Mohon tunggu...
Ofi Sofyan Gumelar
Ofi Sofyan Gumelar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Warga Kota | Penikmat dan rangkai Kata

Today Reader Tomorrow Leader

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kelirumologi RTRW Aceh dan Dampaknya pada Ekosistem Leuser

17 Oktober 2016   21:14 Diperbarui: 27 Oktober 2016   08:01 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembukaan Hutan Untuk Areal Perkebunan Sawit di Kawasan Leuser (Sumber: Paul Hilton/RAN)

Beragam kegiatan dan rencana pembangunan seperti disebut diatas tentu saja sangat terasa dampaknya bagi  kawasan ekosistem Leuser. Apa saja dampak ekologis yang disebabkan oleh aktifitas pembangunan dan industri tersebut?

Hilangnya Biodiversity dan Terganggunya Habitat Satwa

Dampak awal yang akan terjadi adalah hilangnya keragaman tumbuhan yang hidup di kawasan tersebut. Perlu diingat, di kawasan ini tumbuh beragam jenis tumbuhan langka, seperti Rafflesia dan Ammorphophilus serta beragam tumbuhan besar yang telah berusia ratusan tahun. Ini tentu saja menjadi kerugian jika dilihat dari sisi konservasi alam.

Dampak yang paling terasa adalah ancaman terhadap habitat satwa liar yang hidup di sana. Orangutan, Gajah, Harimau Sumatera dan Badak  akan semakin kehilangan menyusut populasinya akibat kehilangan habitatnya. Alih fungsi lahan untuk perkebunan dan pertambangan, serta masuknya akses jalan di kawasan ini menyebabkan ruang hidup mereka semakin menyempit. Disamping itu, ancaman penangkapan liar terhadap mereka akan semakin kerap terjadi.

Potensi Banjir Bagi Wilayah di Sekitar Kawasan

Salah satu fungsi KEL adalah sebagai daerah penyangga dan penahan air. Dengan ditebangnya pohon untuk alih fungsi lahan akan membuat hutan kehilangan fungsinya untuk menahan air.  Sebuah studi menyebutkan bahwa Penduduk Aceh di sekitar wilayah KEL melaporkan penurunan debit air 50% di hampir 80% sungai sebagai akibat deforestasi serta alih fungsi lahan KEL. Penurunan debit sungai ini tentu berdampak pada pertanian warga yang sangat bergantung pada pasoka air. Sementara itu hilangnya hutan sebagai penyimpan air juga berpotensi menyebabkan banjir. Menurut Data Walhi, aceh sudah mengalami 1.119 kali banjir pada rentang waktu 2007 hingga 2014.

Banjir di Aceh Tahun 2014 (Sumber: Junaidi Hanafiah, mongabay.co.id)
Banjir di Aceh Tahun 2014 (Sumber: Junaidi Hanafiah, mongabay.co.id)
Kerusakan Lahan Gambut dan Emisi Gas Rumah kaca

Isu utama terkait ekspansi perkebunan sawit di lahan gambut adalah meningkatnya produksi gas rumah kaca. Asal tahu saja, lahan gambut memiliki manfaat sebagai penyerap karbon terbesar, sehingga bisa menurunkan efek pemanasan global. Kawasan Ekosistem Leuser memiliki tiga area hutan gambut terbesar, yaitu lahan gambut Tripa, Kluet dan Singil, dimana pada ketiga lokasi tersebut terdapat sejumlah perusahaan kelapa sawit. Ekspansi perusahaan ini dalam memperluas areal kebunnya membuat mereka merambah lahan gambut di ketiga lokasi ini.

Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit Pada Lahan Gambut (Sumber: UNEP)
Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit Pada Lahan Gambut (Sumber: UNEP)
Tripa dikenal sebagai ‘Orang Utan Capital of The World’ sehingga ekspansi perusahaan sawit di area lahan gambut ini turut merambah rumah bagi satwa langka ini.

Ironis yaa…

Revisi RTRW Aceh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun