TRAGEDI KEKUASAAN: RANTIS VS OJOL
Mengapa saya lebih suka menyebut peristiwa seperti ini sebagai "tragedi kekuasaan"?
Karena konflik semacam itu, meski aktornya berasal dari lapisan sistem paling bawah-pasukan pengamanan,tapi memiliki benang merah dengan struktur kekuasaan di atasnya. Apa yang tampak sebagai insiden teknis di jalanan sebenarnya adalah gema dari labirin kekuasaan politik yang di level bawah sering kali justru menjebak rakyat sebagai korban.
DEMOKRASI DAN RANTAI KAUSALITAS NYA
Demokrasi sebagai sistem memang tidak bisa langsung dituduh sebagai kambing hitam kerusuhan politik. Namun, dalam realitas politik, ada rantai kausalitas yang menghubungkan antara demonstrasi, kebijakan politik, dan sistem demokrasi itu sendiri-dan tragedy demonstrasi adalah salah satu akibat yang ada di level paling ujungnya.
Demokrasi yang dikonsep untuk mengelola negara hadir lebih sebagai system regulasi-aturan,Dan tidak sepaket dengan prinsip nilaiÂ
Jadi orang yang ikut andil dalam demokrasi sebagai pengelola negara itu bisa mempraktekkan nilai agama tapi juga bisa mempraktekkan machiavellisme-itu sudah diluar regulasi formal.
Maka itulah dari panggung demokrasi bisa muncul dua wajah-dua karakter berbeda antara yang berwajah negarawan dan politikus "politik"
Regulasi demokrasi memerlukan peran partai politik sebagai pintu masuk untuk mengelola negara, dan dari situlah lahir para politikus yang mengelola negara.
Tapi di sini selalu muncul masalah klasik: apakah politikus-mereka hadir untuk melayani rakyat, atau sekadar menjaga kekuasaan ? Ingat,istilah "politik" itu sendiri dlm pandangan publik maknanya seperti lebih dilekatkan dengan "kekuasaan" Â ketimbang misal; "pengabdian pada rakyat"