Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kiat Cerdas UMKM Melawan Badai Ketidakpastian

25 Juni 2020   06:58 Diperbarui: 25 Juni 2020   19:05 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pandemi Membuat UMKM Harus Berstrategi Untuk Bertahan Di Tengah Kelesuan Ekonomi (Sumber: Dokpri)

Mereka yang bisa bertahan adalah mereka yang memiliki sikap adaptif, kreatif dan jeli melihat peluang di tengah badai Ketidakpastian.

Jangan jadi singa yang mengembik! Begitu pesan Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul Agility. Pesan ini ditujukan kepada para manager dan pemimpin institusi sebagai sindiran untuk bisa survive menghadapi situasi yang tak terduga serta penuh tantangan.

Agility sendiri didefinisikan sebagai kapabilitas untuk merespon perubahan dengan tangkas dan efektif. Kunci utamanya adalah adanya kemampuan adaptif dalam menghadapi tantangan. Skill ini terasa relevan dan sangat diperlukan di tengah kondisi sekarang.

Dunia sedang menghadapi situasi Ketidakpastian akibat pandemi Covid-19. Efeknya bukan hanya menyerang kesehatan personal, tapi sudah menggerogoti semua hal termasuk sektor industri dan UMKM. Usaha mereka terancam mentok karena pembatasan aktivitas yang menyebabkan kelesuan ekonomi. Biarpun kini kita menatap era new normal, namun ancaman virus belum sepenuhnya berakhir.

Sebagai institusi bisnis dengan modal pas-pasan, UMKM tergolong unit usaha yang paling rentan gulung tikar gara-gara pandemi ini. Kalau tak mau itu terjadi, maka UMKM harus bisa adaptif seperti yang dibilang oleh Rhenald Kasali. Menurut catatan kompas, ada sekitar 6,3 juta UMKM yang  terpuruk selama masa pandemi ini.

Senada dengan Kasali, Ita Rusita, Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) menyebut bahwa UMKM harus kreatif dan mampu melihat peluang. Ia mendorong UMKM Go Online dan merubah pola bisnisnya secara digitalisasi. Ia merujuk data potensi pasar online serta 800 UMKM binaan BI yang telah berhasil menumbuhkan bisnisnya secara digital.

Ita memaparkan, upaya konkrit yang dilakukan BI dalam membantu UMKM salah satunya dengan memberi insentif kelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) kepada bank yang memberikan kredit bagi ekonomi tertentu/UMKM. Dengan begitu, UMKM yang memiliki kewajiban pembayaran bisa mengajukan restrukturisasi pinjamannya ke bank.

Hal tersebut disampaikannya dalam Kompasiana Nangkring Webinar bersama BI pada hari senin, 15 Juni 2020 lalu. Selain Ita, hadir pula Nycta Gina, artis sekaligus pengusaha hijab. Acara yang mengambil tema "Berperilaku Cerdas Di Tengah Ketidakpastian" ini dipandu oleh COO Kompasiana, Nurullah. Kemarin saya ikutan nimbrung karena tertarik dengan tema acaranya.

Bukan tanpa sebab jika BI peduli pada kelangsungan roda bisnis UMKM. Goncangan terhadap UMKM bisa berdampak pada Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) secara nasional. Itulah mengapa BI memasukkan program bantuan UMKM ini dalam  kebijakan makroprudensialnya.

Ita memberikan analogi yang menarik untuk menjelaskan soal makroprudensial ini. Makroprudensial diilustrasikan sebagai sebuah hutan yang dipenuhi pepohonan.

Pohon-pohon pembentuk hutan ini bisa dianalogikan sebagai mikroprudensial, yang merupakan institusi keuangan. Institusi ini terdiri dari Bank, IKNB (Institusi Keuangan Non Bank), koperasi, rumah tangga, Infrastruktur Keuangan, dan pasar Keuangan.

Logikanya, gangguan pada mikroprudensial akan berdampak pada makroprudensial secara keseluruhan. Pada titik ini, UMKM serta individu masyarakat termasuk pada institusi rumah tangga.

Ketika UMKM omsetnya terganggu, bisa jadi ia tak dapat membayar kredit ke bank, atau mem-PHK karyawannya. Dalam skala besar hal tersebut bisa menimbulkan efek bola salju kepada sektor lainnya.

Sementara itu, Nycta Gina memaparkan strategi kreatifnya untuk bertahan menghadapi pandemi ini. Salah satunya adalah dengan mengurangi budget promosi dan memaksimalkan iklan secara mandiri.

Pemangkasan budget promosi ini dilakukan agar tidak perlu mem-PHK karyawan. Ia membranding dirinya sendiri sebagai model dari produk yang dijualnya.

Selain itu, Gina melakukan bazzar secara online, live streaming di media sosial dengan diskon besar untuk produk-produknya yang di diskon pada jam-jam tertentu. Kreatif ya?

Sebagai pelaku usaha UMKM, saya sepakat dengan ketiganya. Di tengah gempuran Ketidakpastian akibat pandemi covid-19 ini, UMKM harus adaptif menghadapi tantangan terkini.

Untuk itu tentu saja dibutuhkan kreatifitas agar bisa berkelit dari jebakan-jebakan yang ada. Bukan hanya pasrah meminta pertolongan pemerintah, tapi juga mengupayakan diri untuk bertahan dengan daya sendiri. Cerdas berperilaku selama masa pandemi ini bukan hanya penting bagi individu, termasuk juga pelaku usaha.

Saya coba berbagi kisah untuk melengkapi cerita Gina, siapa tahu bisa menginspirasi pelaku usaha lain yang coba bertahan dari gempuran covid-19 ini.

Sejak tahun 2019, saya bersama isteri mencoba membuka usaha bisnis fashion hijab dengan pemasaran secara online. Media Sosial jadi kekuatan kami. Yaa bisnis kami sudah on the track-lah dengan apa yang disarankan bu Ita.

Siapa sangka, belum genap setahun kami harus menghadapi badai Ketidakpastian akibat pandemi covid-19 ini. Efek pandemi sungguh terasa berat. Omset menurun drastis, stok menumpuk dan ketiadaan dana untuk menggaji karyawan. Sama seperti Gina, kami mencoba menghindari PHK.

Selain pusing dengan usaha sendiri, dari kiri kanan saya menerima begitu banyak cerita pilu. Beberapa kawan sesama pelaku usaha banyak yang kehilangan orderannya. Tetangga sebelah rumah harus rela dirumahkan oleh perusahaan tempatnya bekerja.

Saudara saya yang bekerja di pabrik jadwal kerjanya di pangkas, tak ada lagi jatah lemburan yang kadang malah jadi tambahan utama untuk menambah penghasilan.

Dari sini saya berpikir, bisakah kami bertahan sekaligus berkontribusi membantu teman-teman lain yang membutuhkan tambahan penghasilan? Sekecil apa pun kontribusinya, tentu akan sangat berarti di masa sulit seperti sekarang.

Saya teringat katanya UMKM itu menjadi penyelamat ekonomi bangsa saat krisis 1998 dan 2008 melanda. Saat industri besar rontok, UMKM mampu bertahan dan menampung jutaan pekerja. Kontribusi UMKM terhadap ekonomi bangsa selama ini juga cenderung meningkat. Kisah heroik ini cukup menguatkan hati untuk berbuat sesuatu di masa pandemi ini. Kami ingin bisnis kami bisa bertahan sekaligus membantu yang lain. Dengan begitu setidaknya kami turut berkontribusi dalam memastikan SSK makroprudensial aman terjaga.

Setelah banyak berdiskusi dan melakukan lesson learned terhadap kisah sukses pelaku usaha lain, maka Inilah beberapa strategi yang kami lakukan untuk bertahan sekaligus membantu teman dan kerabat kami selama masa pandemi sekarang ini.

Kolaborasi. 

Iya, sekarang sudah bukan jamannya lagi berkompetisi, yang ada adalah bekerja sama satu dengan yang lainnya. Prinsipnya adalah bagi-bagi rezeki. Tumbuh bareng-bareng, bukan saling sikut. Sejak awal merintis usaha ini, usaha kami memang dibangun sebisa mungkin dengan cara bekerja sama dengan pihak lain.

Kini, ketika di group WA ada beberapa teman yang punya usaha konveksi yang teriak kehilangan orderan, kami menawarkan kerjasama untuk memproduksi baju kami. Strateginya sederhana saja, beberapa model baju disebar ke beberapa konveksi untuk diproduksi mereka. Mungkin karena disebar rata, bagi masing-masing nilainya tak seberapa tapi setidaknya bisa menjaga roda bisnisnya tetap berputar. 

Untuk urusan konten media sosial, kami mengontak seorang teman blogger (sttt,...kompasianer juga) yang turut terkena imbas pandemi ini. Profesinya sebagai guru les harus terhenti sejenak karena kebijakan lembaganya yang membatasi kegiatan tatap muka. Kebetulan dia sedikit mengerti soal copywriting dan desain konten media sosial. Ketika kami tawarkan, dia setuju untuk menjadi freelance content creator kami.

Begitulah, kolaborasi membuat kita sama-sama senang.

Suntik Dana Tabungan Pribadi. 

Ini mungkin langkah yang menyesakkan, tapi tetap kami tempuh. Iya, operasional bulanan yang dibarengi penurunan omset jadi penyebabnya. Beberapa biaya perlu kami cover dengan dana talangan dari tabungan sendiri, termasuk untuk urusan bayar produksi dan gaji karyawan.

Kami mencoba bijak menghadapi situasi ini. Mengajukan pinjaman ke bank di saat situasi sulit ini menurut kami bukan opsi terbaik. Ketika masih ada saldo di tabungan, Segera kami alihkan untuk bisnis kami. Hitungannya sebagai suntikan modal kerja saja.

Jual hot produk. 

Salah satu ilmu dasar dalam berbisnis itu adalah menjual  produk yang dibutuhkan oleh orang banyak, karena sejatinya produk yang kita tawarkan harus menjawab kebutuhan pasar.

Lalu produk apa yang diperlukan masyarakat ketika pandemi covid-19 melanda? Tentu saja barang-barang untuk mencegah penularan virus tersebut. Sebut saja diantaranya hand sanitizer, masker, dan multivitamin.

Karena produk utama yang saya jual adalah pakaian, kami mencoba berdiversifikasi. Segera saja kami memproduksi masker kain. Tahu sendiri kebutuhan akan produk masker kain ini sangat tinggi karena kelangkaan masker medis yang harganya pun semakin melangit.

Ternyata respon pasar sangat besar, kami sampai beberapa kali memproduksi masker ini secara kontinyu. Lumayan profitnya bisa menutupi order pakaian yang lesu karena demand masyarakat yang bergeser ke masker.

Menjual Hot Produk, Jadi Siasat Bertahan Selama Pandemi (Sumber: Dokpri)
Menjual Hot Produk, Jadi Siasat Bertahan Selama Pandemi (Sumber: Dokpri)
Open Reseller Tanpa Order. 

Ini adalah cara kami membantu teman dan kerabat yang kesulitan Keuangan karena terimbas pandemi ini. Kami menawari mereka untuk menjadi reseller tanpa perlu membeli produk kami terlebih dahulu. Memang biasanya untuk menjadi reseller harus membeli dulu produk kami dengan sejumlah minimum order.

Kali ini kami memberi pengecualian. Mereka kami bantu untuk memasarkan produk kami tanpa perlu biaya terlebih dahulu. Teman-teman ini bahkan kami bimbing bagaimana cara berjualan dengan memanfaatkan telepon genggam mereka.

Pertimbangannya sederhana, mereka bisa memiliki peluang tambahan penghasilan tanpa perlu modal. Modalnya mungkin hanya kuota internet saja, atau kalau pun mau ngirit bisa cari wifi gratisan. Sejujurnya, ini juga bagian dari strategi memperbanyak channel penjualan sih, hehe...

Alhamdulillah ketika kami tawarkan, ada banyak teman yang tertarik bergabung. Beberapa bahkan bisa sampai menjual banyak.

Order Meningkat Berkat Kekuatan Reseller (Sumber: Dokpri)
Order Meningkat Berkat Kekuatan Reseller (Sumber: Dokpri)
Kalau sudah begini, senangnya tuh dobel. Kami sama-sama mendapat pendapatan dari hasil penjualan mereka. Dapur bisa sama-sama ngebul.

Empat langkah diatas saya rasakan cukup efektif dalam menjaga kinerja bisnis kami. Jujur saja, hasilnya memang tak bisa menutupi angka kehilangan omset akibat pasar yang lesu. Tapi ini juga bisa menjaga arus kas kami tetap mengalir. Yang terpenting adalah strategi ini saya rasakan dapat sedikit membantu teman dan kerabat yang membutuhkan tambahan penghasilan yang terdampak akibat pandemi ini.

Prinsipnya, bisnis itu bukan melulu soal profit, tapi kebermanfaatan bagi orang sekitar. setuju?

Bagaimana UMKM Bertahan Di Masa Pandemi? (Sumber: Dokpri)
Bagaimana UMKM Bertahan Di Masa Pandemi? (Sumber: Dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun