran-pemikiran kita, teori-teori yang kita ketahui, serta pengalaman-pengalaman yang telah kita dapat untuk menyikapi segala hal yang akan kita hadapi nantinya. Dan itu akan lebih sempurna. Tidak lupa kita ambil hikmah sebanyak-banyaknya dari pengalaman kita. Agar kita senantiasa menjadi orang yang bersyukur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun