Mohon tunggu...
Ibnu Muksani
Ibnu Muksani Mohon Tunggu... -

Manusia yang sedang belajar untuk lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berguru Kepada Pengemis

22 Oktober 2010   10:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:12 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Doa adalah permohonan. Kalau kita benar-benar serius berdoa, maka kita tentu sangat berharap akan terkabulnya permohonan kita. Keseriusan berdoa itu dikuatkan dengan sikap badan kita. Sangat jelas keseriusan orang yang berdoa dari sikap badannya. Terutama dari bagaimana dia menengadahkan tangan dan bagaimana ekspresi wajahnya.

Kita harus belajar lebih banyak dari pengemis dalam hal sikap berdoa. Mereka menengadahkan tangan, sangat berharap akan diberi kepingan rupiah. Besar kecilnya rasa berharap seorang pengemis, terlihat jelas dari cara dia mengengadahkan tangan kepada orang-orang yang lewat. Tak ada aturan yang pengemis pelajari tentang cara menengadahkan tangan. Secara otomatis dia akan mengangkat tangan lebih mendekat dan ekspresi muka yang lebih memelas saat dia lebih mengharapkan untuk di kasihani. Uluran tangan seorang pengemis adalah penuh makna.

Hendaknya seperti itulah sikap kita saat berdoa. Jadikan sikap kita murni karena ekspresi dari hati kita. Tengadahkan tangan kita dengan penuh rasa harap kepada belas kasih Tuhan. Ulurkan tangan kita dengan semangat berdoa, bukan gerakan kosong tanpa jiwa. Rasakan getar-getar harap dalam hati kita seiring dengan terulurnya tangan kita. Jadikan hati kita mengerakkan tangan kita. Bohonglah doa kita bila hati kita kosong. Janganlah kita berdoa seperti orang yang sedang memainkan sinetron. Janganlah kita menengadahkan tangan hanya karena tuntutan peran sebagai orang yang berdoa. Tidak ada artinya untuk jiwa kita.

Menurut saya Allah lebih memperhatikan semangat dan rasa doa kita daripada panjang pendeknya doa kita atau fasih tidaknya bacaan kita. Bisa diibaratkan orang tentu iba kepada seorang pengemis yang wajahnya memelas dengan uluran tangan yang penuh harap. Tapi tidak kepada seorang pengemis yang meminta dengan banyak kata-kata tapi wajahnya menunjukkan orang yang sedang bercanda. Apalagi tuhan kita tahu isi hati kita. Dia tahu kita serius atau tidak dalam berdoa walaupun sikap kita seperti rang yang serius berdoa. Allah tidak bisa dibohongi.

Bila kita serius meminta, Allahpun akan serius membalasnya. Semoga kita menjadi orang-orang yang serius dalam berdoa.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun